Pengetahuan Karawitan
PENGETAHUAN
KARAWITAN
A.
Istilah kawawitan
Kebudayaan daerah berfungsi sebagai
pembentuk kebudayan nasional. Kita pun tahu salah satu bagian dari kebudayaan
diantaranya kesekian. Karena itulah, dapat ditarik kesimpulan bahwa kesenian
daerah merupakan unsure penting dalam pembentukan kesenian nasional Indonesia.
Antara kesenian daerah disatu pihak dan kesenian Nasional di pihak lain tidak
berdiri berhadpan dan saling menyaingi, tapi justru merupakan dua unsur yang
harmonis.
Berbicara kesenian daerah, maka kita akan
berbicara tentang kesenian daerah
sunda, salah satunya adalah Karawitan Sunda.
Karawitan Sunda memiliki cirri-ciri
tersendiri, demikian pula dalam pertumbuhan dan perkembangannya sangat
dilatarblakangi olh keberadaan manusia Sunda itu sendiri. Memang istilah karawitan
dalam bahasa Sunda dapat dikatakan
sebagai bentukan baru. Meskipun demikian, pemakaiannya cepat sekali meluas,
sehinga istilah ini tidaklah dianggap sebagai sesuatu yang asing.
Ada sebuah pendapat yang menyebukan,
istilah karawitan dibentuk dari
kata asal rawit, lalu dibubuhi imbuhan ka-an. Kata rawit itu sendiri,
biasa dihubungkan dengan salah satu jenis cabe, maka jadilah cabe
rawit, yaitu cabe yang bentuknya kecil, warnanya indah, dan rasanya sangat
pedas.
Timbul pertanyaan, apa hubungannya cabe
(kecil, indah, dan pedas) dengan salah stu kesenian? Memang agak sulit
ditelusuri seara pasti, namun diduga antara kedua hal tersebut mempunyai salah
satu persamaan yaitu dalam segi keindahannya. Sebab, sebagai sebuah krya seni, karawitan
memiliki keindahan yaitu dalam suara ang dihasilkannya. Tapi yang jelas,
pada bahasa sunda istilah karawitan diartikan sebagai seni suara yang memiliki
cirri atau unsure tradisi daerah. Orang sunda menggunakan istilah karawitan
untuk jenis kesenian degung, cianjuran, celempungan, calung, dan berbagai jenis
suara lainnya yang mmilikki cirri tradisi sunda. Ciri ini dititik beratkan pada
penggunaan laras pelog dan salendro.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan, bahwa yang dimaksud
dengan karawitan yaitu seni suara manusia dan atau bunyi waditra yang
sesuai dengan (berdasarkan pada) tradisi
daerah.
B.
Media karawitan.
Media yang digunakan dalam karwitan adalah
suara. Suara. yang dimaksud adalah suara yang bersumber dari manusia
dan suara dari waditra yang dimainkan.
Suara yang dihasilkan tersebut mestilah memenuhi syarat sebagai ungkapan musical, maksudnya sesuatu
ayng mempunyai arti yang proses pengolahannya berdasarkan kaidah-kaidah music.
Yang termasuk dalam kaidah-kaidah music ini ialah adanya unsure nada, ritme,
harmonisasi, keseimbangan, dan unsur lainnya.
Di dalam istilah suara ada yang disebut nada
dan desah. Nada adalah suara yang berirama
sedangkan desah adalah
suara yang tidak berirama. Suara dibagi menjadi 2, yaitu suara ultrasonic
dan suara infrasonic. Suara ultrasonic adalah suara yang
tidak bisa terdengar karena terlalu tinggi dan suara infrasonic adalah
suarayang tidak bisa terdengar karena terlalu rendah.
