DATA KESENIAN KABUPATEN LEBAK
Dokumen Pribadi: Penggiat Budaya Kab.Lebak
Nama: Wisnu Wirandi, M.Sn. (NUTB:2020113359)
1. Kesenian Goong Gede
Goong
Gede
merupakan salah satu jenis kesenian yang menjadi bagian dari siklus kehidupan
masyarakat pesawahan yang berada di daerah Banten Selatan, tepatnya di Desa
Citorek Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak. Goong
Gede
hanya dapat ‘ditabuh’ sewaktu-waktu saja, terutama pada saat akan mulai menanam
padi, saat padi mulai menguning, serta pada saat panen padi. Goong Gede selalu ditabuh sebelum
kegiatan-kegiatan tersebut dimulai.
Selain pada kegiatan-kegiatan tersebut, Goong Gede pun ditabuh pada acara seren taun serta hajat
lembur. Waditra-waditra yang terdapat pada ensambel Goong Gede di antaranya: koromong
atau bonang sebanyak 12 penclon, slukat atau saron 2 ancak dengan masing-masing slukat berjumlah 6 bilah, Cental atau
ketuk, kempul dan goong, kecrek, serta 1 set kendang.
2. Dogdog Lojor
Nama Dogdog lojor diberikan, oleh masyarakat umum, karena terfokus, pada tiga buah alat musik tetabuhan dalam kesenian tersebut. Sementara, alat kesenian lainnya, yang jumlahnya lebih banyak, adalah dari alat seni angklung. Tiga alat musik tersebut oleh masyarakat baduy sebenarnya bukan bernama dogdog lojor, tetapi bernama bedug, talingtit, dan ketug. Dogdog lojor memang hampir mirip dengan kedua alat seni tradisional tersebut. Karena, penamaan dogdog disebabkan suara yang dihasilkan mengeluarkan bunyi dogdog. Sementara itu. Lojor berarti panjang. Sebuah nama yang diambil dari ukuran peralatan seni tradisional tersebut yang memiliki panjang sekitar 50 hingga 60 sentimeter. Penamaan dogdog lojor oleh masyarakat umum disebabkan, seni angklung sudah begitu banyak bertebaran di seantero jawa barat. Sehingga, dipilihlah nama dogdog lojor, sebagai nama kesenian tradisional tersebut. Sementara itu. Masyarakat Baduy menamakan kesenian tradisional tersebut dengan nama angklung. Dan, tidak ada nama lain di belakang nama kesenian tersebut.
3. Angklung Buhun
Angklung Buhun adalah alat musik angklung tradisional urang Kanekes atau suku Baduy, yang tinggal di Gunung Kendeng, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten Selatan. Bagi masyarakat Baduy, kesenian angklung buhun ini merupakan salah satu kesenian yang dianggap sakral dan memiliki nilai khusus di dalamnya.
Angklung Buhun dalam bahasa Indonesia berarti “angklung kuno” karena alat musik angklung ini sudah ada dan berkembang sejak ratusan tahun yang lalu. Bisa dibilang angklung buhun dipercaya sudah ada sejak terbentuknya masyarakat Baduy sekitar abad ke 16, sehingga bagi mereka kesenian ini memiliki makna yang sangat penting dan menjadi salah satu pusaka dalam mempertahankan eksistensi masyarakat Baduy.
4. Calung Renteng
Calung Renteng atau Calung Runtuy merupakan deretan buluh-buluh bambu yang di tata serta panjangnya berurutan sesuai nadanya. Deretan buluh-buluhnya di ikat yang merupakan untaian yang selanjutnya di rentangkan pada dua batang bambu yang melengkung. Di tabuh memakai dua slat pukul (panakol) dan di pegang oleh tangan kiri satu dan tangan kanan satu. Bergerak dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Ada pula buluh¬buluh tersebut merupakan untaian pada tali. Ujung satunya yaitu buluh yang paling pendek di ikatkan pada tiang atau pohon. Ujung yang satunya lagi, talinya di ikatkan pada pinggang si penabuh. Di tabuh menggunakan dua alat pemukul (panakol) dari atas ke bawah atau sebaliknya. Calung renteng berkembang di daerah selatan kabupaten Lebak.
5. Rengkong
Rengkong merupakan kesenian asli Sunda yang lahir dari budaya masyarakatnya yang terkenal agraris. Sejak dahulu, berbagai varietas padi unggulan banyak dihasilkan dari bumi Parahyangan ini. Tak dapat dipungkiri, kabupaten lebak menjadi “lumbung padi” bagi masyarakat nusantara, khususnya di Pulau Jawa. Kehidupan agraris inilah yang kemudian menghasilkan berbagai kesenian tradisi, seperti kesenian Rengkong misalnya.
