SIMBOL DAN KODE (SUATU PENGANTAR DALAM KOMUNIKASI SENI)

 SIMBOL DALAM KOMUNIKASI SENI


Manusia adalah mahluk yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan mahluk lainnya yaitu; kemampuan daya pikirnya (super rational), kemampuan dan keterampilan berkomunikasi (super sophisticated system of communication), serta kemampuan manusia dalam menciptakan simbol-simbol dan memberi arti pada simbol-simbol yang ada disekitarnya.
Simbol menjadi sesuatu yang penting bagi manusia, oleh karena hanya manusialah yang dapat membentuk simbol sebagai simbol mahluk yang berkebudayaan dan berpikir.
Ernst Cassirer menyebut bahwa manusia adalah animal symbolicum, manusia tak pernah melihat, menemukan, dan mengenal dunia secara langsung kecuali melalui berbagai simbol (Cassirer, 1944: 23-26).Kata simbol diadopsi dari kata Yunani, symbollein yang artinya “mencocokkan”, dua pecahan itu disebut symbola (Achen dalam Dillistone, 2002: 21)
  
 Symbollos yang berarti  tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang (Herusatoto, 2003)
    Goethe bahwa “simbol sejati adalah mengungkap yang universal bukan sebagai impian atau bayangan, melainkan wahyu yang hidup, dari yang tidak dapat diduga”.
     Coleridge berpendapat bahwa simbol sesungguhnya mengambil bagian dalam realitas yang membuatnya dapat dimengerti sebagai sebuah subtansi.
     George MacDonald yang mengisyaratkan bahwa simbol memiliki arti jauh melebihi tanda lahir dan terlihat arbiter untuk sebuah konsepsi yang abstrak serta nilainya yang tinggi terletak pada subtansi bersama dengan ide yang disajikan.
    Arnold Toynbee mengatakan bahwa “simbol diciptakan bukan untuk merepro objeknya namun menerangi objek tersebut”.
     Erwin Goodenough memberi uraian tentang simbol sebagai barang atau pola yang, apapun sebabnya, bekerja pada manusia dan berpengaruh pada manusia, melampaui pengakuan semata-mata tentang apa yang disajikan secara harfiah dalam bentuk yang diberikan itu.
     Dillistone (2002: 18-19) mengartikansimbol sebagai sebuah kata atau barang yang mewakili atau mengingatkan suatu entitas yang lebih besar.
     Lingkungan simbolik merupakan lingkungan yang tepat dalam dunia seni yang segala sesuatunya berlangsung meliputi makna dan komunikasi, seperti kata, bahasa, mite, nyanyian, seni, upacara, tingkah laku, benda-benda, konsep-konsep dan sebagainya (Kuntowijoyo, 1987: 66).
     Dalam peristiwa seni, simbol-simbol ditengarai oleh Suzan K. Langer  (124-139) dengan membagi dua kategori simbol seni yaitu simbol diskursif dan simbol presentasional.
     Simbol diskursif adalah simbol yang pemahaman maknanya dalam seni dibangun oleh pelbagai simbol yang teratur dan diikat oleh struktur, sedangkan simbol presentasional adalah simbol yang pemahaman maknanya dalam seni dapat berdiri sendiri (Sachari, 2002: 18-19).
     Dalam konteks komunikasi, simbol adalah sesuatu yang dipertukarkan, baik dalam komunikasi verbal maupun non-verbal.
     Komunikasi adalah kegiatan pengoperasian lambang/simbol yang mengandung makna atau arti
     komunikasi seni ditekankan pada bagaimana makna itu muncul dan dipahami setelah dikelola dan dipresentasikan lewat sebuah peristiwa seni yang simbolik.
     Komunikasi seni demikian, menurut Pace dan Faules (Mulyana, 2002) bukan sekedar alat untuk menggambarkan pikiran, namun ia adalah pikiran dan juga pengetahuan.

