Jenis - Jenis Tari



Ketika Anda melihat atau belajar tari, pernahkan Anda memikirkan pertanyaan mengapa banyak jenis tari yang tumbuh dan berkembang di Indonesia? dan faktor apa yang menyebabkan tumbuh dan berkembang jenis tari di Indonesia? Kegiatan belajar satu ini membahas jenis-jenis tari, akan membantu Anda mengenali berbagai jenis tari tradisional maupun tari non tradisional di Indonesia maupun manca negara berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Tari di Indonesia sangat banyak, para ahli tari mengklasifikasikan tari berbagai jenis tari dari sudut pandang yang berbeda-beda. Secara umum jenis tari dibagi dalam dua kategori yaitu tari tradisional dan tari non tradisional. 

a. Tari tradisional

Jenis tari tradisional adalah tari yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat yang memiliki alam pemikiran tradisional cirinya percaya kepada kekuatan supranatural, percaya kepadamitologi, kekuatan binatang totem dan rohleluhur. Masyarakat tradisional taat mempertahankan pola hidup yang tergantung kepada alam dan meneruskan kebiasaan hidupnya secara turun temurun.

Berdasarkan ciri masyarakat tradional tersebut, maka bentuk tarinya taat kepada aturan-aturan tari tradisional di setiap daerah, dan fungsi tari dikaitkan dengan keyakinan dan keperluan masyarakat setempat. Jenis tari di Indonesia yang termasuk dalam kategori jenis tari tradisonal adalah tari primitif, tari rakyat dan tari klasik.

  • Tari primitif
Tari primitif adalah tari yang memiliki ciri bentuk gerak, iringan, rias dan busana yang bersahaja. Tari primitif ada di seluruh dunia pada waktu masyarakat masih hidup dalam jaman pra- sejarah, atau sekarang pada suku-suku pedalaman yang masih melanjutkan tata kehidupan budaya pra-sejarah. Kepercayaan animisme dan dinamisme menjadi landasan seluruh aktivitas kehidupan suku-suku bangsa di pedalaman, sehingga tari primitif menjadi bagian penting disetiap upacara. Contohnya adalah tari Berburu dari Irian Jaya, memiliki ciri gerak yang bersahaja, menggambarkan seorang pemburu sedang menusuk-nusuk tombaknya dan dilakukan berulang-ulang untuk mendapatkan hasil buruan yang banyak, menggambarkan masyarakat Irian Jaya pada masa lalu pada waktu berburu. Tari Perang dilakukan oleh masyarakat Timorini yang dipercaya dapat mengusir wabah penyakit. Para penari dengan berbusana dan senjata lengkap, menari sambil bernyanyi dan berjalan berbaris keliling kampung dibarengi oleh penduduk yang hiruk pikuk (Indonesia Indah,1996).
  • Tari rakyat
Tari rakyat adalah tari hasil garapan rakyat yang memiliki ciri penyajian sederhana dan masih berpijak pada unsur budaya tradisional. Tari rakyat umumnya berbentuk tarian bergembira atau tari pergaulan (Soedarsono,1992: 97-99). Ciri koreografi tari rakyat gerak tarinya terlihat bersahaja, iringan tari dan rias busana berpola sederhana. Penyajian tari rakyat terlihat sederhana, mencerminkan kehidupan masyarakat yang bersahaja, masih tergantung pada alam, lekat dengan kebiasaan gotong royong. Contoh tari rakyat diantaranya tari Tayub dari Jawa Tengah, tari Lenso dari Ambon, tari Ketuk Tilu dari Jawa Barat, tari Joget dari Bali, tari Gandrung dari Banyuwangi Jawa Timur, tari Kuda Lumping dari Jawa Barat dan tari Kuda Kepang dari Jawa Tengah. Contoh tari rakyat yang berfungsi untuk tontonan dan dilakukan berpasangan adalah tari Oleg Tamulilingan dari Bali, sedangkan tari rakyat dilakukan berkelompok contohnya tari Kecak dari Bali. Tidak hanya di Indonesia, hampir di belahan dunia memiliki tari rakyat. Di Eropa banyak sekali kita temukan jenis tari rakyat yang fungsinya untuk interaksi sosial.
  • Tari Klasik
Tari klasik adalah tari yang semula tumbuh dan berkembang di istana dalam kalangan raja dan bangsawan, mencapai kristalisasi artistik yang tinggi dan telah pula menempuh perjalanan sejarah yang cukup panjang, sehingga memiliki nilai tradisi . Bentuk tari klasik mencerminkan masyarakat istana yang mempunyai tata kehidupan teratur, sehingga ciri koreografinya terpola oleh aturan – aturan yang standar dan sangat baku. Contohnya: tari Bedhaya dan tari Srimpi dari istana Surakarta maupun istana Yogyakarta, tari Legong Kraton dari Bali (Soedarsono, 1992: 101-107). Ballet adalah contoh tari klasik dari Eropa, tumbuh dan berkembang di Italia, Perancis, Jerman dan menyeba rsampai ke Rusia. 