Nama Rengkong diambil dari nama alat yang dahulu digunakan untuk memanggul beras. Rengkong terbuat dari bambu jenis gombong yang saat itu banyak ditemukan di kabupaten Lebak daerah selatan. Bambu yang panjangnya sekitar 2 meter tersebut kemudian dikaitkan dengan tali injuk yang sudah diikatkan setandan beras. Bambu akan menghasilkan suara yang unik hasil dari pergesekan tali injuk dengan bambu. Suara tersebut akan terdengar menarik dan meriah jika rengkong yang dimainkan lebih dari satu.
Secara umum semua bahan pembuat Rengkong berasal dari alam, antara lain bambu yang memiliki diameter besar, umbul-umbul yang terbuat dari daun pisang yang sudah mengering, tali injuk, dan kumpulan padi yang beratnya lebih dari 5 kg. Pemain rengkong biasanya adalah laki-laki dewasa, mereka berjumlah 5-6 orang dengan mengenakan pakaian adat tradisional Kasepuhan Sunda yang dikenal dengan baju kampret. Dilengkapi celana pangsi hitam dan pada bagian kepala dihiasi dengan iket atau totopong, yaitu tutup kepala tradisional Sunda.
6. Pok-Plod
Kesenian khas Sobang. Pokplod. Terdiri dari angklung dan kendang panjang. Kendang panjang dikenal dengan kendang lojor. Angklung yang digunakan merupakan angklung buhun. Angklung khas Banten yang berbeda dengan angklung pada umumnya. Angklung yang digunakan pada kesenian Poklod lebih besar dan panjang.Pokplod biasa tampil di acara syukuran seperti hajatan pernikahan, sunatan, panen, dan lainnya. Pokplod ini biasa bergandengan dengan kesenian Gondang. Nama Pokplod sendiri diambil dari suara yang keluar dari kendang panjang yang dipukul beriringan dengan kendang bulat. Bunyinya, Pok-Plod.
7. Celempung
Celempung merupakan alat musik yang terbuat dari hinis bambu yang memanfaatkan gelombang resonansi yang ada dalam ruas batang bambu. Alat pemukulnya terbuat dari bahan bambu atau kayu yang ujungnya diberi benda tipis agar menghasilkan suara nyaring. Cara memainkan alat musik ini ada dua cara, yaitu :(1). cara memukul; kedua alur sembilu dipukul secara bergantian tergantung kepada ritme-ritme serta suara yang diinginkan pemain musik, (2). pengolahan suara; Yaitu tangan kiri dijadikan pengolah suara untuk mengatur besar kecilnya udara yang keluar dari bungbung (badan) celempung. alam perkembangannya, musik celempung ditambah dengan waditra (alat musik) lainnya seperti kecapi, biola serta alat musik melodis lainnya. Jadi kata celempung-an adalah alat musik celempung yang sudah ditambah dengan waditra lain.
8. Ubrug
Ubrug adalah teater tradisional yang berkembang di daerah Banten. Kesenian ini merupakan perpaduan antara unsur komedi, gerak, musik, dan sastra (lakon). Persebaran kesenian ubrug berkembang di kabupaten Lebak.
9. Topeng
Kesenian topeng hamper sama dengan kesenian ubrug yakni sebuah
kesenian yang memadukan unsur komedi, gerak, musik dan sastra (lakon) yang ada
di kabupaten lebak. Hanya penggunan istilah topeng lebih banyak digunakan oleh
masyarakat kabupaten Lebak bagian selatan, yakni di kecamatan Cibeber.
10. Pantun
Seni pantun merupakan seni pertunjukan yang telah dikenal di Pasundan
sejak abad ke-16. Seni ini tergolong seni pertunjukan yang telah mengalami
kemunduran bahkan hampir punah, karena sudah jarang dipertunjukkan. Oleh karena
itu generasi muda umumnya sudah tidak mengenalnya. Ada berbagai alasan tentang
kemunduran ini, tetapi yang jelas umumya sudah berabad-abad. Seni ini merupakan
gabungan antara seni suara dan seni sastra. Melibatkan seni suara karena cara
membawakan cerita dalam seni pantun dengan cara dinyanyikan (dikawihkan) dan
melibatkan seni sastra karena cerita pantun berupa puisi ataupun prosa. Kesenian
pantun di kabupaten lebak berada di desa Sirna Resmi (Cicemet).11. Debus
Debus adalah kesenian bela diri dari Banten, kesenian ini menyebar dan dapat juga ditemukan di Aceh dan Sumatra Barat. Kesenian ini mempertunjukan kemampuan manusia yang kebal terhadap senjata tajam, air keras, dan lain-lain
Post a Comment for "11 KESENIAN TRADISIONAL DI KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN"
Kunjungi Juga :
FB. wisnu.natural
WA. 087722452802
IG. @wisnuwirandi