Fenomena Istilah 'Indung' (Ibu) Dalam Filsafat Sunda

"Dan kami akan perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibu nya telah mengandung nya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada aku kembali mu (Q.S. Lukman:41)"

Adat Sunda lebih kuat menganggap (menghormati) ibu dari pada bapak, tandanya segala panutan (sesuatu yang dianggapnya lebih, disebut indung dan tidak disebut bapak). Misalnya menyebut indung beurang kepada paraji (dukun beranak), indung peuting kepada awan yang datangnya setelah magrib, dan selanjutnya ibu jari tangan disebut indung leungeun, kepada ibu jari kaki disebut indung suku, demikian pula pada kesenian, kacapi besar yang digunakan dalam seni Cianjuran adalah kacapi indung. Banyak istilah-istilah lain dalam kehidupan masyarakat Sunda yang menggunakan istilah indung untuk menyebutkan hal-hal yang dianggap sesuatu yang dihormati.

Misalnya saat menghitung sesuatu, indung didahulukan, misalnya indung, bapa, anak, dan sebagainya. lalu kalau merasa sakit, akan mengatakan aduh indung! 

Bahasa halusnya indung adalah ibu, untuk padi disebut ibu padi. Lebih halus nya lagi ema, dalam bahasa arab disebut umi. 

Semua orang tentu mengetahui, bahwa sosok ibu adalah seorang perempuan. Selanjutnya dalam tatak rama pergaulan selalu mendahulukan perempuan dari pada laki-laki. Misalnya dalam kalimat, "aya awewe, aya lalaki. aya istri, aya pameget (perempuan laki-laki). 

Dijelaskan pula dalam ajaran agama Islam pun, harus mendahulukan ibu dari pada bapak. Mengapa?

Ada beberapa ayat Alquran dan hadits Nabi Muhammad SAW yang mengingatkan kita agar memelihara keluarga dari api neraka. "Hai, orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka." (QS 66: 6).

Ketika ayat itu turun kepada Rasulullah, Imam Ja'far As-Shadiq mengatakan seorang sahabat menangis dan berkata, "Aku tidak mampu menguasai diriku dan kini diberi beban dengan keluargaku." Mendengar keluhan itu, Nabi SAW menjawab, "Perintahkan keluargamu sebagaimana engkau diperintahkan. Ikuti dan cegah keluargamu sebagaimana engkau dilarang mengerjakan."

Imam Ali bin Abi Thalib menjelaskan makna ayat itu, "Didiklah diri dan keluargamu dengan perbuatan baik dan saleh." Allah secara tegas memerintahkan kita mendidik diri sendiri dan keluarga dengan ajaran-ajaran agama sehingga terbentuk keluarga yang bertakwa.

Nabi SAW mengajarkan agar kita mendahulukan ibu ketimbang ayah dalam berbakti. Seorang laki-laki datang kepada beliau, lalu bertanya mengenai siapa yang lebih berhak untuk dipergauli (diperlakukan) secara baik. Jawabnya, 'ibumu' hingga tiga kali, dan baru 'ayahmu'.

Mengapa Islam mengutamakan berbakti kepada ibu daripada ayah? Abdullah Nashin Ulwan, dalam Pendidikan Sosial Anak, menyebut dua sebab. Pertama, ibu lebih banyak memperhatikan anak, mulai hamil, melahirkan, menyusui, merawat, dan mendidik (Q.S. 31:14). Kedua, dalam diri ibu penuh dengan ikatan batin, cinta, lembut, sayang, dan selalu memperhatikan.


Dalam kehidupan sehari-hari, kita tak jarang mendengar banyak orang yang terjerumus pada perbuatan maksiat karena meremehkan hak-hak ibu. Durhaka kepada ibu adalah awal runtuhnya tatanan sosial kita.

Nasihat ibu diacuhkan. Namun demikian, saking cinta dan kasih sayang ibu, meski kita menyakiti hati dan merusak nama baiknya, seorang ibu akan melupakan perasaannya ketika kita ditimpa musibah.

Diriwayatkan, pada masa Rasulullah, seorang pemuda bernama Alqamah sakit keras dan sulit mengucapkan La ilaha illallah. Ia dibenci ibunya, karena terlalu mementingkan dan terlalu patuh kepada istrinya dalam segala sesuatu ketimbang kepada ibunya sendiri.

Namun, setelah ibunya memaafkan kesalahannya, Alqamah pun wafat. "Wahai, kaum Muhajirin dan Anshar, barang siapa yang lebih mengutamakan istrinya daripada ibunya, maka ia akan dilaknat Allah. Taubat dan hari akhiratnya tidak diterima." kata Nabi SAW ketika hadir pada pemakaman Alqamah.

Dalam filsafat Sunda pun sejalan dengan apa yang diajarkan dalam ajaran Islam, yakni harus selalu mengutamakan Indung dari pada Bapak. Seperti pepatah bilang bahwa Surga berada di telapak kaki Ibu, bukan kaki gajah....eh salah, kaki orang lain maksudnya. hehehehe... serius amat sahabat Budaya,,, jangan lupa tersenyum...semoga informasinya bermanfaat, salam Budaya.

Post a Comment for "Fenomena Istilah 'Indung' (Ibu) Dalam Filsafat Sunda"