ESSAY GURU PENGGERAK WISNU WIRANDI


 1. Apa Yang Memotifasi Anda Menjadi Guru Penggerak

Mohon izin memperkenalkan diri, saya Wisnu Wirandi, S.Sn., M.Sn. Saat ini saya mengajar di SMP Negeri 1 Cibeber kabupaten Lebak Provinsi Banten. Kecamatan Cibeber adalah salah satu kecamatan yang paling ujung di provinsi Banten bagian selatan, yang berbatasan langsung dengan kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Saya mengampu matapelajaran Seni Budaya sejak tahun 2013 pertama kali saya mengajar. saya sangat bersyukur dengan adanya program guru penggerak ini, saya dapat mengikatkan kompetensi saya sebagai guru profesional.

Saya hingga saat ini masih merasa kurang dalam beberapa kompetensi yang berkaitan dengan keprofesionalan sebagai guru. Hal tersebutlah yang memotivasi saya untuk dapat mengikuti program guru penggerak ini, agar dapat meningkatkan keprofesionalan saya sebagai guru seni di SMP Negeri 1 Cibeber Kabupaten Lebak. Meskipun sekolah tempat saya mengajar berada jauh dari ibu kota kabupaten, namun saya ingin menjadikan para peserta didik di daerah saya berhasil dalam memperoleh pendidikan yang layak dan menyenangkan. Selain itu, doktrinasi budaya Barat lebih mendominasi terhadap karakter siswa. Sehingga, fenomena ini berdampak pada perubahan nilai sikap dan karakter siswa dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Betapa posisi institusi pendidikan dalam hal penanaman sikap dan nilai bagi peserta didiknya sangat memegang peranan yang cukup penting. Oleh karena permasalahan tersebut, guru mempunyai kewajiban untuk membangun budaya dan kerja ilmiah dalam upaya pencarian solusi penanganan permasalahan tersebut. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan kegiatan peningkatan kompetensi melalui program Guru Penggerak. Maka, dalam mewujudkan motivasi tersebut, saya akan bersungguh-sungguh dalam mengikuti setiap tahapan kegiatan Guru Penggerak ini.

Apa kelebihan yang mendukung peran Anda sebagai Guru Penggerak? Jelaskan alasannya dan berikan contohnya!

Kelebihan yang mendukung peran saya sebagai Guru Penggerak adalah saya mampu untuk memberikan suatu perubahan dinamika belajar pada siswa dengan membuat metode pembelajaran yang sifatnya menyenangkan dan berpusat kepada siswa atau dalam era sekarang adalah merdeka belajar.
Penjelasan:
Alasan saya yakin untuk menjadi guru penggerak adalah karena saya mampu untuk menerapkan metode pembelajaran yang menyenangkan serta mampu untuk mempelajarinya sebelum menerapkannya, selain itu alasan saya yang lain adalah dengan menjadi guru penggerak saya akan mencoba menelusuri lebih lanjut tentang filosofi pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara selaku bapak pendidikan di Indonesia kaitannya tentang teori belajarnya yang notabene dijadikan acuan dalam merubah paradigma kehidupan belajar di era sekarang ini dengan menerapkan pendidikan yang menghamba kepada anak dengan pedoman 3 semboyannya yaitu:

1. Ing ngarsa sing tuladha, yang artinya sebagai seorang guru apabila di depan memberikan contoh

yang baik.

2. Ing madya mangun karsa, yang artinya apabila berada di tengah guru bisa membangun motivasi dan kekuatan.

3. Tut wuri handayani, yang artinya sebagai seorang guru apabila berada di belakang memberikan dorongan yang baik kepada siswa.

Sebagai contoh dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari, sebagai seorang guru penggerak kita tetap harus berpedoman kepada 3 semboyan dari Ki Hajar Dewantara. Apabila kita menerapkan contoh semboyan yang pertama, kita harus memberikan contoh yang baik kepada siswa dimulai dari cara kita berbusana, cara kita bertutur kata dan cara kita bersosialisasi kepada anak. Kenapa harus seperti itu? Karena memang figur guru di depan merupakan sosok yang selalu dilihat siswa, dengan kita memberikan contoh yang baik kepada mereka kita berharap mereka akan meniru segala kebaikan yang kita contohkan tadi.

Berikutnya apabila dalam proses pembelajaran, guru merupakan transfer knowledge kepada siswa jadi sebisa mungkin apabila kita berada di tengah dengan sasaran ilmu kepada siswa maka kita harus membangun suatu kekuatan agar siswa bisa maksimal mendapatkan ilmu yang ditransferkan kepada kita.