KODE DALAM KOMUNIKASI SENI

    Menurut Havied Cangara, kode adalah seperangkat simbol yang telah disusun secara sistematis dan teratur sehingga memiliki arti.
    David K. Berlo menyatakan bahwa kode pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu kode verbal dan kode non-verbal

1.      Kode Komunikasi Verbal

Kode verbal yang umum digunakan adalah bahasa. Simbol/pesan verbal merupakan semua jenis simbol yang menggunakan dua kata atau lebih.Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari  termasuk ke dalam kategori pesan verbal yang disengaja yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang secara lisan. Bahasa verbal menjadi sesuatu yang mendasar bagi kehidupan manusia.
Bahasa verbal sebagai alat komunikasi rupanya memiliki keterbatasan. Bahasa verbal dalam kehidupan manusia porsi sebenarnya hanya 35% dari keseluruhan komunikasi kita. Beberapa keterbatasan bahasa dalam komunikasi kita adalah sebagai berikut:
1)      Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek
2)      Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual.
3)      Kata-kata mengandung bias budaya.
4)      Percampuradukan fakta, penafsiran dan penelitian

2.        Kode Komunikasi Non-Verbal
Kode non-verbal yang digunakan dalam berkomunikasi menurut Mark Knapp (1978) memiliki fungsi sebagai berikut:

     meyakinkan apa yang diucapkan (repetition)
      menunjukan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata (substitution).
     menunjukan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya (identity)
     menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum sempurna.

Berdasarkan penelitian Albert Mahrabian (1971) menyatakan bahwa tingkat kepercayaan dari pembicaraan orang hanya 7 % berasal dari bahasa verbal, 38 % dari vokal suara dan 55% dari ekspresi muka.

MACAM-MACAM KODE NON-VERBAL
1. Kinestetik
Kinestetik merupakan kode non-verbal yang ditunjukkan oleh gerakan-gerakan badan, dimana gerakan badan ini dibedakan menjadi:
-Emblems
Isyarat yang punya arti langsung pada simbol yang dibuat oleh gerakan badan. Misalnya mengangkat jempol di Indonesia yang berarti yang terbaik, tetapi terjelek bagi orang India.
-Illustrators
Isyarat yang dibuat oleh gerakan-gerakan badan untuk menjelaskan sesuatu, misalnya tinggi rendahnya suatu objek yang dibicarakan.
-Affect displays
Isyarat yang terjadi karena ada dorongan emosional sehingga berpengaruh pada ekspresi muka misalnya tertawa, menangis, sinis dan lain-lain.
-Regulators
Gerakan-gerakan tubuh yang terjadi pada daerah kepala misalnya mengangguk tanda setuju, menggeleng tanda menolak.
-Adaptory
Gerakan badan yang dilakukan sebagai tanda kejengkelan, misalnya; menggerutu, mengepalkan tinju dan sebagainya.

2. Gerakan mata (eye gaze)
Memberi iyarat tanpa kata-kata mata merupakan alat komunikasi yang paling berarti. Bahkan ada yang mengatakan bahwa gerakan mata adalah pencerminan hati. Mark Knapp dalam penelitiannya kembali menemukan empat fungsi gerakan mata, yaitu:
-Untuk memperoleh umpan balik dari lawan bicaranya, misalnya menanyakan pendapat mengenai suatu hal.
-Untuk menyatakan terbukanya saluran komunikasi dengan tibanya waktu untuk berbicara.
-Sebagai signal untuk menyalurkan hubungan, dimana kontak mata akan meningkatkan frekuensi bagi orang yang memerlukan. Sebaliknya orang yang malu/merasa bersalah akan menghindari kontak mata.
-Sebagai pengganti jarak fisik, maksudnya walau ada jarak dalam suatu ruang maka kontak mata dapat mengatasi jarak pemisah yang ada.

3. Sentuhan (touching)
Sentuhan merupakan isyarat yang dilambangkan dengan sentuhan badan. Menurut bentuknya sentuhan badan dibagi menjadi tiga macam yaitu:
-Kinesthetic. Isyarat yang ditunjukan dengan bergandengan tangan satu sama lain, sebagai simbol keakraban atau kemesraan.
-Sociofugal. Isyarat yang ditunjukan dengan berjabat tangan atau saling merangkul. Misalnya di arab dan asia Selatan untuk menunjukan keakraban bersentuhan pundak dengan pundak/berpelukan.
-Thermal. Isyarat yang ditunjukan dengan sentuhan badan yang terlalu emosional sebagai tanda persahabatan yang begitu intim.