Tari tradisional di Indonesia memiliki tema bermacam-macam. Tari primitif biasanya bertema religi, ungkapan kehendak dan harapan yang berkaitan upacara siklus kehidupan manusia. Tari rakyat biasanya bertema religi, ungkapan kehendak dan harapan yang berkaitan upacara siklus kehidupan, serta ekspresi kegembiraan. Tari klasik biasanya bertema ungkapan filosofi masyarakat istana dan tema dramatik yang bersumber dari karya sastra, sejarah maupun babad. Tari tradisional yang memiliki cerita yang dilakukan oleh satu orang penari (tunggal), dua orang penari (berpasangan) dan beberapa orang penari disebut dengan tari tradisional bertema dramatik. Contoh tari tradisional tema dramatik dengan penari tunggal, diantaranya tari Golek dari Jawa Tengah dan tari Topeng dari Cirebon. Salah satu contoh tari dramatik berpasangan adalah tari Oleg Tambulilingan dari Bali. Tari dramatik yang berbentuk dramatari dan penarinya banyak, diantaranya Wayang Wong dari Jawa Tengah dan Jogjakarta, Langendriyan dari Mangkunegaran Jawa Tengah, Langen Mandrawanara dari Jogjakarta, Sendratari Ramayana di kompleks candi Prambanan, Arje (Bali) dan Mak Yong (Riau). Tari non dramatik ialah tari yang tidak menyampaikan cerita atau drama, contoh: tari Pendet dari Bali, Joged dari Bali, tari Tayub dari Jawa Tengah, tari Gending Sriwijaya dari Palembang, dan berbagai jenis tari klasik.

2) Tari Non Tradisonal
Tari non tradisional adalah jenis tari yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat yang tidak taat kepada pola hidup dan kebiasaan turuntemurun dan memiliki pola hidup berciri modern. Oleh karena itu, bentuk tari non tradisional tidak taat kepada kaidah tari tradisional. Jenis tari non tradisional adalah tari kreasi baru, tari modern, tari postmodern dan tari kontemporer.

(a) Tari kreasi baru
Tari kreasi baru adalah jenis tari tradisional yang modifikasi menjadi bentuk baru. Ciri tari kreasi baru adalah pola dan unsur-unsur tari tradisional masih jelas terlihat, namun dibagian-bagian tertentu diberi bentuk baru. Modifikasi bentuk tari terlihat dari susunan gerak, variasi gerak, durasi waktu, ritme dan tempo iringan, atau tata rias dan busana atau unsur tari tradsional lainnya. Salah satu tujuan diciptakannya tari kreasi baru menurut Soedarsono (1992: 112-116) adalah menghasilkan tari tradisional yang dapat ditonton oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Faktor yang mendorong pemikiran pentingnya diciptakan tari kreasi baru karena banyak tari tradisional yang tidak dapat dilihat sewaktu-waktu karena penyelenggaraan tari tradisisonal biasanya terikat oleh aturan waktu, tempat dan peristiwa khusus. Contoh tari kreasi baru yang masih menggunakan unsur dan pola seni tari tradisional, diantaranya I Nyoman Mario tahun 1925 menciptakan tari Kebyar Duduk dan Kebyar Terompong dan pada tahun 1931 menciptakan tari Tamulilingan. I Nyoman Kaler pada tahun 1933 menciptakan tari Panji Semirang. Tahun 1962 I Wayan Dibia menciptakan tari Manuk Rawa dan tari Cak kreasi baru. Tari Yapong dan tari Wira Pertiwi, tari kreasi baru yang diciptakan oleh Bagong Kussudiardjo, sebelumnya dirintis oleh I Nyoman Mario tahun 1925 menciptakan tari Kebyar Duduk dan Kebyar Terompong dan pada tahun 1931 menciptakan tari Tamulilingan. Lalu I Nyoman Kalerpada tahun 1933 menciptakan tari Panji Semirang. Tahun 1962 I Wayan Dibia menciptakan tari Manuk Rawa dan tari Cak kreasi baru. (Soedarsono, 1992: 111-116). Tari Bajidor Kahot modifikasi dari tari Jaipongan, tari Sekar Jagat modifikasi dari tari penyambutan tamu seperti pendet

dan Payemgrame dari Bali, tari Lenggang Nyai modifikasi gerak tari cokek perempuan dan Kembang ronggeng modifikasi dari tari tradional Betawi dan tari kreasi baru lainnya yang masih menggunakan unsur dan pola tari tradisional. 

  Gambar 1.6 Tari Kreasi Baru Bajidor Kahot dari Jawa Barat.

(b) Tari modern
Tari modern adalah jenis tari yang tumbuh dan berkembang mulai tahun 1890 dan berlangsung sampai dengan sekitar tahun 1945 an, ciri yang sangat menonjol dari tari modern adalah (1) tampilan gaya individu yang sangat kuat dalam karya tarinya; dan (2) adanya inovasi yang baru dalam tari modern.

