UKURAN ESTETIKA KONTEMPLATIF

 
 
PLATO :1.Sumber keindahan adalah cinta kasih
2.Ada keindahan yang melekat pada benda seni, dan ada keindahan yang berada di luar benda
3.Keindahan pada benda merupakan ilusi dari keindahan yang sebenarnya. Namun, ada bentuk indah yang abadi. Benda indah di dunia hanyalah tiruan dari ide yang abadi itu
4.Keindahan dengan demikian bersifat transenden
5.Benda seni yang diciptakan para seniman merupakan ilusi hasil peniruan dari keindahan yang abadi
6.Keindahan menunjukkan adanya ukuran, proporsi, dan unsur-unsur yang membentuk kesatuan besar

ARISTOTELES :
1.Seni itu merupakan imitasi (mimesis). Meniru dapat menimbulkan kegembiraan dan keindahan. Tetapi, imitasi di sini bukan sekadar reproduksi realitas. Yang ditiru adalah perilaku manusia yang mengandung hukum kemungkinan terjadinya pada manusia dan keharusan terjadinya.
2.Karya seni adalah karya nyata yang dapat dicerap secara sensoris (inderawi)
3.Ciri-Ciri keindahan: kesatuan atau keutuhan; harmoni atau keseimbangan; kejernihan atau kemurnian

Plotinus
1. Sumber keindahan adalah ide keindahan yang abadi 
2. Pengalaman keindahan pada manusia bukan bersifat inderawi (sensoris), tetapi transenden dan  intelektual.  
 3. Pengalaman keindahan manusia dapat memberikan ketenangan batin karena manusia mengenal kembali hubungan dirinya dengan segala sumber asas, yakni yang Esa 
4. Pengalaman keindahan adalah hasil kontemplasi dari yang inderawi ke  yang Esa 
5. Hambatan utama pencapaian puncak pengalaman  keindahan ini adalah sifat  materialistik manusia

Santo Agustinus

1. Yang indah merupakan kesatuan objek yang sesuai dengan pengaturan dan perbandingan bagian-bagiannya masing-masing
2. Karya seni yang indah adalah karya seni yang sesuai dengan keteraturan ideal yang hanya dapat diperoleh dari terang Illahi. Inilah sebabnya filsafat Agustinus disebut iluminasi, yang berarti segala sesuatunya berkat anugrah cahaya terang dari Tuhan
3. Agustinus menolak seni sebagai mimesis. Seni itu  transenden
4. Bentuk dan keindahan yang sebenarnya itu melebihi apa yang tampak

MARCILIO FICINO

1. Sifat karakteristik seni adalah kemampuannya    melepaskan diri dari hal-hal kebendaan  
2. Dalam kontemplasi, jiwa meninggalkan badan dan menyatu dalam ide bentuk, sehingga terjadi  pengalaman keindahan. Pengalaman inilah yang kemudian diungkapkan dalam wujud benda seni

THOMAS AQUINAS
1.Peranan subjek dan benda seni  amat menentukan dalam seni. Oleh karenanya, Thomas Aquinas menekankan pentingnya pengetahuan subjek dan pengalaman empiris kesenian
2.Ada penggabungan dua teori, yaitu teori subjektif (tentang perlunya pengalaman keindahan) dan teori objektif (perlunya benda seni)
3.Syarat-syarat keindahan: Kesempurnaan bentuk atau kesatuan; proporsi atau keselarasan; dan kecerlangan

ALBERTI
1.Seni adalah harmoni antara unsur-unsurnya, dan setiap perubahan dalam setiap unsur terkecil pun dapat merusak seni tersebut
2.Alberti melahirkan persoalan sense of beauty yakni kemampuan seseorang untuk dapat melihat keindahan benda seni.

