Laporan Pengembaraan Gunung Ceremai
Laporan Pengembaraan
GUNUNG CEREMAI (3078 Mdpl)
Kuningan-Majalengka Jawa Barat
29 April s.d. 02 Mei 2011
Disusun Oleh:
WISNU WIRANDI
KABUT FAJAR
SEKOLAH TINGGI SENI INDONESIA
(STSI) BANDUNG
2011
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Mendaki
gunung adalah suatu olah raga keras, penuh petualangan dan membutuhkan
keterampilan, kecerdasan, kekuatan serta daya juang yang tinggi. Bahaya dan
tantangan merupakan daya tarik dari kegiatan ini. Pada hakekatnya bahaya dan
tantangan tersebut adalah untuk menguji kemampuan diri dan untuk bisa menyatu
dengan alam. Keberhasilan suatu pendakian yang sukar, berarti keunggulan
terhadap rasa takut dan kemenangan terhadap perjuangan melawan diri sendiri.
Di Indonesia, kegiatan mendaki gunung mulai dikenal sejak tahun
1964 ketika pendaki Indonesia dan Jepang melakukan suatu ekspedisi gabungan dan
berhasil mencapai puncak Soekarno di pegunungan Jayawijaya, Irian Jaya
(sekarang Papua). Mereka adalah Soedarto dan Soegirin dari Indonesia, serta
Fred Atabe dari Jepang. Pada tahun yang sama, perkumpulan-perkumpulan pendaki
gunung mulai lahir, dimulai dengan berdirinya perhimpunan penempuh rimba dan
pendaki gunung WANADRI di Bandung dan Mahasiswa Pencinta Alam Universitas
Indonesia (Mapala UI) di Jakarta, diikuti kemudian oleh perkumpulan-perkumpulan
lainnya di berbagai kota di Indonesia.[1]
Pada diktat
Sekolah Manajemen Ekspedisi Wanadri 2000 bahwa hampir semua perguruan bahwa
hampir semua perguruan tingga atau SLTA mempunyai kelompok-kelompok penggiat
alam terbuka. Secara perorangan maupun berkelompok mereka mengembangkan segi
petualangan, segi ilmu pengetahuan, segi olahraga, segi rekreasi dan segi
wisata. Perkembangan ini dilakukan secara luas baik hanya mencakup satu segi
saja ataupun secara berkaitan, yang mengembangkan segi ilmu pengetahuan dan
segi petualangan. Begitu pula dengan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung,
yang dulunya bernama KORI (Konservatori Tari) menjadi ASTI (Akademi Seni Tari
Indonesia) hingga menjadi STSI Bandung pada tahun 1995. Pada perkembangannya,
STSI Bandung memiliki organisasi-organisasi seperti HMJ (Himpunan Mahasiswa
Jurusan) dan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang ikut berkembang dan salah satu
UKM-nya adalah Mapala Arga Wilis. [2]
Arga Wilis merupakan
organisasi kepecintaalaman yang didirikan pada tanggal 2 Oktober 1991, yang
dipelopori oleh tiga mahasiswa yaitu Dodi Darmadi (Jurusan Karawitan), Rahmat
Herawan (Jurusan Karawitan), Yan-yan (Jurusan Teater). Nama Arga Wilis sendiri
merupakan pemberian dosen STSI Bandung yang mendapat gelar sarjana Karawitan
pertama di Jawa Barat yaitu Bapak Atik Soepandi,S.Kar (almarhum). Motto Arga
Wilis ialah “Seni Berpetualang - Berpetualang Seni” yang harus kita jaga
keutuhan maknanya. Sejak berdiri
sampai sekarang, Mapala Arga Wilis sudah memiliki 18
(Delapan Belas) angkatan dengan
nama angkatan:
1. Elang Kabut (1992)
2. Lembah Cadas (1993)
3. Ibun Sari (1994)
4. Rumpun Akar (1996)
5. Cadas Nirwana (1997)
6. Elang Rawa (1998)
7. Sanga Marga(1999)
8. Tapak Lembah (2000)
9. Parimba Swani (2002)
10. Rimba Purnama Jiwa (2003)
11. Bara Wani (2004)
12. Tapak Lancah Purnama (2005)
13. Lembah Bulan Sabit (2006)
14. Lembah Jalak Permata (2007)
15. Hawa
Rimba (2008)
16. Akarwana
(2009)
17. Kabut
Fajar (2010)
18. Bayu
Senja(2010)
Kegiatan Mapala Arga Wilis meliputi:
1.
Program
Wajib, diantaranya Diklatsar, Mabim, Pengembaraan.
2.
Progam
Insidental, yang merupakan program berdasarkan keputusan pengurus yang
menjabat.
Oleh
sebab itu, sebagai anggota muda diharuskan menempuh jenjang Pengembaraan
sebagai proses inisiasi keanggotan dari anggota muda menjadi anggota tetap
sebagaimana tercantum dalam TATIBDAS, yaitu : BAB XI Hak dan Kewajiban Pasal 20 KEWAJIBAN Ayat 1 tentang Anggota Muda
yang disebutkan berkewajiban :
·
Mematuhi peraturan dan tata tertib yang
berlaku
·
MENGIKUTI seluruh rangkaian masa
bimbingan (Mabim) yang dilaksanakan oleh pengurus
·
Melaksanakan pengembaraan 2 (dua) gunung
berketinggian diatas 3000 mdpl dan 1 (satu) gunung berketinggian 2500 mdpl, dan
atau melakukan penelitian kesenian dan kebudayaan,
·
Melaporkan hasil pengembaraan serta
mengikuti sidang pengembaraan Arga Wilis
·
Menjaga nama baik organisasi.
Pengembaraan ini merupakan kelangsungan
kaderisasi pengenalan kepencintaalaman pada umumnya. Maka
dari itu penulis memilih gunung Ceremai untuk
dijadikan sebagai lokasi pengembaraan karena sesuai ketinggian gunung ini 3078
mdpl.
Pengembaraan ini merupakan
pengembaraan yang pertama penulis setelah melakukan penelitan kesenian debus.
Awalnya penulis akan melakukan pengembaraan ke gunung Sindoro-Sumbing, namun
memang kendala yang menghambat pelaksanaan pengembaraan adalah waktu
pelaksanaan yang berbenturan dengan kegiatan penulis sendiri, sehingga penulis
batal melakukan pengembaraan ke gunung Sindoro- Sumbing. Akhirnya penulis memutuskan
untuk melakukan pengembaraan ke Gunung Ceremai bersama wilisian Jenal Mustofa.
1.2. Maksud Dan Tujuan Pengembaraan
1.2.1 Maksud
·
Untuk melaksanakan aturan atau kewajiban
sebagai anggota muda sebagaimana tertera dalam TATIBDAS ArgaWilis pasal 20 Ayat
1.
·
Untuk menambah pengalaman penulis
tentang Gunung Ceremai serta agar dapat melihat secara nyata alam sekitar
gunung tersebut seperti yang telah dituliskan pada referensi tulisan dan bisa
mendokumentasikan lewat tulisan.
1.2.2 Tujuan
·
Dengan dilaksanakanya pengembaran ini maka kewajiban sebagai anggota
muda dapat terpenuhi dan melanjutkan ke kewajiban selanjutnya.
·
Sedikitnya penulis mengetahui tentang
keberadaan gunung Ceremai setelah
melakukan pengembaraan.
1.3.