Berikan contoh perubahan, inovasi, pemberdayaan, gerakan, atau lainnya yang memberikan dampak nyata berdasarkan inisiatif Anda sendiri. Apa yang mendorong Anda melakukan hal tersebut? (Jawaban Anda harus mencakup waktu kejadian, dampak atas inisiatif Anda, upaya yang Anda lakukan agar inisiatif tersebut terlaksana, peran Anda dan pihak lain yang terlibat bila ada)

Selama 3 tahun ini saya telah aktif melakukan penelitian, diantaranya adalah penelitian Best Practice dalam Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis Zonasi, serta Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kedua penelitian tersebut sudah melalui tahap seminar dan publikasi ilmiah pada forum MGMP Seni budaya WILBI 7 SMP kabupaten Lebak dan PGRI Kabupaten Lebak. Selain penelitian tersebut, saya juga aktif menulis pada beberapa jurnal kampus dan jurnal online. Penelitian Best Practice yang telah saya lakukan berjudul Pembelajaran Materi Bermain Musik Ansambel melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Discovery Learning di SMP Negeri 1 Cibeber, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten yang disahkan oleh Kepala Sekolah pada hari Rabu tanggal 23 Oktober 2019 dan telah diseminarkan di depan MGMP Seni Budaya dengan melampirkan surat keterangan seminar Best Practice yang ditandatangani oleh Ketua MGMP Seni Budaya Kabpupaten Lebak WILBI 7. Penelitian Tindakan Kelas yang saya laporkan berjudul PENGARUH PEMBELAJARAN ANGKLUNG TERHADAP SIKAP DAN KARAKTER SISWA DI SMPN 1 CIBEBER KELAS VIII yang telah diseminarkan di SMAN 1 Cibeber melalui forum PGRI dan disahkan oleh ketua PGRI kabupaten Lebak serta diterbitkan pada Jurnal Multatuli.
Penelitian Tindakan Kelas berikutnya yang saya laporkan berjudul UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 1 CIBEBER KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN MELALUI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS VIDEO PADA MATERI TEKNIK MEMAINKAN ALAT TRADISIONAL yang disahkan oleh Kepala Sekolah pada hari Senin tanggal 7 Desember 2020 dan telah diseminarkan di sekolah dengan melampirkan surat keterangan seminar PTK yang ditandatangani oleh kepala sekolah.
Selain Penelitian Tindakan Kelas, saya juga aktif melakukan penelitian kualitatif Seni Budaya yang dipublikasikan pada beberapa jurnal di Institut Seni Budaya Indonesia (Bandung). Penelitian kualitatif Seni Budaya yang saya lakukan berjudul ANGKLUNG BUHUN SEBAGAI REPRESENTASI NILAI KULTURAL MASYARAKAT LEBAK-BANTEN (Eksistensi Angklung Buhun di Kabupaten Lebak-Banten). Penelitian tersebut dipublikasikan di Jurnal Awi Laras Prodi Musik Bambu ISBI Bandung tahun 2018 Vol 4 No 2-47-62 dengan nomor ISSN 2407-6627 (media cetak) SK no. 0005.136/Jl.3.2/SK.ISSN/2014.12 (mulai edisi Vol. 1, No. 2, Desember 2014).
Penelitian berikutnya berjudul Konservasi Kesenian Goong Gede pada Masyarakat Desa Citorek, Lebak-Banten yang diterbitkan pada Jurnal Pantun Pascasarjana ISBI Bandung Vol. 2 No. 2 Desember 2018 dengan 2715-7350 (media Cetak) Kategori budaya SK no. 0005.27157350/JI.3.1/SK.ISSN/2020.01 - 10 Januari 2020 (mulai edisi Vol. 4, No. 2, Desember 2019) No. ISSN terkait - 2407-7143.

2. Berinteraksi dengan orang lain terkadang dapat menjadi sebuah tantangan. Ceritakan kesulitan yang Anda alami saat bekerja sama dengan pihak lain (misalnya rekan sejawat, pimpinan di sekolah, orangtua, wali murid, keluarga, komunitas, perangkat desa, tokoh masyarakat, pemuka agama, instansi, maupun lainnya) guna menimbulkan kesadaran dan kesediaan agar mereka berkomitmen membantu Anda mencapai tujuan bersama.

Kapan waktu kejadiannya? Situasi apa yang Anda hadapi saat itu? Pihak mana saja yang Anda minta untuk bekerja sama dan mengapa? Gambarkan secara jelas!

Pada tahun 2017, saya sempat menangani 30 orang siswa dari kelas yang berbeda yang selalu bermasalah dalam belajar. Mereka memiliki nilai dibawah ketuntasan minimal, tidak memiliki semangat yang baik dalam belajar, dan memiliki karakter yang dipandang kurang baik sebagai siswa. Saat diidentifikasi bersama rekan kerja sejawat, ternyata faktor yang menyebabkan mereka malas dalam belajar ranah kognitif (pengetahuan) dikarenakan doktrinasi budaya Barat melalui Gadget, game, dan media sosial lainnya. Fenomena ini berdampak pada perubahan nilai sikap dan karakter siswa dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Maka, saya mengumpulkan 30 orang tersebut dalam satu kelas. Saya mencoba berkoordinasi dengan kepala sekolah, rekan sejawat dan orang tua wali murid dalam melakukan tindakan kepada 30 orang siswa tersebut. Tindakan yang saya lakukan adalah dengan melakukan pengkajian pendidikan karakter melalui media seni angklung, dengan judul penelitian Pengaruh Pembelajaran Angklung terhadap Sikap dan karakter siswa. Dalam melakukan penelitian, saya melakukannya dengan cara (pola) quasi experiment (penelitian ekperimen semu). Penelitian dilakukan kepada siswa kelas VIII semester I SMP negeri 1 Cibeber, Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak-Banten. Dengan jumlah siswa 30 orang, laki-laki 15 dan perempuan 15 orang. saya melakukan penelitian selama Juli-Agustus tahun 2017.