Castelvetro
Seni harus memberikan hiburan berupa kesenangan, kegembiraan,dan rekreasi

ZAMAN PENCERAHAN
    - RENE DESCARTES
1.Keindahan dimasukkan ke dalam kategori sensoris dan intelektual dalam daya kemampuan manusia secara alami. Keindahan juga dinilai sebagai suatu gejala yang empiris dan transendental
2.Adanya hubungan dunia objektif yang berupa karya seni budaya dengan kodrat alamiah manusia
3.Selera menjadi dasar kritik objektif terhadap seni. Dalam hal ini peranan subjek yakni manusia, menjadi fokus sebagai hakim keindahan benda seni
4.Mulai memudarnya teori keindahan secara spekulatif,  dan mulai munculnya aneka konsep dan teori seni

- EARLY OF SHAFTESBURY
1.Ada 3 tingkatan dalam menikmati keindahan ini: Keindahan tingkat jasmani; Keindahan tingkat rohani (spiritual); dan Keindahan tingkat Illahi
2.Segala yang indah itu bersifat baik dan teratur. Inilah sebabnya ukuran moral menjadi sangat penting dalam nilai seni
3.Apresiasi seni mempunyai dua fungsi yaitu: sebagai hakim moral dan rasa keindahan.
4.Fungsi moral seni  bersifat intelektual karena menyangkut hal-hal yang baik dan tidak baik, sedangkan selera keindahan bersifat transendental
 
ZAMAN ROMANTIK

FRIEDRICH SCHILLER
1.Tidak seharusnya para filsuf seni menempatkan perasaan sebagai subordinasi pikiran. Perasaan dan pikiran dapat saling berkoordinasi secara timbal balik.
2.Keindahan merupakan objek bagi kita, karena renungan terhadapnya  adalah kondisi yang dapat kita rasakan. Namun, keindahan juga merupakan subjek, karena perasaan adalah kondisi yang memungkinkan kita memperoleh persepsi darinya
3.Seni berhubungan dengan naluri bermain. Naluri bermain itu dasarnya peniruan. Dalam bermain terdapat suasana kebebasan, tanpa tujuan praktis, yaitu bermain demi permainan itu sendiri

ZAMAN POSITIVISME DAN NATURALISME
HERBERT SPENCER
1.Sesuatu yang berguna menjadi sesuatu yang indah ketika sesuatu itu sudah tidak memerankan fungsi kegunaannya lagi.
2.Karya seni yang baik mampu membangkitkan energi, kekuatan, dan emosi tingkat tinggi. Tetapi jarang ada karya seni yang seperti ini, karena hampir semua karya seni merupakan campuran antara efek artistik dan anti-artistik
 
ZAMAN ABAD KE-20
EDWARD BULLOUGH

Bullough mengemukakan masalah “jarak psikis” dalam seni.  Jarak psikis ini bertujuan melihat dan menilai karya seni secara objektif. Dengan demikian, akan tercapai penikmatan karya seni yang objektif pula tanpa adanya pengaruh kepentingan pribadi.
Dalam menghadapi karya seni, Bullough menyatakan: Hendaknya orang melupakan segala kepentingan pribadi yang menyangkut karya tersebut, kecuali demi keindahan karya seni itu sendiri.
Manfaan jarak psikis ini adalah dapat ditemukannya karakteristik yang ada pada objek estetik. Dari karakteristik tadi, kita dapat lebih mengarahkan perhatian, dan dengan demikian dapat memperoleh pengalaman estetik

ZAMAN KONTEMPORER
CLIVE BELL

Komponen teori Bell ada 3, yaitu: emosi estetik, bentuk signifikan, dan esensialisme. Emosi estetik hanya dapat ditimbulkan oleh karya seni. Emosi estetik adalah emosi spesifik, yaitu emosi yang muncul hanya dari karya seni yang mengandung nilai emosi spesifik tertentu. Bentuk signifikan adalah nama sekumpulan hubungan tertentu dalam unsur-unsur karya seni.
Karya seni adalah sebuah objek yang memiliki bentuk signifikan, yaitu nama objek apapun yang menimbulkan emosi estetik.


KESIMPULAN
SEMAKIN BANYAK SESEORANG MENGALAMI DAN MENIKMATI KEINDAHAN KARYA SENI, MAKA PERASAAN SESEORANG ITU SEMAKIN PEKA DAN TEROLAH, SEHINGGA NILAI-NILAI KEINDAHAN ITU TERINTERNALISASI DALAM JIWA, HATI, DAN SIKAPNYA DALAM  MENJALANI KEHIDUPAN SEBAGAI MAHLUK SOSIAL, BERBUDAYA, DAN RELIGIUS.