Sekilas
Tentang Gunung Yang Didaki
Gunung ceremai merupakan
gunung tertinggi di Jawa Barat, dapat didaki dari
arah timur melalui Linggarjati (580
mdpl), dari arah selatan melalui Palutungan (1.227
mdpl), dan dari arah barat melalui Maja (lewat
Apuy dan lewat Argalingga). Nama gunung ini berasal
dari kata cereme (Phyllanthus
acidus, sejenis
tumbuhan perdu berbuah kecil dengan rada masam), namun sering kali disebut
Ciremai, suatu gejala hiperkorek akibat banyaknya nama tempat di wilayah
Pasundan yang menggunakan awalan “ci” untuk penamaan tempat. Gunung Ceremai
(seringkali secara salah kaprah dinamakan "Ciremai"). Pada
ketinggian sekitar 2.900 mdpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan
yang dinamakan Gowa Walet. Kini
gunung termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), yang memiliki luas total
sekitar 15.000 hektar. Terbentuknya Taman Nasional Gunung
Ciremai (TNGC) merupakan usulan dari Pemerintah Kabupaten Kuningan melalui
surat No.522/1480/Dishutbun tanggal 26 Juli 2004. Pemerintah Kabupaten
Majalengka melalui surat No. 522/2394/Hutbun tanggal 13 Agustus 2004 dan surat
DPRD Kab. Kuningan No. 661/266/DPRD perihalTNGC ditunjuk sebagai taman nasional
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 424/Menhut-II/2004 tanggal 19
Oktober 2004 seluas
± 15.500 hektar yang terletak di Kabupaten Kuningan dan Majalengka, Propinsi
Jawa Barat menjadi Taman Nasional. Pengelola definitif Balai Taman Nasional
Gunung Ciremai baru pada tahun 2007 melalui SK Menhut No. P.03/Menhut-II/2007
tanggal 1 Februari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Taman Nasional. Hingga
saat ini Balai Taman Nasional Gunung Ciremai sudah memiliki 70 orang pegawai
yang terdiri dari pegawai struktural, non struktural dan fungsional yang
terbagi menjadi dua seksi pengelolaan taman nasional (SPTN) di Kuningan dan
Majalengka.
Gunung ceremai termasuk gunung berapi kuarter aktif
tipe A ( yakni, gunung berapi magmatic yang masih aktif semenjak tahun 1600).
Gunung Ceremai sudah terkenal di seluruh penjuru Nusantara, terkait dengan
status nya sebagai gunung yang cukup sulit didaki. Kondisi di gunung Ceremai cukup asri, vegetasi yang masih lebat
serta banyak variasi hewan-hewan. Ekosistem hutan tropis yang banhyak ditumbuhi
lumut dan kondisi tanah relative basah, menjadi cirri khas tersendiri. Hutan-hutan yang masih alami di
Gunung ini tinggal lagi di bagian atas.
Di sebelah bawah, terutama di wilayah yang pada masa lalu dikelola sebagai
kawasan hutan produksi Perum
Perhutani, hutan-hutan ini telah diubah menjadi hutan pinus (Pinus merkusii),
atau semak belukar, yang
terbentuk akibat kebakaran berulang-ulang dan penggembalaan.
1.4
Letak Administrativ
Secara administratif termasuk dalam wilayah tiga kabupaten,
yakni Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat.
1.5 Letak Geografis
1.5 Letak Geografis
Secara geografis puncaknya terletak pada 6° 53'
30" LS dan 108° 24' 00" BT. Ketinggian gunung ini 3.078 mdpl.
1.6 Jalur Pendakian
Puncak gunung
dapat dicapai melalui banyak jalur pendakian. Akan tetapi yang populer
dan mudah diakses adalah melalui Desa Palutungan dan Desa Linggarjati di Kab.
Kuningan, dan Desa Apuy di Kab. Majalengka. Satu lagi jalur pendakian yang
jarang digunakan ialah melalui Desa Padabeunghar di perbatasan Kuningan dengan
Majalengka di utara.
·
Jalur Pendakian Desa Palutungan
1.
Base camp-cigowong
2.
Cigowong-Kuta
3.
Kuta-Pangguyan Badak
4.
Pangguyan Badak-Arban
5.
Arban-Tanjakan Assoy
6.
Tanjakan Assoy-Pasanggrahan
7.
Pasanggrahan-Goa Walet
8.
Goa Walet-Puncak
·
Jalur Pendakian Desa Apuy
1. Blok
Arban
2. Tegal
Jamuju
3. Pangguyangan
Badak
4. Sanghiang
Rangkah
5. Gua
Walet
6. Puncak
·
Jalur Pendakian Desa Linggajati
1. Pos
Linggajati
2. Cibunar
3. Leuweung
Datar
4. Kuburan
Kuda
5. Pangalap
6. Tanjakan
Seruni
7. Bapa
Tere
8. Batu
Lingga
9. Sangga
Buana I
10. Sangga
Buana II
11. Pangasinan
12. Puncak
·
Jalur Pendakian Desa Linggasana
1. Pos
linggasana
2. Si
genteng
3. Buper
Jawangsa
4. Keramat
ki kuwu
5. Pangbadakan
6. Mata
Air
7. Kondang
amis
8. Kuburan
Kuda
9. Pangalap
10. Tanjakan
Bingbin
11. Tanjakan
Seruni
12. Tanjakan
Bapa Tere
13. Batu
Lingga
14. Sanga
Buana I
15. Sanga
Buana II
16. Pangasinan
17. Puncak.
BAB
II
PERENCANAAN
PENGEMBARAAN
2.1.
Perencanaan
Pengembaraan ini
dilaksanakan dengan beberapa tahapan meliputi pra lapangan, lapangan, dan
pelaporan. Adapun perencanaan tersebut meliputi :
NO.
|
KEGIATAN
|
TANGGAL
|
KETERANGAN
|
1.
|
Latihan
Fisik
|
29
Maret - 19 April 2011
|
Lari
dan manjat setiap selasa kamis dan minggu)
|
2.
|
Bimbingan
pra lapangan
|
27
Maret s.d 28 April 2011
|
Di
Arga Wilis
|
3.
|
Pengumpulan
data gunung yang akan didaki
|
25
Maret - 27 April 2011
|
Dari
Internet dan orang-orang yang pernah mendaki gunung Ceremai
|
4.
|
Orientasi
Medan Pada Peta
|
24
April 2011
|
Di
Arga Wilis
|
5.
|
Inventarisir
Logistik dan perlengkapan pendakian
|
10
April s.d 17 April 2011
|
Di
Arga Wilis
|
6.
|
Penyusunan
proposal pengembaraan
|
4
April s.d 6 April 2011
|
Di
Arga Wilis
|
7.
|
Pengajuan
proposal pengembaraan
|
7
April 2011
|
Di
Arga Wilis
|
8.
|
Kolokium
|
13
April 2011
|
Di
Arga Wilis
|
9.
|
Pelaksanaan
pendakian
|
29
April s.d 02 Mei 2011
|
Lapangan
|
10.
|
Penyusunan
laporan pengembaraan
|
03
s.d 08 Mei 2011
|
Di
Arga Wilis
|
11.
|
Penyerahan
laporan pengembaraan
|
12
Mei 2011
|
Di
Arga Wilis
|
2.2. Menejemen Perjalanan
Pengaturan
perjalanan ini akan dilaksanakan berdasarkan tugas masing-masing sesuai dengan
divisi yang di pegang.
2.2.1.
Tim
Pengembaraan
·
Ketua Lapangan : Jenal Mustofa
Tugas :
v Membentuk
tim
v Menentukan
waktu dan jalur
v Bertanggung
jawab terhadap tim
·
Bendahara : Jenal Mustofa
Tugas :
v Membuat
rincian kebutuhan
v Pengalokasian
dana pengembaraan
v Membuat
laporan keuangan
·
Logistik : Wisnu Wirandi
Tugas :
v Menginventarisir
peralatan yang dibutuhkan
v Cek
list kebutuhan alat diluar inventaris Arga Wilis
·
Koordinator Konsumsi : Jenal Mustofa dan
Wisnu Wirandi
Tugas :
v Merincikan
kebutuhan konsumsi selama pengembaraan
v Menyiapkan
menu makanan sesuai dengan kebutuhan kalori
·
P3K : Wisnu Wirandi
v Memantau
kesehatan tim pengembaraan
2.2.2.
Pembimbing
·
Pembimbing perjalanan : Saipul Anwar dan Tedja
Murti
·
Pembimbing Penulisan : Tedja Murti
2.3.
Waktu
dan Jalur yang Dipilih
Pengembaraan ini dilaksanakan
pada tanggal 29 April sampai dengan 02 Mei 2011. Sesuai dengan kesepakatan,
kami memilih jalur Linggarjati dari Kuningan dengan pertimbangan :
·
Masih ada di daerah Jawa Barat
·
Tidak memakan waktu lama
·
Memadainya referensi yang ada tentang
gunung Ciremai
karena merupakan jalur yang pernah dilalui oleh anggota Arga Wilis sebelumnya.