 

Berdasarkan hasil penelitian dan kajian atas analisis data, hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1). Angklung sebagai seni yang dapat dijadikan sebagai media pendidikan, menurut kaidah estetika memiliki sistem harmoni yang harus dicapai secara bersama-sama melalui perbedaan nada. Karena dalam peraktiknya, setiap siswa memegang satu angklung dengan nada yang berbeda dengan siswa lainya. (2). Persepsi tentang nilai belajar Angklung terdiri dari Membelajarkan Etika, Membelajarkan Kerja Sama, Membelajarkan Disiplin, Tanggung Jawab, dan Menghargai Perbedaan, Melatih Kepekaan dan Pengendalian Diri (Emosi), Bisa Menjadi Terapi dan mempengaruhi Perilaku Siswa.

Berdasarkan hasil penelitian, pengaruh pembelajaran musik (angklung) terhadap siswa SMP Negeri 1 Cibeber yang menjadi objek penelitian dapat dilihat dari peningkatan kualitas musikal yang dihasilkan dari proses latihan selama 1 bulan. Selain itu perubahan sikap dan karakter siswa dilihat dari persentase angket yang di analisis. Berikut ini merupakan hasil analisis penulis berdasarkan pengamatan dan angket: (1). Selama satu minggu latihan memainkan angklung secara bersama-sama, dihasilkan 40 % kualitas musikal siswa dalam memainkan angklung dengan baik dan 60 % kurang baik. Sikap dan karakter siswa selama satu minggu proses latihan 40 % dapat bekerja sama dan berkomunikasi dengan baik, 60 % kurang baik. (2). Dua minggu proses pembelajaran, dihasilkan 60 % kualitas musikal siswa dalam memainkan angklung dengan baik dan 40% kurang baik. Sikap dan karakter siswa selama satu minggu proses latihan 60% dapat bekerja sama dan berkomunikasi dengan baik, 40 % kurang baik. (3). Tiga minggu proses pembelajaran, dihasilkan 80 % kualitas musikal siswa dalam memainkan angklung dengan baik dan 20% kurang baik. Sikap dan karakter siswa selama satu minggu proses latihan 80% dapat bekerja sama dan berkomunikasi dengan baik, 20 % kurang baik. 4. Empat minggu proses pembelajaran, dihasilkan 99 % kualitas musikal siswa dalam memainkan angklung dengan baik dan 1% kurang baik. Sikap dan karakter siswa selama satu minggu proses latihan 98% dapat bekerja sama dan berkomunikasi dengan baik, 2% kurang baik.

Kesulitan apa saja yang Anda hadapi saat bekerja sama? Adakah penolakan ataupun kegagalan yang Anda hadapi dalam situasi tersebut? Bagaimana respon Anda dalam situasi tersebut? Upaya apa yang Anda lakukan untuk tetap fokus mencapai tujuan yang telah direncanakan?

Manusia disebut sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial. Walaupun manusia dibekali dengan akal pikiran, maka akal dan pikiran tersebut akan digunakan untuk bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, namun manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan dari manusia yang lain. Karena masing-masing manusia harus saling membantu satu sama yang lainnya dalam melaksanakan suatu kegiatan untuk mewujudkan tujuan bersama untuk keberlangsungan dari manusia itu sendiri. Kesulitan yang dihadapi saat bekerja sama dengan orang tua siswa adalah dalam hal penyampaian informasi awal mengenai kondisi sikap, nilai dan karakter peserta didik yang cenderung kurang baik. Pada awalnya beberapa orang tua tidak percaya bahwa anaknya memiliki sikap yang kurang baik di sekolah sehingga nilai kognitif mereka dibawah ketuntasan minimal. Namun, saat diberikan penjelasan secara komperhensip dan diajukan solusi konkret atas permasalahan tersebut melalui pelatihan kesenian angklung, para orang tua menjadi antusias dan mendukung program yang direncanakan.

Upaya apa saja yang Anda lakukan untuk mendapatkan komitmen dari berbagai pihak untuk bekerja sama?

