SEJARAH KETUPAT PADA HARI RAYA IDUL FITRI

Hallo sahabat Budaya, adakah yang tau Sejarahnya atau latarbelakangnya mengapa Hari Raya Idul Fitri selalu di identikan dengan salah satu makanan yang bernama ketupat? hahhaha...unik ya?? sebuah fenomena kultural yang sejatinya kita juga harus tahu mengapa demikian? mengapa harus ketupat? kita sebagai umat muslim di Nusantara setidaknya mengetahui latarbelakangnya. 

Baik, pada kesempatan ini saya ingin membahas fenomena tersebut. Sejarah Ketupat Pada Hari Raya Idul Fitri. Tentunya pembahasan saya ini hasil rangkuman dari beberapa sumber rujukan literasi saya. Bukan menurut asal-asalan saya yah kawan-kawan..hehehe..

Kono katanya, ketupat sudah ada sejak pemerintahan Demak yang dipimpin oleh Raden Fatah awal abad ke-15. Raden Fatah sengaja membuat ketupat yang dibagikan secara rutin kepada rakyatnya sebagai bagian dari "politik Kerajaan" untuk mencari simpatik massa. Dengan ketupat, hati mereka terbeli. Tak ubahnya hari ini para politisi membeli hati masyarakat dengan sebaran parcel dan hadiah hari raya lainnya sebagai investasi untuk pemilihan umum atau pilkada.

Riwayat lain menyebutkan bahwa salah seorang walisongo, Sunan Kalijaga, adalah orang pertama yang mengenalkan tradisi ketupat pada masyarakat pedalaman Jawa.

Sang Wali itu memilih ketupat buatannya dalam dua tipologi: ketupat saat lebaran dan ketupat yang dibuat seminggu setelah lebaran. ketupat-ketupat ini kemudian dibagikan kepada penduduk sekitar sebagai lambang keinginan bersama menegakan kohesivitas sosial. ketupat ditangan sang wali menjadi sangat bersentuhan dengan etos penyebaran sebuah agama sebagai ekspresi dari ijtihad budaya lokalnya. sebentuk komunikasi ritual sang wali dibungkus dengan ketupat agar pesan-pesan keagamaannya lekas tersampaikan.


Dalam literatur lain, saya menemukan ada setidaknya lima tanda baik pemilihan ketupat sebagai simbol Idul Fitri: Pertama, melambangkan tekad pemadatan pengalaman keberagamaan selepas Ramadhan. Ia tak ubahnya padatnya beras yang ada di dalam ketupat. Ramadhan diposisikan sebagai kawah candradimuka untuk melakukan pelatihan ruhaniah. Dan sejauhmana pelatihan itu berhasil, acuannya adalah dalam pertandingan resmi pada sebelas bulan sisanya selepas puasa.

Kedua, melambangkan ihwal keniscayaan membangun solidaritas kokoh yang melampaui sekat-sekat fanatisme kelompok dan eksklusivisme pemahaman keberagamaan. ini diibaratkan dengan kokohnya janur yang teranyam sehingga menjadi bentuk otonom dari sebuah ketupat segi empat tanpa pernah beras yang ada di dalamnya ketika sudah matang kemudian menyembul ke luar dari garis kebersamaan.


Tidak pernah terjadi nasi yang sudah matang (sikap beragama yang dewasa) menerabas bungkus ketupat karena merasa berhak untuk melakukan pendakwaan kebenaran.

ketiga, membuat ketupat membutuhkan ketekunan agar anyaman yang dibuat sesuai keinginan, selaras dengan jalur yang telah terpolakan sebelumnya. Hal ini menunjukan adanya kewajiban proses dalam hal ihwal, termasuk dalam membangun kematangan iman.

iman yang rusuh namun toleran jauh lebih baik dari pada klaim keimanan yang stabil tapi tertutup, intoleran dan tidak bersedia didialogkan dengan iman orang lain. 

Keempat, ketupat mengandung arti sikap diri yang "mengaku lepat" (mengaku salah). Pengakuan inilah yang kemudian menjadi motif utama di hari raya yang penuh kemenangan. Orang saling meminta pemaafan dan pemberian maaf ditebarkan penuh keikhlasan.

Kelima, makan ketupat terasa kurang sempurna kecuali dibarengi 'kerabatnya' serupa opor ayam, rendang, tumis, dan kerupuk. Filosofinya bahwa seorang pemimpin dikatakan pemimpin ketika ada rakyatnya. Ketika rakyat melakukan pembangkangan dan sudah tidak percaya lagi, maka kepemimpinan itu bukan hanya tidak legitimated, namun juga akan terasa hambar sebagaimana hambarnya Idul Fitri hanya dengan ketupat tanpa kerabatnya.


Nah, itulah tadi beberapa nilai filosofi ketupat di hari raya idul fitri beserta sejarahnya berdasarkan literasi yang saya dapatkan kawan-kawan. Jadi benar menururt seorang pakar antropolog dan semiotika berkebangsaan prancis (Levi-Strauss) bahwa dari makanan kita dapat belajar banyak hal, dari ketupat kita dapat mencapai hakikat. 

Apakah kawan-kawan merindukan adanya ketupat di hari Raya? segera siapkan beserta opor ayam dan kawan-kawannya yah...hehehe. Atau adakah diantara kawan-kawan yang punya kenangan indah tentang ketupat di hari raya? tulis di kolom komentar yah..hehehe

Semoga tulisan ini bermanfaat, menambah wawasan dan juga pengetahuan kawan-kawan. Mari berbagi pengetahuan...

Terimakasih, salam Budaya, salam literasi, salam lestari, Wisnu Wirandi. 

Post a Comment for "SEJARAH KETUPAT PADA HARI RAYA IDUL FITRI"