·
Jalur Pendakian Desa Linggarjati
1.
Pos Linggarjati
2.
Cibunar
3.
Leuweung Datar
4.
Kuburan Kuda
5.
Pangalap
6.
Tanjakan Seruni
7.
Bapa Tere
8.
Batu Lingga
9.
Sangga Buana I
10. Sangga
Buana II
11. Pangasinan
12. Puncak.
Sedangkan untuk jalur turun penulis memilih jalur
Apuy dengan alasan jalur ini cocok untuk melakukan sosialisasi pedesaan.
·
Jalur Pendakian Desa Apuy
1. Blok
Arban
2. Tegal
Jamuju
3. Pangguyangan
Badak
4. Sanghiang
Rangkah
5. Gua
Walet
6. Puncak
2.3.1
Pra
Kronologis Perjalanan
Hari,
Tanggal
|
Waktu
|
Kegiatan
|
Keterangan
|
Jumat, 29 April 2011
|
08.00 WIB
|
Upacara
pemberangkatan
|
Sekretariat Arga
Wilis
|
09.00 WIB
|
Start
Pemberangkatan
|
Menuju Kosambi
|
|
09.30 WIB
|
Tiba di Kosambi
|
Menuju Cicaheum
|
|
10.00 WIB
|
Tiba di Cicaheum
|
Terminal Cicaheum
|
|
10.30 WIB
|
Berangkat dari
Cicaheum menuju Kuningan
|
Naik DAMRI
|
|
14.30 WIB
|
Sampai di Pos
Linggarjati
|
Naik Angkot
|
|
14.40 WIB
|
Menuju Cibunar
|
Setelah beristirahat
di Pos Linggarjati
|
|
15.40 WIB
|
Samapai di Cibunar
|
1100 mdpl
|
|
16.00 WIB
|
Persiapan Istirahat
|
Cibunar
|
|
17.00 WIB
|
Masak
|
Cibunar
|
|
18.00 WIB
|
Makan Malam
|
Cibunar
|
|
Sabtu, 30 April 2011
|
04.15 WIB
|
Bangun, makan pagi, packing
|
Cibunar
|
06.00 WIB
|
Melanjutkan
Perjalanan
|
1100 mdpl
|
|
06.30 WIB
|
Sampai di Leuweung Datar
|
1200 mdpl
|
|
07.30 WIB
|
Sampai di Kuburan
Kuda
|
1400 mdpl, istirahat
15 menit
|
|
08.30 WIB
|
Sampai di Pangalap
|
1500 mdpl
|
|
10.30 WIB
|
Sampai di Tanjakan
Seruni
|
1800 mdpl, istirahat
20 menit
|
|
11.50 WIB
|
Sampai di Bapa Tere
|
2150 mdpl
|
|
12.30 WIB
|
Sampai di Batu Lingga
|
2250 mdpl, istirahat
makan siang
|
|
13.30 WIB
|
Melanjutkan
Perjalanan
|
Batu Lingga
|
|
14.30 WIB
|
Sampai di Sangga
Buana I
|
2400 mdpl
|
|
15.30 WIB
|
Sampai di Sngga Buana
II
|
2500 mdpl, istirahat
20 menit
|
|
17.30 WIB
|
Sampai di Pengasinan
|
2750 mdpl
|
|
17.45 WIB
|
Istirahat
|
Pengasinan
|
|
Minggu, 01 Mei 2011
|
04.15 WIB
|
Bangun, makan pagi, packing
|
Pengasinan
|
06.00 WIB
|
Melanjutkan
Perjalanan
|
Pengasinan
|
|
07.30 WIB
|
Sampai di Puncak
|
Istirahat dan
Pendokumentasian
|
|
09.00 WIB
|
Melanjutkan
Perjalanan
|
||
09.30 WIB
|
Sampai di Gua Walet
|
2950 mdpl
|
|
10.30 WIB
|
Sampai di Sanghiang
Rangkah
|
2800 mdpl
|
|
11.00 WIB
|
Pangguyangan Badak
|
||
11.30 WIB
|
Sampai di Tegal
Jamuju
|
2600 mdpl
|
|
12.30 WIB
|
Sampai di Blok Arban
|
||
17.00 WIB
|
Sampai di Desa Apuy
|
||
17.30 WIB
|
Persiapan Istirahat
|
Desa Apuy
|
|
Senin, 02 Mei 2011
|
04.15 WIB
|
Bangun, makan pagi, packing
|
Desa Apuy
|
06.00 WIB
|
SOSPED
|
Desa Apuy
|
|
10.00 WIB
|
Melanjutkan
Perjalanan
|
Menuju Maja
|
|
11.00 WIB
|
Sampai di Maja
|
Istirahat
|
|
11.30 WIB
|
Melanjutkan
Perjalanan
|
Pulang
|
|
15.00 WIB
|
Sampai di Kampus
|
2.4.
Perlengkapan Dan Logistic
2.4.1 Perlengkapan Pribadi
2.4.1 Perlengkapan Pribadi
a. Carrier
kapasitas 80 liter + Cover bag
b. Sleeping
bag
c. Rain
coat
d. Matras
e. Pakaian
Ganti
f. Jaket
g. Obat-obatan
pribadi
h. Sepatu
+ kaos kaki
i.
Sandal gunung
j.
Tempat minum
k. Alat
tulis
l.
Peralatan mandi
m. Syal
anggota
n. Peralatan
makan
o. Survival
kit
2.4.2 Perlengkapan
Kelompok
a. Tenda
dome 1 buah
b. Bendera
Arga Wilis
c. Trangia
2 buah
d. Pisau
Komando (pisau Survival)
e. Methanol
4 liter
f. Kamera
pocket
g. Flysheet
1 buah
h. Peta
lokasi dan tempatnya
i.
Senter +batu batre + bohlam
j.
Plastic sampah 6 buah
k. Alat
navigasi (kompas bidik, kompas orienteering, douglas protector, GPS)
l.
Altimeter
m. Webbing
10 buah
n. Kompan
kapasitas 5 liter (4 buah)
o. P3K
p. Tisu
gulung 4 buah
q. Tisu
basah 1 pack besar
r.
Lilin 2 pak
2.5 Konsumsi Kelompok
a. Beras
3 kg
b. Super
bubur 6 bungkus
c. Mie
instan 12 bungkus
d. Sosis
2 pak
e. Roti
tawar 2 bungkus
f. Saus
1 botol kecil
g. Kecap
1 botol kecil
h. Mentega
3 bungkus
i.
Ceres 1 bungkus
j.
Kornet 4 kaleng
k. Sarden
2 kaleng
l.
Masako 5 bungkus
m. Nutrijel
2 bungkus
n. Gula
pasir
kg
o. Kopi
sachet 10 bungkus
p. Nutrisari
10 bungkus
q. Teh
1 bungkus
r.
Susu 1 bungkus revil
s. Apel
kg
t.
Oreo 2 bungkus
u. Biscuit
2 bungkus
2.6 Anggaran biaya
Iuran
@ 200.000,- Rp.
800.000,-
Logistic
kelompok Rp.
250.000,-
1. Ongkos
pergi
·
Kampus-kosambi Rp. 2.500,-
·
Kosambi-caheum Rp. 2.500,-
·
Caheum-kuningan Rp. 35.000,-
·
Kuningan-linggarjati Rp. 5.000,-
2. Ongkos
pulang
·
Desa Apuy-maja Rp. 10.000,-
·
Maja-Kampus Rp. 30.000,-
Jumlah
ongkos pulang-pergi Rp.
85.000,-
Total
ongkos @ 85.000,- Rp.