Upaya yang saya lakukan untuk mendapatkan komitmen dari berbagai pihak adalah dengan cara membangun komunikasi dan hubungan yang baik, membangun rasa percaya, serta memberikan tujuan dan aturan yang jelas. Saya mencoba membangun komunikasi dan hubungan baik dengan orang tua melalui media grup WA. Setiap progres yang saya lakukan dalam pembelajaran bersama para siswa, saya share melalui grup WA. Baik itu berupa foto maupun video. orang tua dapat melihat putra-putri nya saat proses belajar, bahkan mereka dapat menyaksikan permainan angklung yang dimainkan putra putrinya tersebut. Selain itu, saya selalu meminta pendapat dan masukan dari para orang tua terkait program yang sedang dijalankan. Masukan-masukan tersebut selalu saya akomodir sesuai dengan tujuan dari proses yang sedang dijalankan. hal tersebut pula ternyata disadari atau tidak disadari dapat membangun kepercayaan dari para orang tua terhadap saya untuk dapat melatih anak-anaknya, bahkan tidak sedikit orang tua yang sengaja datang ke tempat latihan hanya sekedar ingin menyaksikan anak-anaknya berlatih sambil membawa makanan ringan dan minuman untuk kami santap selepas latihan bersama.
selain hubungan baik dengan orang tua, ternyata kami pun disambut baik oleh dinas pendidikan kabupaten Lebak. Gayung bersambut, diakhir proses latihan kami pun diminta untuk tampil pada acara yang diselenggarakan oleh dinas pendidikan kabupaten lebak. Hal tersebut menambah antusias para orang tua siswa dan para siswa, karena telah dilibatkan dalam acara dinas pendidikan di Rangkasbitung.

Bagaimana hasilnya?

Pada akhirnya, setelah menjalani proses latihan selama bulan Juli-Agustus, terlihat perubahan yang baik terhadap karakter dan sikap siswa. Begitu pula sejalan dengan meningkatnya hasil belajar siswa dari setiap matapelajaran. Hasil dari perjalanan proses tersebut ternyata dirasakan dampak baiknya oleh ke 30 orang tua siswa tersebut, hingga pada akhirnya ke 30 orang siswa tersebut dapat lulus dari SMPN 1 Cibeber dengan predikat nilai baik. Ternyata, saya memiliki kesimpulan bahwa dengan memainkan angklung, kita dapat membelajarkan etika, membelajarkan kerja sama, Membelajarkan Disiplin, Tanggung Jawab, dan Menghargai Perbedaan, Melatih Kepekaan dan Pengendalian Diri (emosi), Bisa Menjadi Terapi dan Mempengaruhi Perilaku Siswa. Proses pembelajran Angklung memiliki implikasi terhadap upaya pendidikan karakter. Dimensi praktik pendidikan karakter melalui pendekatan Coopreative Learning dapat diasumsikan mampu menjawab seni sebagai media pendidikan karakter, mengingat kata kunci dari metode ini adalah kerja sama, saling membantu, serta saling toleransi.

3. Permasalahan, tantangan, situasi yang kompleks adalah kondisi umum yang ditemui dalam menjalankan pekerjaan. Berikan contoh pengalaman Anda dalam menghadapi situasi yang paling menantang, kompleks atau sulit saat menjalankan tugas Anda.


Kapan waktu kejadiannya? Permasalahan, tantangan, atau kompleksitas apa yang Anda hadapi saat itu? Gambarkan secara jelas!

Pengalaman tentang permasalahan dan tantangan yang dihadapi saya saat melakukan pekerjaan bermula saat tahun 2013, saat itu saya adalah salah serang guru seni di SMPN 1 Cibeber yang baru mengenal dunia pendidikan. Sementara, yang membuat saya sedikit berkecil hati adalah saya bukan sarjana pendidikan, ijazah saya adalah sarjana seni murni dengan gelar (S.Sn.). Saya tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan sama sekali dalam hal mengajar atau segala sesuatu tentang dunia pendidikan. Saya tidak tahu tentang perangkat pembelajaran, Program pembelajaran, Silabus pembelajaran dan hal-hal lain tentang pekerjaan profesi sebagai guru. Hal tersebut merupakan tantangan terbesar dalam hidup saya.

Saya adalah guru seni yang bukan dari lulusan keguruan pendidikan seni, saya kuliah di salah satu kampus Seni di Bandung. Dulu bernama Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung, sekarang sudah berubah nama menjadi Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung. Kampus tersebut mencetak mahasiswa nya menjadi seniman akademis, bukan mencetak mahasiswa menjadi Guru Seni. Maka, tidak heran saya tidak dibekali keilmuan tentang bagaimana cara mengajar dan mempersiapkan perangkat pembelajaran, yang saya tahu adalah bagaimana pertunjukan musik saya harus maksimal dengan beberapa life skill pertunjukan permainan musik. Namun, saat 2013 saya lulus S-1 sebagai sarjana seni, lingkungan kampung halaman saya menuntut saya untuk menjadi guru seni, dikarenakan terbatasnya guru seni di kabupaten Lebak sehingga pada akhirnya saya menerima tawaran sebagai guru seni berstatus honorer, sambil menyambi sampingan manggung di event-event tertentu. Jujur, menyiapkan RPP dan perangkat pembelajran lainnya adalah hal tersulit yang saya alami dibandingkan memainkan alat musik di atas panggung, mengajar dan menyampaikan materi di depan siswa di dalam kelas adalah hal tersulit yang saya alami dibandingkan pentas di atas panggung dihadapan ribuan orang yang menonton. Hari demi hari saya lewati dengan gajih honorer yang cukup hanya untuk membeli bensin saja, namun karena saya menyukai tantangan, saya tetap berusaha untuk dapat terus meningkatkan kompetensi saya sebagai guru.