4. Paralanguage
Isyarat ini ditunjukan dengan adanya tekanan atau irama suara sehingga penerima dapat memahami sesuatu di balik apa yang diucapkan. Kesalahpahaman sering terjadi kalau komunikasi berasal dari etnik yang berbeda.

5. Diam
Diam bisa merupakan kode non-verbal yang memiliki arti. Sikap diam merupakan realita yang sulit untuk diterka karena bisa multi makna (marah, malu, atau cemas dan lain-lain.) untuk memahami sikap diam maka kita perlu belajar terhadap budaya atau kebudayaan-kebudayaan seseorang.

6. Postur tubuh
Orang dilahirkan dengan berbagai macam bentuk postur tubuh. Well dan Siegel  menemukan dan membagi bentuk tubuh manusia dalam tiga bagian yaitu:
Ectomorphy, adalah bentuk tubuh yang kurus tinggi yang dilambangkan sebagai orang yang ambisi, pintar, kritis dan sedikit cemas.
Mesomorphy memiliki bentuk tubuh yang tegap, tinggi, dan atletis yaitu memiliki pribadi yang cerdas, bersahabat, aktif dan kompetitif.
Endomorphy memiliki tubuh pendek, bulat dan gemuk dimana mereka digambarkan berpribadi humoris, santai dan cerdik.

7. Kedekatan dan ruang (proximity and spatial)
Ini menunjukan kedekatan diantara dua objek yang mengandung arti. Edward T. Hall membagi kedekatan menjadi:
-Wilayah intim (rahasia) jarak 3-18 inchi
-WIlayah pribadi 18-4 kaki
-Wilayah sosial 4-12 kaki
-Wilayah umum (publik) sampai suara kita terdengar antara 4-12-25 kaki.

8. Artifact dan Visualisasi
Artefak adalah hasil kerajinan manusia yang mengandung arti, selain untuk kepentingan estetika atau untuk menunjukan status atau identitas. Visualisasi ini terkait dengan aktivitas artistik dalam seni pertunjukan.

9. Warna
Warna memberi arti pada suatu objek. Hampir seluruh bangsa memiliki arti tersendiri pada warna, baik dari arti bendera, upacara ritual dan lain-lain. Warna juga dapat menggambarkan suasana, aspek-aspek psikologis, yang dalam teater menjadi bagian dari visualisasi realitas panggung dan para aktornya.

10. Bunyi
Bunyi-bunyian yang diartikan sebagai isyarat misalnya; siulan, bertepuk, bunyi terompet, beduk dan lain-lain yang berkaitan dengan musikal merupakan kode atau isyarat. Dalam seni pertunjukan, apalagi teater, bunyi bukan sekedar bunyi, tetapi bunyi adalah sebuah tanda. Ketika bunyi menjadi sebuah tanda, maka segala bunyi menjadi simbol tersendiri, sekalipun ada bunyi-bunyi yang disajikan sebagai ilustrasi

11. Waktu
Waktu mempunyai arti tersendiri bagi kehidupan manusia. Bagi masyarakat tertentu melakukan suatu pekerjaan seringkali melihat waktu. Misalnya membangun rumah, perkawinan, menanam padi dan lain-lain. Begitupun cara mereka memandang arti dari waktu itu sendiri. Waktu dalam seni pertunjukan sudah dikonstruksi oleh masyarakat lingkungannya, maka dari itu kita akan mengenal pertunjukan “tujuh hari tujuh malam”, “semalam suntuk”. Selain itu, waktu dalam pertunjukan teater juga menunjukkan simbol peristiwa-peristiwa atau harapan-harapan.


By: Wisnu Wirandi, 2016

Post a Comment for "SIMBOL DAN KODE (SUATU PENGANTAR DALAM KOMUNIKASI SENI)"