510.000,-
2.7 Menu Makanan
No.
|
Hari / Tanggal
|
Jam Makan
|
Menu Makanan
|
Keterangan
|
Jum’at, 29 Juni 2011
|
Pagi
|
Nasi kuning
|
Pribadi
|
|
Siang
|
Warteg
|
Terminal Cicaheum
|
||
Malam
|
Nasi, Kornet, Naget, air putih
|
Pos Kondang Amis
|
||
Sabtu, 30 Juni 2011
|
Pagi
|
Nasi Goreng (nasi sisa malam),
air putih, kopi
|
Pos Kondang Amis
|
|
Siang
|
Roti, Susu Cair, Keju Craft, air
putih
|
Perjalanan menuju pangalap
|
||
Malam
|
Nasi, naget, kornet+ mie goring,
air putih, kopi, susu
|
Pangasinan
|
||
Minggu, 1 Mei 2011
|
Pagi
|
Kopi, Susu, Roti, keju Craft.
|
Pangasinan
|
|
Siang
|
Mie goreng, nasi, air putih.
|
Sanghyang rangkah
|
||
Malam
|
Mie ayam
|
Maja (rumah wilisian Ahmad Hasan)
|
BAB III
PELAKSANAAN PENGEMBARAAN
3.1. Perjalanan
Hari Jum’at 29
April 2011, merupakan awal perjalanan kami ke gunung Ceremai. Pagi itu pukul 06.00 di base
camp Mapala Arga Wilis penulis bangun tidur dibangunkan oleh salah satu
wilisian yang mana beliau adalah ketua MPA di Mapala Arga Wilis STSI Bandung.
Beliau adalah Dian Rusdiana NPA : AW.05.6.049.TLP, begitu kaget yang penulis
rasakan waktu itu. Penulis pun bergegas pergi ke kamar mandi untuk segera mandi
agar menyegarkan badan. Setelah selesai mandi dan memakai pakaian kebanggaan
berwarna hijau, penulis prepare
barang-barang yang memang belum sempat di packing.
Sementara wilisian yang lain ada yang masih tidur. Di sela-sela prepare barang dan packing itu penulis tetap koordinasi
dengan wilisian Jenal yang posisinya sebagai
ketua lapangan saat di perjalanan.
Setalah
semuanya selesai, penulis pergi ke kantin untuk sarapan pagi dan ngopi seperti biasanya. Memang kegiatan
itu tidak bisa lepas setiap harinya, secangkir kopi hitam ditambah sebatang
rokok djarum coklat selalu menemani setiap paginya. Tak lama setelah itu, kami
pun menunggu wilisian berkumpul baik anggota tetap maupun anggota muda untuk
melakukan Upacara pemberangkatan
kami, upacara itu biasa kami sebut upacara ”ala AW”, karena memang kami selalu melakukan itu, upacara kecil tapi hikmat.
Setelah semua berkumpul, upacara pun dimulai pukul 09.10 WIB, upacara
berlangsung dengan hikmat ditambah joke-joke
yang keluar dari para wilisian yang ada. Setelah selesai upacara, kami
berangkat menuju terminal Cicaheum dengan diantar mobil mang Tato, yang mana
beliau adalah seorang
simpatisan AW. Kami sangat bersyukur atas hal tersebut, karena selain
mempercepat perjalanan yang awalnya akan naik angkot, tapi juga mengurangi
pengeluaran biaya. Kami berangkat pukul 09.45 WIB meninggalkan base camp
tercinta.
Perjalanan
yang menyenangkan, dengan banyak canda dan tawa di dalam mobil. Tak terasa kami
tiba di terminal pukul 10.15 WIB. Setibanya di terminal kami melihat mobil DAMRI
menuju Cirebon, kami pun langsung say
good bye dengan mang Tato, pucuk, dan
wilisian Yanuar Ibrahim yang mengantar. Kami bergegas menuju arah DAMRI. Memang
DAMRI yang menuju kuningan berangkat sekitar pukul 11.00 WIB (kata salah satu
Calo). Sambil menunggu DAMRI ke kuningan kami makan siang pukul 10.15 WIB,
karena memang kami sudah lapar dan itu memang waktunya makan siang. Setelah
makan siang, DAMRI ke kuningan pun tiba, kami bergegas bersiap-siap menyiapkan
barang-barang bawaan kami lalu naik ke DAMRI tersebut.
Pukul
12.30 DAMRI yang kami naiki mulai berangkat ke Kuningan. Di perjalan menuju
kuningan penulis duduk bersama wilisian Jenal sementara wilisian Saepul Anwar
dan Teja Murti sebagai pembimbing duduk bersamaan. Duduk santai sambil di
temani pengamen jalanan yang menyanyikan lagu Iwan Fals berjudul “Ujung Aspal
Pondok Gede” menambah perjalanan semakin menyenangkan. 13.45 WIB kami tiba di
Cibeureum-Sumedang untuk istirahat, karena memang itu adalah Shalter DAMRI yang kami tumpangi. Disana kami istirahat
serta shalat Zuhur. Pukul 14. 05 WIB berangkat ke kuningan.
Pukul
16.45 WIB kami tiba di Kuningan, tepatnya di tugu Linggajati, disana kami
menuggu angkot untuk pergi ke pos pendakian. Tak lama kemudian angkot tiba,
tanpa basa basi kamipun berangkat. Di perjalanan di dalam angkot, ada seorang
ibu-ibu setempat, kami sempat berdialog sedikit, tak lama kemudian tiba di
jalan persimpangan antara Linggajati dan Linggasana. Supir angkot bertanya, “
mau lewat pos lama atau baru De?” kami sempat bingung, karena dalam literature
yang kami dapat tidak ada pos pendakian lain. Namun di persimpangan itu
terdapat tulisan dengan jelas menggunakan kertas karton berwarna putih ditulis
dengan spidol hitam “ Pos Pendakian
Gunung Ceremai Jalur Linggasana”, sedikit berfikir akhirnya kami memutuskan
menggunakan jalur itu. Dengan landasan agar ada inovasi baru mendaki gunung
ceremai dengan jalur baru. Kami menuju pos tersebut.
Sesampainya
di Desa Linggasana pukul 16.55 WIB, kami menuju sebuah warung yang terdeapat
tulisan “POS I PENDAKIAN GUNUNG CEREMAI
DESA LINGGASANA KEC.CILIMUS KAB.KUNINGAN” . Kami langsung menemui penjaga
pos tersebut, penjaga pos mengatakan bahwa jalur yang resmi saat ini digunakan
untuk pendakian hanyalah ini, sedangkan jalur lain ditutup, dikarenakan tidak
memiliki izin resmi dari pihak TNGC. Setelah selesai mengurus perizinan dan
sedikit adegan foto-foto, kami bergegas memulai pendakian dengan titik awal
pendakian dengan ketinggian 690 mdpl, pada saat itu tepat pukul 17.30 WIB, ini
lah awal kami melakukan pendakian gunung Ceremai.
Tujuan
pertama kami adalah pos Kondang Amis ketinggian 1.209 mdpl, kami mengetahui
pos-pos tersebut dari stiker yang bergambarkan peta yang terdapat pos-pos
shalter. Selain itu juga, di pos ini lah tempat yang dekat dengan sumber mata
air. Di perjalanan kami mengambil air di Cigenteng pada ketinggian 700 mdpl,
namun hanya satu kompan, karena menurut informasi dari pos 1 bahwa dekat
kondang amis terdapat sumber mata air, sehingga kami sengaja tidak membawa air
terlalu banyak agar mengurangi beban. Di perjalanan, kami sempat salah jalur,
karena memang hari sudah gelap. Sehingga dengan jalur baru itu kami cukup sulit
berjalan. Sampai-sampai kami sempat ragu untuk melanjutkan perjalan, karena ada
dua jalur dan tidak terdapat plang arah disana, tapi sebelumnya kami sempat
melewati plang yang bertuliskan Air dengan tanda panah kearah kiri namun dengan
track yang menanjak dan cukup rembet (bhs.sunda), sehingga kami ragu untuk
beberapa waktu. Memang sekitar tempat plang itu terdapat tempat cukup luas
untuk satu tenda. Setelah salah jalur itu, jalur yang menanjak dan berbatu
serta licin, yang penulis fikir itu adalah jalur Air (susukan dalam bhs.sunda).