Gayung bersambut, di SMP Negeri 1 Cibeber saya dipertemukan dengan guru-guru hebat, yang dulu saat saya SMP beliau-beliau itu adalah guru saya. Mereka tidak bosan-bosannya membimbing dan mengarahkan saya agar meningkatkan kompetensi saya sebagai guru yang profesional. Hari demi hari, minggu berganti waktu, bulan berganti tahun hingga sampai pada tahun ke tiga saya bergabung, tepat tahun 2015 saya mengikuti kegiatan UKG dan pree tes PPG, alhamdulillah saya lulus pree tes pada tahun 2015. Tepat tahun 2020 bulan oktober-desember saya dipanggil untuk mengikuti PPG Dalam Jabatan, dan alhamdulillah pada tahun tersebut pula saya lulus Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan. Dengan memiliki sertifikat pendidik tersebut lebih meningkatkan percaya diri saya sebagai guru. Namun bagi saya, hal tersebut bukanlah akhir dari proses peningkatan kompetensi diri saya, itu adalah awal bagi saya untuk meningkatkan karir saya sebagai Guru Seni Budaya di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak.

Upaya apa saja yang Anda lakukan untuk memahami situasi tersebut secara komprehensif? Peluang dan kesempatan apa saja yang Anda identifikasi dalam situasi tersebut untuk membantu Anda menghadapinya?

Upaya yang saya lakukan untuk memahami situasi tersebut adalah dengan mengikuti beberapa kegiatan peningkatan kompetensi guru. Dari mulai bergabung dengan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Seni Budaya, mengikuti pelatihan Kurikulum 2013, mengikuti diklat PKP, hingga mengikuti PendidikanProfesi Guru. Banyak peluang bagi saya untuk menjembatani kekhawatiran saya tentang ijazah S-1 saya yang bukan berlatarbelakang pendidikan, banyak ilmu yang saya dapatkan dari pelatihan, Diklat, hingga wokrshop dan seminar dalam meningkatkan kompetensi saya sebagai guru. keilmuan yang berbentuk pedagogik dan profesional lambat laun saya kuasai, teori-teori pendidikan sedikit demi sedikit saya pahami. Dukungan rekan kerja yang sangat antusias pun menjadi pendorong saya dalam meningkatkan kompetensi, melalui diskusi kecil di ruang guru sampai MGMP tingkat satuan pendidikan menjadi sebuah kesempatan dan peluang bagi saya untuk dapat membantu saya menghadapi permasalahan yang saya hadapi. Selain itu, saya pun sering kali berdiskusi dengan orang tua saya sendiri yang saat ini beliau juga seorang guru. Melalui berbagi pengalaman serta berbagi trik dalam proses penanganan siswa sampai ke proses pembelajaran sangat penting dilakukan setiap guru demi sebuah refleksi diri agar dapat meningkatkan kompetensi baik itu secara pedagogik, manajerial, profesional serta kompetensi sosio kultural.

Pertimbangan-pertimbangan atau alternatif apa saja yang Anda hadirkan dalam membuat keputusan? Informasi apa lagi yang Anda gunakan untuk memperkuat keputusan Anda?

pertimbangan-pertimbangan yang saya hadirkan dalam membuat keputusan selalu saya pertimbangkan berdasarkan dasar hukum yang jelas, baik itu berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI, Surat Keputusan Menteri Pendidikan hingga peraturan-peraturan lainnya yang berlandaskan dasar hukum yang jelas di tingkat satuan pendidikan. Sebelum mengambil keputusan, ada beberapa proses yang saya lalui untuk menghindari kesalahan. pertama, menyelidiki situasi atau masalah secara detail. ke dua, mengumpulkan berbagai macam informasi terkait dengan situasi tersebut. ketiga, menciptakan beberapa alternatif keputusan yang baik untuk dijadikan opsi untuk dipertimbangankan. Ke empat, mengidentifikasi resiko, kelayakan, dan implikasinya dari setiap opsi keputusan. Ke lima, memilih solusi atau keputusan terbaik dari proses identifikasi yang sebelumnya sudah dilakukan. ke enam, mengevaluasi kembali atau double check keputusan sebelum diimplementasikan. Selain itu, dalam pengambilan keputusan saya lakukan berdasarkan pengalaman pribadi dan pengalaman rekan sejawat. Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis. Karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan untung ruginya, baik buruknya keputusan yang akan diambil. pengambilan keputusan pun saya lakukan berdasarkan fakta dan wewenang. Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid, dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan-keputusan dengan lapang dada. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Hasil keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama dan memiliki otentisitas (otentik), tetapi dapat menimbulkan sifat rutinitas, mengasosiasikan dengan praktek diktatorial dan sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan sehingga dapat menimbulkan kekaburan.

