KAJIAN SOSIOLOGI SENI
Materi Pertemuan 1 :
Kajian Sosiologi Seni
Pascasarjana Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung
KAJIAN SOSIOLOGI SENI
Sosiologi
merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan kritis, skeptis dan sistematis. Ilmu
ini meneliti struktur manusia dalam dunia sosial. Sosiologi dapat mempelajari
berbagai hal dari persoalan-persoalan besar (seperti peperangan dan kemiskinan)
hingga persoalan-persoalan yang lebih kecil (seperti tomat, toilet, dan
telepon) dan dapat bersifat kritis maupun mendukung. (Plumer, 2011:18).
Sosiologi
Makro merupakan gambaran sosiologi secara menyeluruh dari berbagai aspek
masyarakat dan kehidupannya (termasuk kesenian). Misalnya masyarakat kesenian
di suatu tempat, masyarakat tersebut aktif dalam kesenian. Maka,kelompok masyarakat tersebut dapat dikatakan golongan sosiologi makro. Sosiologi mikro
merupakan gambaran gambaran secara khusus dari aspek masyarakat dan kesenian.
Masyarakat pecinta kesenian wayang, masyarakat pecinta sandiwara, masyarakat pecinta kesenian Tembang Sunda Cianjuran, masyarakat pecinta Kawih,
dan lain-lain.
Beberapa pendekatan Sosiologi Seni :
11. Pendekatan Kurtural
Pendekatan
kultural Adalah pendekatan yang merujuk pada peranan norma dan nilai (value)
bersama. Kecenderungan pendekatan ini adalah bahwa anggota masyarakat mempunyai
kepercayaan-kepercayaan tertentu secara umum. Artinya masyarakat kesenian yang
menjadi penyangga (buffer) segaala aktifitas kesenian, khususnya masyarakat di
kampung-kampung, di desa-desa yang secara tradisional telah memiliki tradisinya
sejak lama yang telah mendudukan kesenian sebagai bagian dari rasa komunal
mereka. Misalnya seperti yang terjadi pada masyarakat adat, mereka meyakini serta memeprcayai adat istiadat yang diberlakukan oleh pimpinan adatnya, dan jika tidak dipatuhi maka akan terjadi bencana atau tertimpa malapetaka pada dirinya. Contohnya, pada masyarakat adat Cipta Gelar khususnya desa Sinar galih kecamatan Cibeber kabupaten Lebak-Banten yang merupakan komunal adat yang meyakini bahwa di desa tersebut dilarang menggunakan kompor minyak tanah ataupun kompor gas, harus selalu menggunakan hawu atau tungku. Jika hal tersebut dilanggar, maka satu rumah dalam keluarga tersebut mengalami sakit. sakit yang diderita tidak akan sembuh dengan obat dari dokter, tapi dapat disembuhkan jika yang melanggar mengakui kesalahannya. (hasil penelitian Wisnu Wirandi).
22. Pendekatan Realasi Kebudayaan dan Dominasi
Masa
orde lama (soekarno) setiap partai umumnya mempunyai lembaga kebudayaan, salah
satunya yang menonjol adalah LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakyat) dibawah PKI.
Masa
Orde baru (soeharto) memiliki BKKNI (Badan Koordinasi Kesenian Indonesia) yang
mengatur segala hal tentang seni di Indonesia. Masa reformasi memmiliki BEK
(Badan Ekonomi Kreatif) tetapi dinamika kesenian tidak didominasi.
33. Pendekatan Interaksionis
Pendekatan
ini pada hakikatnya mununjuk bahwa proses kesadaran tertib sosial pada skala
mikro, dalam interaksi sehari-hari. Pendekatan ini merujuk pada karya Goffman
dan etnometodologi. Dunia kesenian atau komunitas-komunitas tertentu
sesungguhnya memiliki “aturan main” yang lebih banyak “tidak tertulis” tetapi
dalam ranah tradisi lisan yang kuat. Komunikasi yang terjalin lebih tepat
disebut komunikas kelisanan dan kesepakatan.