Sudah setengah perjalanan menaiki jalur itu, keraguan kami bertambah. Akhirnya
salah satu pembimbing perjalanan, saepul anwar orientasi medan ke atas. Menurut
informasinya, dia menemukan sebuah tebing yang terjal dan tidak ada track lagi
disana. Akhirnya kami pun Back Azimut (kembali ke jalur awal). Kami akhirnya
melewati jalur yang sebelahnya. Tak jauh dari
situ ternayata disana terdapat plang yang bertuliskan “puncak” dengan tanda panah ke depan.
Kami sangat senang melihat itu. Tak jauh dari situ kami melihat sebuah bangunan
dari tembok beratap injuk (bhs.sunda). Ternyata itu adalah pos Kondang Amis
yang merupakan pos ke 7 dari pos pendakian Linggasana. Ternyata shalter-shalter
yang kami temui sebelumnya seperti pos si genteng (700 mdpl), Buper Jawangsa
(800 mdpl), pos keramat ki kuwu (900 mdpl), pos pangbadakan (1000 mdpl), pos
Mata air (1300 mdpl), dan Kondang Amis (1350 mdpl).
Kami
tiba di pos Kondang Amis pukul 21.10 WIB, karena memang perjalanan terhambat
oleh cuaca gelap, licin, kabut, dan sampai nyasar. Itu lah yang membuat lama
perjalanan. Setelah istirahat dan beres-beres barang, kami pun masak untuk
makan malam Pukul 21.30 WIB, kami bermalam di bangunan itu tanpa mendirikan
tenda. Bangunan itu memang beratap, tapi sangat terbuka karena
dinding-dindingnya hanya setengah badan. Jadi kami tetap merasa dingin. Makan malam
pukul 21.50 WIB dilanjutkan evaluasi pukul 22. 15 WIB. Karena memang kami
lelah, kami evaluasi sambil posisi tidur dengan sleping bag. Sambil ngobrol
ringan dan membahas kejadian perjalan yang nyasar serta di campuri tawa canda,
tak terasa kami pun tertidur pulas.
Hari
ke II, 30 April 2011. Pukul 05.30 WIB kami bangun dari tidur kami. Memang sudah
rencana semalam untuk bangun pagi. Kami pun membagi tugas, penulis dan jenal
mencari air untuk cadangan di perjalanan sapai puncak hingga turun ke Apuy,
karena memang gunung ceremai terkenal susah Air. Saepul dan tedja memasak air
dan nasi goring sisa semalam. Setelah sarapan dan semuanya selesai, kami packing
pukul 06.30 WIB. Sesuai kesepakatan, kami akan bermalam di pangasinan pada
ketinggian 2.900 mdpl pada altimeter. Berangkat menuju Pos selanjutnya pukul
07.10 WIB. Selama perjalanan dari Kondang Amis menuju puncak kami melewati
sekitar Sembilan pos, yang urutannya sebagai berikut : Kuburan Kuda ketinggian
1.450 mdpl tiba pukul pada plang dan pada altimeter dan 1.502 mdpl 08.10 WIB, –
Pangalap 1650 mdpl pada plang, dan 1701 mdpl pada altimeter pukul 09.20 WIB –
Tanjakan Binbin 1709 mdpl pukul 09.45 WIB – Tanjakan Seruni ( 1809 mdpl) pada
altimeter, 1825 mdpl pada plang pukul 10.16 WIB – Bapa Tere 2.102 mdpl pukul
13.50 WIB – Batu Lingga 2.402 mdpl pukul
14.00 WIB– Sanga Buana I 2600 mdpl pukul
15.00 WIB – Sanga Buana II 2700 mdpl pukul 16.50 WIB – pangasinan 2900 mdpl.
pukul 17.15 WIB.
Pukul
17.15 WIB, penulis sampai di pos Pangasinan pada ketinggian 2.900 mdpl yang kira-kira
1 Km lagi menuju puncak. Di puncak ternyata sudah ada pendaki yang di jalan
memang bertemu bersama kami, mereka pendaki dari Bogor. Mereka sudah mendirikan
tenda dan sedang merapihkan tendanya. Sementara kami Setibanya di pangasinan penulis
dan wilisian tedja murti sebagai pembimbinmg yang datang lebih awal istirahat
sejenak sambil melihat panorama alam yang sangat menyejukan hati, rasa lelah
hilang saat itu juga. Hamparan laut yang luas, dan mega berwarna merah yang
hampir tenggelam menambah suasana lebih indah. Tak lama kemudian penulis dan
mba Uti (wilisian tedja murti) tidak menyia-nyiakan momen itu, langsung kami
mengambil kamera dan terjadi adegan foto-foto. Setalah puas foto-foto penulis
membongkar carrier penulis lalu memasang tenda. Tak lama kemudian wilisian
Jenal dan Saepul anwar tiba juga. Setelah istirahat sebentar, mereka pun ikut
membantu mendirikan tenda. Setelah tenda terpasang, kami pun memasak kopi
sambil melepas lelah dan menyaksikan pemandangan alam yang semakin gelap.
Setelah shalat magrib dan makan malam, kami evaluasi pukul 20.00 WIB, tak lama
kemudian karena memang kami sangat lelah, kami pun tidur.
Hari
ke 3, minggu 01 mei 2011 pukul 06.15 penulis bangun dari tidur, langsung
memasak air untuk membuat kopi, seperti biasa adegan minum kopi dan sebatang
rokok djarum coklat tak dapat hilangkan. Tak lama kemudian Bang Epul (saepul
anwar) dan mba Uti bangun. Mereka pun langsung membuat minuman. Kami pun
sarapan pagi dengan Roti tawar yang memakai keju craft ditaburi susu cair. Sunggu
nikmatnya, karena memang penulis beru pertama kali memakan menu yang seperti
itu. Pukul 8.30 WIB kami berangkat menuju puncak dengan jalur berbatu dan cukup
terjal serta posisi yang hamper vertical, penulis berjalan paling depan. Karena
saking semangatnya menuju puncak, penulis tak sadar ternyata jarak penulis
dengan tim lumayan jauh. Beberapa menit sekali penulis istirahat sampai
akhirnya dengan penuh semangat penulis tiba di puncak pukul 08.40 WIB dengan
ketinggian 3.100 mdpl pada altimeter.
Sekitar
lima menit saya menungu tim yang lainnya sambil berdiri diatas batu puncak
gunung ceremai. Terucap rasa syukur yang mendalam dari diri saya, akhirnya saya
bisa menginjakan kaki di tanah tertinggi Jawa Barat. Panorama alam yang
disuguhkan sunguh membuat saya tercengang melihatnya. Sungguh saya merasa ternyata
apa yang kita bisa, apa yang kita miliki tak sebanding dengan Kuasa-Nya. Tak
lama kemudian tim datang. Kami pun tak menyi-nyiakan moment itu. Kami langsung
memulai adegan foto-foto sambil istirahat dengan meminum nata de coco yang
diberikan oleh wilisian Riana, yang mana dia adalah saudara seangkatan dengan
saya. Setelah kami puas dengan foto-foto, sekitar 35 menit kami istirahat dan
foto-foto, pukul 09.20 WIB kami melanjutkan perjalanan turun. Memang kesepakatan
kami untuk turun menggunakan jalur Apuy. Karena memang kami semua belum pernah
mendaki gunuung ceremai sebelumnya, dan menurutinformasi, jalur turun lewat
Apuy adalah setengah lingkaran dari jalur datang kami. Kami pun berjalan
mengitari kawah, di puncak Sunan Mataram tempatnya lebih landai dan luas kamai
bertemu dengan pendaki dari bogor, dilihat dari atributnya mereka adalah
anggota Sispala. Merekaberjumlah 4 orang. Kami bersalaman dan saling
berkenalan. Adegan foto-foto pun terjadi disana, karena memang viewnya lagi
bagus. Awan putih yang tebal sangat terlihat jelas dan indah serasa sangat
dekat dengan kami. Tak lama dari sana kami pun berpamitan dan melanjutkan
perjalanan.