Tindakan apa yang kemudian Anda ambil dan bagaimana hasilnya?

Ketika kita harus membuat perubahan rencana atau merumuskan keputusan/prosedur baru, lakukan setegas dan sebaik mungkin. Tindakan positif dan tepat sangat berpengaruh dalam membangun kepercayaan orang lain kepada kita. Kita akan mempunyai reputasi sebagai seorang ahli dalam memecahkan masalah dan membereskan segala sesuatu yang mengganggu serta dikenal sebagai orang yang bisa membuat sesuatu terlaksana dengan baik. Hal ini akan mengangkat status kita dalam organisasi dan membawa kita di kedudukan yang lebih baik. Kegagalan dalam memusatkan pikiran merupakan sumber frustrasi yang berbahaya, hal ini berlaku dalam segala bidang kehidupan, termasuk yang menyangkut pemecahan masalah-masalah pribadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Jika kita mampu melatih diri menggunakan cara-cara ilmiah untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan-keputusan yang handal dan tepat waktu, maka kita akan terhindar dari sergapan rasa frustrasi. Selain itu kita akan mempunyai rasa percaya diri dan kemampuan menghadapi tekanan. Jika itu tercapai maka kita sudah mengantongi penyelesaian lebih dari separuh masalah.

4. Perkembangan menuntut kita untuk terus belajar hal-hal baru. Ceritakan pengalaman Anda saat mendapatkan masukan atau umpan balik terkait kemampuan Anda.

Kapan waktu kejadiannya? Masukan atau umpan balik apa yang secara spesifik Anda dapatkan? Apa yang Anda rasakan saat menerima masukan atau umpan balik tersebut?

Hidup sendiri adalah soal diberikannya waktu kepada kita. Orang yang bijak, yang mengerti tentang betapa berharganya hidup, pasti akan menggunakan dan memanfaatkan waktu yang mereka miliki dengan sebaik mungkin. Cara memanfaatkan waktu yang paling tepat adalah dengan selalu mengambil pelajaran dari setiap kejadian yang terjadi di sekitar kita. Perkembangan zaman menuntut kita untuk terus belajar demi mengikuti setiap perkembangannya. Pengalaman yang saya alami saat mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang dilakukan di era pandemi pada tahun 2020. Maka kegiatan perkuliahan pun mau tidak mau dilakukan secara daring, menggunakan perangkat teknologi secara komperhensip. Begitu pula saat saya harus mengajar di era pandemi yang mau tidak mau harus dilakukan secara daring. Saya mencoba belajar hal-hal baru yang berkaitan dengan peningkatan kompetensi saya melalui perangkat teknologi untuk menunjang kegiatan belajar mengajar pada siswa serta untuk mengikuti perkuliahan secara daring. Banyak masukan serta saran saat saya membuat perangkat pembelajaran melalui media-media online, bahkan saya sering membuat media pembelajaran melalui tayang video yang saya unggah pada kanal youtube pribadi. Masukan-masukan tersebut lebih mengarah pada lebih mengarah pada kompetensi pedagogik saya, dimana proses pembelajaran secara tatap muka dengan daring jauh berbeda, kesalahan saya adalah sulitnya menyesuaikan hal tersebut. saya belajar banyak dari hikmah pandemi ini. Saat menerima masukan, saya menerima nya masukan tersebut, serta mengaplikasikan masukan-masukan tersebut sebagai umpan balik dari karya-karya media pembelajaran yang saya buat.

Bagaimana cara Anda menyikapi masukan dan umpan balik tersebut untuk pengembangan diri Anda?

Dalam mensikapi masukan dan umpan balik untuk pengembangan diri, saya menerima setiap masukan dan arahan dari pimpinan, rekan sejawat serta orang tua sendiri yang juga sebagai guru senior di lingkungan pendidikan. Saya terus berusaha untuk terus mengembangkan diri dari kompetensi yang saya rasa masih jauh dari kesempurnaan. Dalam era globalisasi dan semakin majunya teknologi informasi, kita dapat mengetahui bahwa dunia juga semakin berkembang. Oleh karena itu, kita sebagai manusia juga perlu meningkatkan kapasitas dan kemampuan diri kita agar bisa terus bersaing. Kita harus ikut berkembang dan tidak mundur kebelakang, yang saya lakukan adalah lebih semangat belajar, menuntut ilmu, dan terus memperkaya diri dengan pengetahuan. Lalu tidak malu untuk mencoba hal-hal baru yang positif dan bermanfaat. Masalah kemampuan yang ada dan tidak takut untuk menambahkan keahlian di bidang lain.Mau mencoba keluar dari zona nyaman kita. Mau berbaur dengan orang lain dan tidak individualis. Mau terbuka dengan perkembangan teknologi dan sosial media dimana yang menjadi tempat memperoleh kabar terbaru dunia.

selain itu, Jangan bersikap defensif. Selama percakapan umpan balik, Anda mungkin akan bersikap defensif. Jangan meminta maaf secara berlebihan.