Nada diatur sedemikian rupa sehingga
menjadi laras. Yang dimaksud laras ialah deretan nada-nada, baik turun
maupun naik, yang disusun dalam satu gembyang
(oktav) dengan swarantara (interval) yang telah di tentukan. Dalam karawitan
Sunda dikenal 2 laras pokok; yaitu pelog dan salendro. Laras
pelog terbagi menjadi 3 surupan. Yaitu surupan jawar, surupan Liwung dan
surupan sorog. Laras salendro terbagi menjadi;
a) Degung
Laras degung terbagi
menjadi 2, yaitu Dwi swara dan tri swara.
b)
Madenda
Laras Madenda terdiri dari beberapa ukuran surupan. Ukuran
surupan dalam istilah music dikenal dengan istilah nada dasar. Ukuran surupan
madenda adalah Medenda 4 (ti) = Panelu dan 4 (ti) = Tugu.
c) Mandalungan
Dalam karawitan pun dikenal istilah titi laras. Titi
laras identik dengan tangga nada. Titi laras adalah deretan/susunan nada-nada. Biasanya menggunakan lambing/
notasi. Macam-macam notasi diantaranya:
·
Not angka
1. Solmisasi
2. Da
mi na
3. Rapatinan
·
Not balok
1. Pamanyu
2. Primapista
·
Not huruf
1. Ding
dong
2. Tugu,
singgul, galimber
·
Not rantai
·
Not kata.
C.
Fungsi karawitan
a)
Ritual
Maksudnya adalah, dalam bentuk penyajian
mempunyai maksu dan tujuan keyakinan. Adanya kepercayaan pada sebagian
masyarakat Jawa Barat yang tercermin dalam berbagai upacara yang bersifat
ritual, sebagian besar selalu berkaitan
dengan kesenian, seperti tarian-tarian upacara penghormatan, persembahan, dan
selamatan. Contoh karawitan yang berfungsi sebagai ritual yaitu Tarawangsa,
Angklung Sered, Seni helaran, pementasan wayang golek pada acara ruwatan, dan
lain-lain.
b)
Spiritual
Maksudnya adlah dalam bentuk penyajiannya
harus berdasarkan rasa (kalangenan) untuk diri sendiri. Seni merupakan sebuah
ekspresi, yaitu ungkapan perasaan dan jiwa seseorang. Di dalam karawitan,
perasaan seperti gembira, sedih, marah, cinta, sering diungkapkan dalam
berbagai bentuk. Yang paling terlihat apabila kita memperhatikan syair sebuah
lagu.
c)
Festival
Karawitan juga bisa berfungsi sebagai
festival. Artinya, dalam bentuk penyajiannya tidak mengarah pada rumpun.
Misalnya Pasanggiri dan Binojatrama.
d)
Komersil
Seiring dengan kemajuan zaman, kedudukan
karawitan sudah sejajar dengan jenis kesenian lainnya. Tentunya hal ini
mempengaruhi pula terhadap segi-segi kehidupan senimannya sendiri, khususnya
dalam jaminan materi.
e)
Hiburan
Karawitan berfungsi sebagai hiburan
artinya, dengan bermain atau mendengarkan karawitan, seseorang dapat terhibur
dan tumbuh perasaan senang dalam hatinya. Jenis-jenis karawitan yang
mengandnung unsur hiburan antara lain; Kliningan, Degung Kawih, Jaipongan,
Ketuk Tilu, Calung, Reog, Bangreng, Wayang Bodoran, Longser.
D.
Penyajian
Dalam penyajiannya ada yang brsifat individu
dan bersifat group (bersama). Misalnya karawitan sekar (penyajian
oleh suara manusia), karawitan gending (penyajian oleh waditra),
karawitan sekar gending (penyjian oleh suara manusia dan waditra).
E.
Bentuk
Bentuk penyajian karawitan diantaranya ; karawitan
sekar (penyajian oleh suara manusia), karawitan gending (penyajian
oleh waditra), karawitan sekar gending (penyjian oleh suara
manusia dan waditra).
F.
Sumber bunyi
·
Membranofon (waditra yang sumber bunyi dari
kulit)
·
Aerofon (waditra yang sumber bunyi dari udara)
·
Kordofon (waditra yang sumber bunyi dari dawai)
·
Elektrofon (waditra yang sumber bunyi
menggunakan listrik)
·
Idiofon (waditra yang sumber bunyi dari alat itu
sendiri)
G.
Cara memainkan
·
Dipukul ( kendang, perkusi, dll)
·
Digesek (rebab, biola, dll)
·
Dipetik
(kecapi, gitar, dll)
·
Ditiup (suling, terompet, dll)
·
Digoyang (angklung)
Post a Comment for "Pengetahuan Karawitan"
Kunjungi Juga :
FB. wisnu.natural
WA. 087722452802
IG. @wisnuwirandi