Setelah
berjalan mengitari jalan-jalan setapak yang kanan dan kiri adah jurang dan
ditumbuhi pohon-pohon edelwies dan pohon-pohon perdu lainnya. Kami mencari
jalan turun lewat apuy, tapi yang terjadi kami tidak menemukan track yang
memang itu jalur apuy. Memang sebelumnya kami melihat track yang kami anggap
itu adalah jalur palutungan, sehingga kami melewat jalur tersebut. Suasana
semakin panas dan udara terasa semakin sesak, jelas saja karena kami sudah
hamper 3 jam di puncak. Akhirnya saya membuka peta, untuk melihat jalur,
setelah itu saya mencoba back azimuth, orientasi medan ke arah yang berlawanan,
tapi saya hanya menemukan jalur yang kami anggap itu jalur palutungan. Akhirnya
kami memutuskan turun lewat jalur itu. Tak peduli jalur mana, yang penting kami
bisa turun dari puncak. Karena memang persediaan air sudah tipis, dan udara
semakin sesak saja terasa. Akhirnya kami turun, dan ternyata tak lama kemudian
disana terdapat plang Gua Walet. Kami sangat senang sekali, karena seingat kami
memang jalur turun lewat apuy melewati gua wallet, tapi kami tidak ingat bahwa
jalur apuy dan palutungan bertemu di gua wallet. Disana tertulis palutungan ke
kiri, dan apuy ke kanan. Tentu saja kami turun ke kanan, dengan mengikuti track
yang sudah ada.
Pukul
12.30 WIB tiba di sanghyang Rangka, kami memutuskan untuk makan siang disana.
Karena memang sudah lapar. Cuaca pun sudah mendung dan gerimis. Kami memasan g
ply sheet agar lebih nyaman. Setelah makan siang dan packing, karena cuaca
memang terlihat buruk, kami menggunakan raincoat agar safey. Pukul 13.45 kami
melakukan perjalanan kembali. Selama perjalanan turun kami melewati empat pos,
yaitu : Tegal Jamuju 2400 mdpl – tegal Warsawa 2200 mdpl – pos II 2100 mdpl –
pos I 1600 mdpl.
Pukul 17. 30 WIB kami sampai di
rumah pak Endin, setelah membersihkan diri dang anti baju, kami langsung mewawancarai
beliau untuk sosped. Pukul 21.00 WIB sami sampai di rumah Wilisian Adhi Hasan
(maja), dengan menggunakan mobil pengangkut bawang (“kol bak” istilah lainnya).
Pukul 01.15 WIB kami bergegas untuk pulang ke bandung, dan tak terasa tiba di
bandung pukul 04.30 WIB. Kami tiba di kampus di Base Camp Mapala Arga Wilia
STSI Bandung.
3.2 Flora dan Fauna
yang Ditemui di Lapangan
3.2.1 Flora
Jenis
Flora yang penulis lihat saat mendaki sangat beragam. Pada masaing-masing
ketinggian memiliki flora yang berbeda. Seperti edelwie, cantigi, pohon-pohon
perdu, di daerah Apuy seperti perkebunan warga, dan pohon-pohon Pinus dan
banyak lagi yang lainnya. Disamping itu juga banyak jenis tumbuhan yang di
jumpai penuli, namun penulid tidak mengetahui namanya. Hutan hutan yang masih alami di Gunung Ceremai tinggal lagi di
bagian atas. Di sebelah bawah, terutama di wilayah yang pada masa lalu dikelola
sebagai kawasan hutan tropis Perum
Perhutani, hutan-hutan ini telah diubah menjadi hutan pinus (Pinus merkusii),
atau semak belukar yang
terbentuk akibat kebakaran berulang-ulang dan penggembalaan. Kini, sebagian
besar hutan-hutan di bawah ketinggian 1500 mdpl. dikelola dalam bentuk wantani (agroforest) oleh
masyarakat setempat.
Sebagaimana lazimnya di pegunungan
di Jawa, semakin seseorang mendaki ke atas di Gunung Ciremai ini dijumpai
berturut-turut tipe-tipe hutan-hutan pegunungan bawah (submontane
forest), hutan pegunungan atas (montane
forest) dan (subalpine
forest), dan kemudian wilayah-wilayah terbuka tak berpohon di sekitar
puncak dan kawah.
Lebih jauh, berdasarkan keadaan
iklim mikronya, LIPI (2001) membedakan lingkungan Ciremai atas dataran tinggi
basah dan dataran tinggi kering. Sebagai contoh, hutan di wilayah Resort
Cigugur (jalur Palutungan, bagian selatan gunung) termasuk beriklim mikro
basah, dan di Resort Setianegara (sebelah utara jalur Linggarjati) beriklim
mikro kering.
Secara umum, jalur-jalur pendakian
Palutungan (di bagian selatan Gunung Ciremai), Apuy (barat), dan Linggarjati
(timur) berturut-turut dari bawah ke atas akan melalui lahan-lahan pemukiman,
ladang dan kebun milik penduduk, hutan tanaman pinus bercampur dengan ladang
garapan dalam wilayah hutan (tumpang sari), dan terakhir hutan hujan
pegunungan. Sedangkan di jalur Padabeunghar (utara) vegetasi itu ditambah
dengan semak belukar yang berasosiasi dengan padang ilalang. Pada keempat jalur
pendakian, hutan hujan pegunungannya dapat dibedakan lagi atas tiga tipe yaitu
hutan pegunungan bawah, hutan pegunungan atas dan vegetasi subalpin di sekitar
kawah. Kecuali vegetasi subalpin yang diduga telah terganggu oleh kebakaran,
hutan-hutan hujan pegunungan ini kondisinya masih relatif utuh, hijau dan
menampakkan stratifikasi tajuk yang cukup jelas.
3.2.2 Fauna
Fauna
yang terlihat oleh penulis saat pendakian diantaranya burung, lalat, serangga, dan kunang-kunang,
penulis tidak melihat bianatang buas saat pendakian.
Menurut sumber dari www.wikipedia.com
(online; 11 mei 2011 pukul 15.45 WIB),
Keanekaragaman satwa di Ceremai cukup tinggi. Penelitian kelompok pecinta
alam Lawalata IPB di bulan April 2005 mendapatkan 12 spesies amfibia (kodok
dan katak),
berbagaijenis reptil seperti bunglon, cecak, kadal dan ular, lebih dari 95 spesies burung, dan lebih dari 20 spesies mamalia. Beberapa jenis satwa itu, di antaranya :
No.
|
Istilah
Dalam Bahasa Indonesia
|
Istilah
Dalam Bahasa Latin
|
1.
|
Megophrys montana
|
|
2.
|
Microhyla achatina
|
|
3.
|
Rana nicobariensis
|
|
4.
|
Rana chalconota
|
|
5.
|
Philautus aurifasciatus
|
|
6.
|
Gonocephalus chamaeleontinus
|
|
7.
|
Cyrtodactylus sp.)
|
|
8.
|
Ictinaetus malayensis
|
|
9.
|
Spizaetus cirrhatus
|
|
10.
|
Spizaetus bartelsi
|
|
11.
|
Arborophila javanica
|
|
12.
|
Collocalia vulcanorum
|
|
13.
|
Megalaima lineata
|
|
14.
|
Megalaima javensis
|
|
15.
|
Pnoepyga pusilla
|
|
16.
|
Turdus poliochepalus
|
|
17.
|
Tesia superciliaris
|
|
18.
|
Cettia vulcania
|
|
19.
|
Rhipidura phoenicura
|
|
20.
|
Aethopyga eximia
|
|
21.
|
Aethopyga mystacalis
|
|
22.
|
Zosterops montanus)
|
|
23.
|
Manis javanica
|
|
24.
|
Tupaia javanica
|
|
25.
|
Nycticebus coucang
|
|
26.
|
Presbytis comate
|
|
27.
|
Trachypithecus auratus
|
|
28.
|
Cuon alpinus
|
|
29.
|
Mydaus javanensis
|
|
30.
|
Prionailurus bengalensis
|
|
31.
|
Panthera pardus
|
|
32.
|
Tragulus javanicus
|
|
33.
|
Muntiacus muntjak
|
|
34.
|
Ratufa bicolor
|
|
35.
|
Hystrix javanica
|
3.3 Aplikasi Loistik di Lapangan
Pengaplikasian logistic dilapangan
99% teraplikasikan dengan baik, karena barang-barang yang dibawa memang
dipergunakan dengan baik sesuai denga safety procedure. Jadi, tidak terjadi
bahaya subjektif akibat logistic yang dibawa.