Jangan cepat bereaksi. Jangan lewatkan kesempatan untuk menjelaskan. Jangan memikirkan umpan balik tersebut berlarut-larut.

Selain memanfaatkan masukan dan umpan balik dalam proses pengembangan diri Anda, Hal berbeda apa yang Anda lakukan untuk mendukung proses pengembangan diri Anda? Adakah cara-cara di luar kebiasaan yang Anda lakukan dimana hal tersebut membuat Anda kurang nyaman namun mendukung proses pembelajaran Anda?

selain memanfaatkan masukan dan umpan balik dalam proses pengembangan diri, hal berbeda lain yang saya lakukan untuk pengembangan diri saya adalah melakukan kegiatan sosial masyarakat, berbaur dengan masyarakat serta ikut serta terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan. Saya pun melakukan aktivitas diluar akademis seperti olahraga futsal bersama rekan-rekan kerja. hal tersebut membuat jalinan kebersamaan kami semakin terikat dan mendukung proses pembelajaran saya dalam kompetensi sosiokultural. Lalu demi meningkatkan kompetensi, saya mengikuti seminar-seminar tentang pengembangan diri, seperti Diklat PKP Zonasi, diklat pengembangan kurikulum, menyalurkan atau mendalami bakat yang saya sukai, yakni berkesenian bersama rekan-rekan sanggar yang saya rintis sendiri. 

Cara-cara di luar kebiasaan yang saya lakukan dimana hal tersebut membuat anda kurang nyaman namun mendukung proses pembelajaran saya adalah dengan menentukan jadwal pembelajaran yang disiplin, melakukan pembelajaran dengan membaca banyak buku literasi, melakukan latihan soal dengan menargetkan berapa soal yang harus dikerjakan.

Bagaimana aplikasi hasil proses pembelajaran yang Anda sebutkan di dalam pekerjaan Anda?

Dalam aplikasinya hasil proses pembelajaran yang saya lakukan sangat membantu saya dalam pekerjaan saya, seperti yang saya ceritakan di awal, bahwa saya adalah bukan lulusan sarjana pendidikan. Maka hasil dari pembelajaran yang saya lakukan sangat membantu saya memahami dunia pendidikan. saya menjadi paham bagaimana merancang perangkat pembelajaran hingga mengaplikasikannya di dalam kelas. Namun, dari beberapa pelatihan yang saya lakukan, masih banyak hal yang belum saya pahami, sehingga saya masih merasa perlu dan butuh untuk terus berlatih dan mengikuti pelatihan, agar semua kompetensi terkait keguruan dapat saya kuasai dengan baik serta diaplikasikan dalam pekerjaan saya sebagai guru.

Pembelajaran merupakan kegiatan inti dalam proses pendidikan, karena melalui kegiatan belajar ini dapat dicapai tujuan pendidikan dalam bentuk terjadinya perubahan tingkah laku dalam diri siswa, juga menjadi harapan semua pihak agar setiap siswa mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Proses pembelajaran terjadi karena ada tujuan yang hendak dicapai. Guru yang baik akan berusaha sedapat mungkin agar pembelajarannya berhasil. Salah satu faktor yang dapat membawa keberhasilan itu, adalah adanya peningkatan kompetensi pembelajaran yang ddilakukan. selanjutnya, dari hasil tersebut saya dapat menentukan strategi apa yang digunakan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

5. Ceritakan pengalaman Anda melakukan pengembangan terhadap orang lain (contohnya dengan guru, rekan sejawat lainnya, komunitas, tokoh masyarakat, maupun lainnya), misalnya dalam kegiatan perlombaan, riset ilmiah, mempersiapkan orang lain pada tugas dan tanggung jawab baru, atau lainnya.


Kapan waktu kejadiannya? Siapa yang Anda kembangkan? Apa yang memotivasi Anda melakukan pengembangan tersebut?

Sejak tahun 2015, saya terpilih sebagai ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Seni Budaya di Wilayah Bina 7 Kabupaten Lebak. Sejak saat itu pula saya mulai melakukan pengembangan terhadap kawan-kawan komunitas MGMP Seni Budaya di wilayah bina 7. Hal tersebut saya lakukan karena ada keinginan dari diri sendiri dan permintaan dari kawan-kawan komunitas yang kebanyakan guru seni budaya di wilayah bina 7 kabupaten lebak bukan dari lulusan sarjana seni. Fenomena inilah yang mendorong saya untuk melakukan pengembangan terhadap kawan-kawan komunitas. Perlu diketahui bahwa di Kabupaten Lebak, guru yang merupakan lulusan pendidikan seni budaya di instansi dinas pendidikan kabupaten lebak sangat sedikit dan terhitung oleh jari. Guru seni budaya yang linier dengan ijazah seni merupakan hal yang langka. Hal tersebutlah yang memotivasi saya untuk melakukan pengembangan terhadap kawan-kawan komunitas MGMP seni Budaya di Wilayah Bina 7 Kabupaten Lebak.

