RITUAL KULTURAL MUDIK LEBARAN

Akhir-akhir ini semua media sosial dihebohkan dengan hadirnya aturan larangan mudik lebaran. Pemerintah secara resmi telah melarang mudik Lebaran 2021 selama 6-17 Mei 2021. Hal itu diumumkan dalam Surat Edaran Nomor 13 Tahun 2021 dari Satgas Penanganan Covid-19 tentang Peniadaan Mudik Hari Raya Idul Fitri Tahun 1442 Hijriah dan Upaya Pengendalian Penyebaran Covid-19 Selama Bulan Suci Ramadhan 1442 Hijriah. Kebijakan itu diperketat dengan dikeluarkanya Addendum atas SE Nomor 13 Tahun 2021 tersebut. Pengetatan persyaratan Pelaku Perjalanan Dalam Negeri (PPDN) 2 pekan sebelum dan sepekan setelah masa peniadaan mudik, yakni 22 April-5 Mei 2021 dan 18-24 Mei 2021.


Namun, perlu kawan-kawan ketahui. bahwa mudik artinya pulang; pulang ke kampung halaman menemui kerabat, saudara dan handai tolan, dan juga "menemui" mereka yang tealh tiada untuk dikirimi doa dalam ritus di Sunda biasa dikenal dengan istilah berziarah. Mudik inilah yang dilakukan secara kolosal dan nyaris menjadi agenda nasional besar-besaran yang terjadi pada hari raya Idul Fitri.

Di dalamnya terdapat suasana ritus-sosial yang amat menggetarkan. Bagaimana orang dalam jumlah yang tidak terbilang pulang serempak ke kampung halaman. Media sosial serupa BBM, twitter, handphone, WA, Facebook dan yang lainnya ternyata dianggap tidak cukup mewakili untuk mengucapkan "Selamat Hari Raya, Mohon Maaf Lahir dan Batin". Mudik menjadi sebuah pengokohan bahwa silaturahmi mengandaikan adanya pertemuan fisik, harus "blusukan" dan tatap muka dengan sekedar keintiman di dunia maya dengan kata-kata walaupun dirangkai sangat puitis lengkap dengan gambar dan video.

kepulangan dalam jumlah banyak inilah yang kemudian membuat "mudik" menjadi tidak hana berdimensi ritual-personal, namun juga sosial-kultural. Negara ikut terlibat, minimal mengatur bagaimana agar arus mudik tidak menimbulkan kecelakaan dan kemacetan panjang. 

Namun, hal-hal tersebut diatas hanya menjadi sebuah klise saja di waktu sekarang. Dengan dihadirkan nya peraturan pemerintah yang melarang mudik lebara di tahun 2021 dengan tujuan melawan penyebaran covid-19 di Indonesia. Tetap saja mudik menjadi salah satu kerinduan bagi setiap perantau.

Mudik secara metafisik minimal menginjeksikan kesadaran transendental tentang kepulangan ke haribaan Yang Mahakuasa yang menjadi kepastian setiap kita. Dunia sebagai tempat perantauan sementara bukan sekedar sebuah rapalan, namun menjadi kesadaran yang kemudian membingkai seluruh tindakan kita menjadi bertanggungjawab.

Dunia, sesuai dengan makna semantiknya yang berarti "dekat", adalah tempat istirahat untuk kemudian melakukan mudik hakiki menuju akhir persinggahan abadi (akhirat artinya akhir) dengan sebuah kepastian yang tak terbantahkan bahwa mereka "yang menebar angin akan menuai badai". Kebaikan berbalas kebaikan, dan angkara murka berbalik menjadi rupa petaka.

Mudik menjadi sebuah miniatur kepulangan kepada Yang Abadi, serupa dengan keyakinan yang ditanamkan-Nya: Inna illahi wa inna ilaihi raji'un; yang artinya kita berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada-Nya. Sangkan Paraning Dumadi, dalam spiritualisme Jawa yang banyak mengadopsi mistik Islam. Dalam falsafah Sunda, mulaih ka jati mulang ka asal.

Tuhan adalah "asal" dan "akar" dari seluruh daun fana yang akan meranggas, layu, dan akhirnya mati berguguran satu persatu, helai demi helai kembali ke akar untuk memulai "hidup baru" dalam atmosfer yang berbeda dengan kehidupan semula. 

Mudik juga merupakan wujud nyata dari tradisi lama yang menjadi bagian dari batang Kebudayaan, bahwa kita sesungguhnya adalah masyarakat komunal yang tidak mungkin bisa sepenuhnya melepaskan diri dari jaringan sosial, jaringan kultural, dan kebiasaan nenek moyang. Masyarakat yang terbiasa mudik lebih senang berkumpul dan mengikatkan diri dengan "keluarga besar".

Itulah hakikat mudik yang dapat saya simpulkan dari beberapa referensi, semoga kawan-kawan yang belum bisa mudik tidak bersedih, namun jadikan sebagai sebuah motivasi baru demi kehidupan yang lebih baik dan terbebas dari pandemi Covid-19. amin.

Tetap sehat kawan-kawan, Tetap semangat, semoga bermanfaat, salam lestari..salam literasi...Wisnu Wirandi...




Post a Comment for "RITUAL KULTURAL MUDIK LEBARAN"