3.4 Aplikasi Biaya di Lapangan
Iuran
@ Rp. 100.000,- Rp.
200.000,-
Donator Rp.
500.000,-
Total
Dana Rp. 700.000,-
Logistik
kelompok Rp. 336.000,-
Biaya
ongkos pergi
·
Cicaheum-kuningan Rp.
140.000,-
·
Kuningan-Linggajati Rp. 20.000,-
Biaya
Ongkos Pulang
·
Desa Apuy-Maja Rp. 60.000,-
·
Maja-Kampus Rp. 84.000,-
Biaya
Pulang-pergi Rp. 304.000,-
Total Rp.
640.300,-
*sisa dari dana yang terkumpul
dipakai untuk membeli makanan ketika di rumah wilisian Adhi Hasan dan selama
perjalan pulang.
BAB
IV
SOSIOLOGI
PEDESAAN
4.1. Sekilas Tentang Masyarakat
Setempat
Desa
Apuy merupakan desa pertama daerah pegunungan Ceremai (penduduk asli), yang
dihuni oleh pengasingan warga yang menolak dijajah Belanda. Pengasingan ini di
pimpin oleh Buyut Istrah (Bahasa Sunda). Namun sampai saat ini
tidak diketahui secara pasti apakah buyut Istrah itu penduduk asli atau
pendatang. Buyut Istrah dimakamkan di Desa Apuy, sampai saat ini makamnya ramai
dikujnungi oleh Warga, khususnya orang-orang dari Jawa Tengah.
4.2. Unsur-Unsur Kebudayaan Pada
Masyarakat Setempat
Sebagai
teori acuan dalam sosiologi pedesaan, penulis menggunakan salah satu dari teori
7 unsur kebudayaan menurut koentjaraningrat[5],
diantaranya :
1. Sistem
religi dan kepercayaan
2. Bahasa
3. Sistem
mata pencaharian
4. Sistem
ilmu pengetahuan
5. Kesenian
6. Sistem
perlengkapan dan teknologi
7. Sistem
organisasi dan kemasyarakatan
4.2.1 Kepercayaan
Kepercayaan ataupun Agama yang
berkembang di masyarakat sekitar kaki gunung Ceremai adalah Muslim, namun
kepercayaan yang merupakan warisan dari leluhur mereka tetap mereka laksanakan,
salah satunya adalah Parereusan
(Pesta Panen). Pada setiap bulan Jumadil Awal, masyarakat mempunyai tradisi
memotong kepala kambing, lalu darah tersebut di simpan di dalam seruas bamboo
dan dibagikan ke warga setempat untuk disiramkan ke tanaman mereka. Sementara
kepala kambing yang di potong itu, di kubur di hulu cai (mata air) dengan
maksud agar airnya jernih dan tanaman di sekitarnya tumbuh subur.
4.2.2 Bahasa
Bahasa
yang digunakan di daerah setempat mayoritas adalah bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda.
4.2.3 Mata Pencaharian
Mata pencaharian masyarakat sekitar
Gunung Ceremai mayoritas adalah petani. Pertanian yang menjadi komoditi
utamanya adalah saledri, namun perkebunan yang selaa ini menjadi lahan mencari
upah sebagai buruh tani ditutup, karena sebagian kawasan dari kaki gunung
Ceremai ditetapkan sebagai Taman Nasional Gunung Ceremai (TNGC), hal ini lah
yang memicu kemarahan warga, karena pihak TNGC tidak memberikan konvensasi
terhadap masyarakat sekitar setelah area perkebunan di tutup, yang mana
sebelumnya telah menjajikan pekerjaan kepada masyarakat berupa tenaga kerja di
perkebunan pinus dan di iming-imingi juga peternakan, namun pada kenyataannya
semua itu tidak terealisasikan. Munculah sebuah ancaman dari wara yang
mengatakan bahwa, “ jangan salahkan kami
jika terjadi kebakaran di Gunung Cermai”.
4.2.4 Ilmu
Mayoritas pendidikan masyarakat
sekitar adalah tamatan SD. Hal ini di latar belakangi oleh factor sarana dan
prasarana yang kurang menunjang. Seperti bangunan sekolah memang disana hanya
ada SD saja, apabila yang ingin meneruskan sekolah ke SMP dan SMA harus pergi
ke daerah Maja yang letaknya -+ 15 Km dari Apuy. Sehingga jarang yang
meneruskan sekolah sampai ke tingkat SMP dan SMA.
4.2.5 Kesenian
Kesenian
yang masih berkembang di masyarakat desa Apuy hingga saat ini adalah Jaipongan,
calung, wayang golek, kuda renggong, dan sisingaan. Namun itu pun hanya
beberapa komunitas yang melestarikan kesenian tersebut, karena apabila ada
acara biasanya mengundang kesenian itu dari daerah lain.
4.2.6 Perlengkapan dan
Teknologi
Masyarakat
desa Apuy sudah menggunakan peralatan yang modern, seperti hand phone,
televise, dan alat-alat elektronik lainnya namun internet belum ada.. Karena
memang sudah terdapat listrik di desa ini. Namun menurut informasi memang belum ada jaringan
internet hingga saat ini. Terlihat juga pada bangunan-bangunan rumah di sekitar
tempat kami sosped bahkan di tempat kami sosped punb di rumah pak Endin,
peralatan rumah tangganya sudah seperti kebanyakan yang digunakan dikota. Namun
masih banyak juga yang masih menggunakan Hawu / tungku api.
4.2.7 Sistem
Pemerintahan
System pemerintahan di desa Apuy
sama halnya dengan system pemerintahan di desa-desa yang ada di Negara
Indonesia. Desa Apuy kecamatan Argapuro kabupaten
Majalengka, yang merupakan desa yang ada di sekitar kaki Gunung Ceremai di
pimpin oleh seorang Kepala desa yang bernama Bapak Uso dan Sekretaris desa
bernama Bapak Rukman, dengan pembagian wilayah menjadi 2 rukun warga.
BAB V
PENUTUP
5.1.
Pendapat Tentang Pengembaraan Pada
Gunung yang Didaki
Pendakian
Gunung Ceremai yang penulis lakukan merupakan pendakian pengembaraan pertama.
Dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan menjadi anggota tetap Mapala Arga
Wilis setelah melakukan penelitian kesenian Debus. Jadi, penulis tinggal
melakukan satu kali pengembaraan lagi. Memang cukup menarik mendaki ke gunung
Ceremai, walau pun baru pertama kali mendaki. Dengan semangat yang penulis
miliki, walaupun track yang di lewati cukup terjal tapi akhirnya penulis bisa
mencapai puncak. Penulis sangat terpesona dengan panorama alam yang disuguhkan
di gunung Ceremai. Selain itu juga kebanggaan tersendiri tumbuh dalam diri
penulis kerena telah menginjakan kaki di puncak tanah tertinggi Jawa Barat.
5.2. Pengalaman Realis
Pengalaman yang sangat berkesan dari
penulis, ketika penulis sampai lebih awal ke puncak gunung ceremai dari tim
yang lain, rasa bangga bercampur haru terasakan oleh penulis. Selepas itu,
ketika kami mencari track untuk jalur turun kami lewat Apuy, kami sempat
kewalahan. Karena disana tidak ada plang yang jelas sama sekali. Kami
berjalan begitu jauh mengelilingi kawah,
dan akhirnya kami memutuskan apabila menemukan jaur turun, kami langsung turun.
Setelah lama kami berdiskusi akhirnya memutuskan back azimuth ke jalur yang
kami temui sebelumnya. Sampai akhirnya kami dapat kembali pulang dengan selamat
menggunakan jalur Apuy yang awalnya kami anggap itu jalur palutungan, tapi
ternyata di jalur itu lah terdapat persimpangan jalur Apuy dan Palutungan.