Pada awalnya, saya menampung keluh kesah yang dihadapi oleh kawan-kawan guru seni budaya (yang bukan lulusan pendidikan seni), mereka merasa kesulitan dalam penyampaian materi profesional bidang seni budaya di sekolahnya masing-masing. Lalu saya sejak saya terpilih menjadi ketua komunitas MGMP Seni budaya, saya berusaha membantu kawan-kawan dalam bentuk pemahaman materi profesional bidang seni budaya, penyusunan RPP dan silabus seni budaya, penyusunan bahan ajar hingga penyusunan soal-soal.

Hal apa yang menjadi fokus pengembangan? Ceritakan pula cara Anda membangun kesepakatan guna mencapai hasil pengembangan yang diharapkan.

Hal yang menjadi fokus pengembangan yang saya lakukan adalah dalam hal pemahaman bahan materi ajar seni budaya yang banyak belum dimengerti oleh kawan-kawan komunitas. Selain itu, penyusunan soal dan pembahasan soal-soal seni budaya serta penyusunan perangkat pembelajaran (RPP, Silabus, Program semester, program tahunan, LKPD, Modul, Media pembelajran, dll).

cara saya membangun kesepakatan guna mencapai hasil pengembangan yang diharapakan adalah melalui program seminar tingkat MGMP Wilayah Bina 7, Workshop tingkat wilayah bina 7, hingga diskusi antar teman sejawat di dalam komunitas MGMP Seni budaya wilayah bina 7. Dala perjalannya, kami membuat kesepakatan bahwa dalam tidak ada yang lebih muda atau yang lebih tua dalam hal ilmu pengetahuan, kami melakukan sharing sesama rekan dan saling melengkapi kekurangan dan kelebihan kami, meskipun kami dalam satu komunitas MGMP seni budaya terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan yang berbeda. Hal tersebut menjadi salah satu cara agar kami satu pemahaman demi pengembangan Profesionalisme dalam matapelajaran bidang seni budaya.

Dukungan apa saja yang Anda berikan bagi orang tersebut? Hambatan apa yang Anda temui dan bagaimana cara Anda mengatasinya? Upaya-upaya apa saja yang Anda lakukan untuk mempertahankan motivasi orang tersebut?

Dukungan moral selalu saya berikan terhadap kawan-kawan komunitas MGMP, agar mereka tidak merasa terasing, lebih percaya diri di hadapan siswa dan lebih siap dalam menyampaikan materi pembelajaran. Karena, bagi kawan-kawan yang bukan berlatarbelakang pendidikan seni, mengajar seni budaya adalah hal tersulit yang mereka rasakan. Dengan tuntutan keilmuan seni yang mengharuskan praktek secara langsung.

Hambatan yang saya temui dalam melakukan pengembangan tersebut adalah perbedaan pemahaman pedagogik yang mengakibatkan ego dari setiap bidang matapelajaran yang mereka kuasai kerap kalai menjadi penghambat. Sebagai contoh, guru Seni Budaya yang berlatarbelakang pendidikan PAI (Pendidikan Agama Islam), memiliki sejumlah dalil tentang seni yang bertentangan dengan agama islam. Namun, dalam hal ini saya selalu menjembatani konflik tersebut dengan cara memberikan pemahaman-pemahaman lain tentang edukasi seni budaya dan manfaat bagi siswa dalam mengikuti pembelajaran seni budaya. Berbagai hal positif yang berkaitan dengan pendidikan seni saya sampaikan, sehingga membaut kawan-kawan tersebut paham akan pentingnya pendidikan seni bagi siswa.upaya yang yang saya lakukan untuk mempertahankan motivasi bagi kawan-kawan komunitas adalah dengan memberi tauladan atau contoh yang baik bagi mereka, dengan membuktikannya melalui prestasi yang diraih oleh siswa-siswi yang saya latih dan saya ajar. Melalui contoh yang baik, tingkat kepercayaan kawan-kawan komunitas terhadap pendampingan yang saya lakukan semakin membuat kawan-kawan komunitas percaya diri dan semkin yakin bahwa mereka pun bisa melakukannya jika ada kemauan yang keras untuk menghadapi perubahan.

Bagaimana hasilnya?

Hasi dari pengembangan yang saya lakukan terhadap kawan-kawan komunitas membuahkan hasil yang baik, meskipun dirasa masih belum maksimal. Kawan-kawan komunitas MGMP Seni budaya yang memiliki latarbelakang pendidikan yang bukan seni menjadi memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih baik dibandingkan sebelum mengikuti pengembangan. Lalu, dari jumlah animo peserta yang mengikuti perlombaan seni yang setiap tahun diselenggarakan pemerintah seperti Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) menjadi meningkat dibandingkan sebelumnya. Hal tersebut membuktkan bahwa guru-guru seni budaya di wilayah bina 7 kabupaten lebak memiliki tingkat kepercayaan dalam melatih dan membimbing serta mengajar seni budaya meskipun mereka bukan dari lulusan latarbelakan pendidikan seni budaya.


Post a Comment for "ESSAY GURU PENGGERAK WISNU WIRANDI"