5.3. Evaluasi
Banyak hal yang harus kami evaluasi
dari perjalan, salah satu nya dari manajemen perjalanan kami yang kurang tepat
dengan waktu pelaksanaan. Seperti dari informasi-informasi terbaru tentang
gunung yang akan kita daki. Karena yang kami alami memang banyak kegiatan yang
memang melenceng dari jadwal yang kami buat, lebih tepatnya kepada konsisten
waktu. Karena akhirnya apabila tidak sesuai jadwal, akan menghambat kegiatan
yang lain. Tapi selain itu perjalanan dapat berjalan dengan baik.
5.4. Kesan dan Pesan
Kesan yang didapat penulis ketika
mendaki gunung Ceremai adalah betapa besarnya ciptaan yang maha kuasa dan
penulis yang berdiri di puncaknya sangatlah tidak ada apa-apanya dibandingkan
dengan kuasa-Nya. Perjalanan sungguh sangatlah menarik dengan di barengi canda
tawa kami yang tidak dengan sengaja menambah semangat kami menuju puncak.
Pesan
yang terlintas dan ingin penulis sampaikan ketika menulis laporan ini adalah
awal yang baik dibarengi kekuatan do’a dan keyakinan yang kuat akan
memperlancar perjalanan, dengan jangan lupakan safety prosedur. Ingat lah selalu
ketika kita mendaki gunung manapun, jangan lah sekali-kali berniat untuk
menaklukan gunung tersebut, tapi jadikan lah gunung tersebut sebagai bagian
dari kawan kita, yang akhirnya akan menuju puncak kemenangan bersama.
Penulis hanya dapat berterima kasih kepada Tuhan
Yang Maha Esa dengan segala keagungannya yang maha segalanya, dengan segala
ciptaannya yang begitu sempurna. Manusia hanya bisa berencana namun Sang
Khalik-lah yang menentukannya. Begitu pula dengan pengembaraan di gunung Ceremai
ini, sematang apapun direncanakan jika Allah berkehendak lain maka tidak sama
dari apa yang telah direncanakan. Tetap semangat berpetualang seni-seni
berpetualang.
SUMBER
INFORMAN
Bapak Endin (Warga Desa Apuy)
BIODATA PENULIS
Nama : Wisnu
Wirandi
Tempat,
tanggal Lahir : Lebak, 02 Januari
1991
Agama : Islam
Status :
Mahasiswa
Jurusan : Karawitan
NIM : 09 222
03
Alamat : Jl. Pramuka No.05 Kp. Pasir Laban RT.01/01
Desa Cikotok Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak Provinsi Banten
Angkatan : Kabut Fajar
No
telepon :
087871200216 / 085624172923
LAMPIRAN-LAMPIRAN
I.
Tabel
Kronologis Perjalanan
Hari,
Tanggal
|
Waktu
|
Kegiatan
|
Keterangan
|
Jum’at, 29 April 2011
|
05.30 WIB
|
Bangun
tidur, mandi, sarapan, prepare alat dan packing
|
Base Camp AW
|
09.10 WIB
|
Apel pemberangkatan
|
Base Camp AW
|
|
09.45 WIB
|
Berangkat Ke Terminal Cicaheum
|
Perjalanan
|
|
10.10 WIB
|
Tiba di terminal cicaheum
|
Terminal cicaheum
|
|
10.15 WIB
|
Makan, dan menunggu bis ke
kuningan
|
Terminal cicaheum
|
|
12.30 WIB
|
Berangkat menuju kuningan
|
Perjalanan
|
|
13.45 WIB
|
Istirahat di shalter Bis
|
Cibeureum-Sumedang
|
|
14.05 WIB
|
Berangkat ke kuningan
|
Perjalanan
|
|
16.45 WIB
|
Tibs di tugu linggajati
|
Lingajati
|
|
16.55 WIB
|
Tiba di pos 1 pendakian jalur
linggasana
|
Desa linggasana kec.cilimus
kab.kuningan
|
|
17.30 WIB
|
Berangkat dari pos 1 menuju
kondang amis
|
Perjalanan
|
|
21.10 WIB
|
Tiba Pos Kondang Amis, masak,
makan dan istirahat
|
Kondang amis
|
|
22.15 WIB
|
Evaluasi
|
Kondang amis (1350 mdpl)
|
|
22.40 WIB
|
Berselimut
kabut malam
|
Kondang Amis (1350 mdpl)
|
|
30 April 2011
|
5.30
WIB
|
Bangun
tidur, masak, dan mengambil Air untuk perjalanan
|
Kondang Amis (1350 mdpl)
|
6.30
WIB
|
Packing
|
Kondang Amis (1350 mdpl)
|
|
07.10
WIB
|
Berangkat
|
Kondang Amis (1350 mdpl)
|
|
08.10
WIB
|
Sampai
di pos kuburan kuda
|
Kuburan Kuda (1502 mdpl)
|
|
09.20
WIB
|
Sampai
di pos pangalap
|
Pangalap (1702 mdpl)
|
|
09.54
WIB
|
Sampai
di tanjakan Binbin
|
Tanjakan Binbin (1709 mdpl)
|
|
10.16
WIB
|
Sampai
di tanjakan Seruni
|
Tanjakan Seruni (1825 mdpl)
|
|
13. 50
WIB
|
Sampai
di tanjakan Bapa Tere
|
Bapa Tere (2102 mdpl)
|
|
14.00
WIB
|
Sampai
di Batu Lingga
|
Batu Lingga (2.402 mdpl)
|
|
15.00
WIB
|
Sampai
di pos sanga Buana I
|
Sanga Buana I (2600 mdpl)
|
|
16.00
WIB
|
Sampai
di sanga Buana II
|
Sanga Buana II (2700 mdpl)
|
|
17.00
WIB
|
Sampai
di pos Pangasinan
|
Pangasinan ( 2900 mdpl)
|
|
18.30
WIB
|
Masak
dan menikmati suasana malam
|
Pangasinan ( 2900 mdpl)
|
|
19.00
WIB
|
Makan
malam
|
Pangasinan ( 2900 mdpl)
|
|
20.00
WIB
|
Evaluasi
|
Pangasinan ( 2900 mdpl)
|
|
1 Mei 2011
|
06.00
WIB
|
Bangun
tidur, masak, sarapan
|
Pangasinan ( 2900 mdpl)
|
07.30
WIB
|
Packing
|
Pangasinan ( 2900 mdpl)
|
|
08.30
WIB
|
Berangkat
menuju puncak gunung Ceremai
|
Pangasinan ( 2900 mdpl)
|
|
09.30
WIB
|
Tiba
di puncak, foto-foto, istirahat
|
Puncak (3.100 mdpl dari
Altimeter, 3.078 mdpl)
|
|
10.00
WIB
|
Perjalanan
turun
|
Puncak (3.100 mdpl dari
Altimeter, 3.078 mdpl)
|
|
11.40
WIB
|
Sampai
di pos Goa Walet
|
Goa Walet 3000 mdpl
|
|
12.44
WIB
|
Sampai
di Pos Sanghyang Rangka
|
Sanghyang Rangka (2600 mdpl)
|
|
13.45
WIB
|
Melanjutkan
perjalanan turun
|
Perjalanan
|
|
14.18
WIB
|
Sampai
di Pos Tegal Jamuju
|
Tegal Jamuju (2400 mdpl)
|
|
14.40
WIB
|
Sampai
di Tegal Warsawa
|
Tegal Warsawa (2200 mdpl)
|
|
15.00
WIB
|
Sampai
di pos II
|
Pos II 2100 mdpl
|
|
15.50
WIB
|
Sampai
di Pos I
|
Pos I (1600 mdpl)
|
|
17.25
WIB
|
Sampai
di Rumah Bapak Endin
|
Apuy
|
|
18.30
WIB
|
SOSPED
|
Rumah pak Endin Apuy
|
|
21.
00 WIB
|
Sampai
di rumah Wilisian Adhi Hasan (Maja)
|
Maja
|
|
22.00
WIB
|
Istirahat
|
Maja
|
|
Senin, 02 Mei 2011
|
01.15
WIB
|
Berangkat
menuju Bandung
|
Perjalanan
|
04.30
WIB
|
Sampai
di kampus
|
Bandung
|
FOTO - FOTO
makasih laporan nya saya jadikan referensi sebagai laporan pengembaraan di sekolah kami
ReplyDeletesama-sama, semoga bermanfaat...
ReplyDelete