Ciri tari modern yang pertama adalah gaya individu koreografer tampil kuat dalam karya tarinya. Ciri pertama dalam tari modern tersebut, didasari oleh pemikiran modernisme yang ditandai dengan ciri pemikiran yang logis untuk memperoleh pengetahuan yang objektif, teoritis dan analitis. Karya seni dianggap sebagai kreasi unik dari seniman. Seniman adalah orang-orang yang serius dalam memproduksi karya seni, karya seni tidak lagi dianggap memiliki satu makna yang unik, sehingga setiap orang dapat memberikan makna sendiri terhadap karya seni.

Implikasi dari pemikiran modernisme tersebut dalam konteks tari adalah tari tidak lagi hasil produksi masyarakat yang besifat komunal seperti dalam tari tradisional, tetapi tari merupakan hasil kreasi dari individu koregrafer, sehingga menampilkan gaya individu sangat penting. Koreografer bebas memberikan makna terhadap segala sesuatu yang menjadi sumber ide tarinya dan penonton bebas memberikan makna terhadap tari yang dilihat karena tidak lagi terikat oleh satu makna yang unik seperti dalam tari tradional. Kebebasan memberikan makna itulah esensi dari ciri tari modern yang selama ini disebut dengan tari yang mementingkan kebebasan. Sehubungan dengan penjelasan tersebut, maka salah satu ciri dari jenis tari modern adalah tari yang menonjolkan gaya individu koreografer.

Tari modern muncul karena reaksi positif dari para koreografer terhadap gerakan modernisme pada jaman tersebut. Contohnya, Isadora Duncan seorang pelopor tari modern pada tahun 1890 di Amerika, ciri tarinya menekankan kepada spontanitas, Karya Lois Fuller pada tahun 1892 di Eropa yang memiliki ciri pada pemanfaatan lampu panggung dan peralatan tari. Lalu Ruth St. Denis pada tahun 1877 yang karyanya berkiblat kepada seni dan filsafat Timur. Kemudian kelompok Denis dan Shawn pada tahun 1914 menampilkan tema Timur dengan materi gerak gaya Spanyol dan Indian yang mempunyai ciri menyederhanakan teknik ballet dan mulai menemukan teknik tari modern. Selanjutnya muncul Mary Wigman dengan ciri konsep tari bahwa tari sebagai ekspresi seni mandiri tanpa musik.Martha Graham pada tahun 1960- an menciptakan tari gaya abstrak dan Alwin Nicoles menciptakan tari yang mempunyai ciri perpaduan suara, cahaya, properti yang aneh-aneh dan gerakyang menakjubkan (Soedarsono 1992: 120- 127).

Ciri tari modern yang kedua adalah adanya inovasi baru dalam tari modern. Inovasi yang dilakukan oleh koreografer bermacam-macam, diantaranya inovasi dari aspek tema, teknikmenari, media ekspresi tema tidak hanya gerak tubuh, namun dikombinasi dengan gerakan benda, teknologi animasi atau hal baru lainnya.

Tari modern tumbuh di Indonesia diawali dari kedatangan para seniman tari Indonesia yang telah menyelesaikan belajar tari modern di Amerika dan Eropa, antara lain Bagong Kussudiharjo, Wisnu Wardana, Sardono. W. Kusumo,I Made Bandem, I Wayan Dibia, Farida Faisol, Enoch Atmadibrata dan lainnya. Perkembangan tari modern di Indonesia di Indonesia telah menemukan ciri khasnya yang terlihat ide dasar tari berasal dari budaya daerah setempat atau dari budaya lain, tema tari relevan dengan persoalan, situasi dan kondisi masyarakat saat ini, dan gaya individu sangat jelas terlihat pada tampilan koreografi.

3) Tari Postmodern  
 Tari postmodern adalah jenis tari yang lahir pada abad akhir ke 20 atau sekitar tahun 1930 an seiring dengan lahirnya gerakan postmodernisme dibidang seni yang dipelopori oleh Fererico de Onis. Banyak ahli yang berpendapat mengenai pengertian postmodernisme Graffin, Rosenau, Buidrillard, Lyotard, Giddens, Dowell dan Bob Hostetler Cliff, Al Gore, Harris, Foucault, Habermas, Rosenau, Eagleton (Lihat tautan postmodernis.bogspot.co.id). Intinya bahwa pemikiran postmodernisme merupakan tanggapan dan koreksi dari pemikiran modernisme. Ciri pemikiran postmodernisme adalah cara berpikir untuk menggambarkan situasi yang berkaitan dengan perubahan kondisi yang sedang berlangsung, mencoba memecahkan masalah kehidupan sosial budaya.

Tari postmodern merupakan reaksi para koreografer yang mendukung gerakan posmodernisme yang memberikan koreksi kepada modernisme. Postmodernisme merupakan sikap dan rasa tidak puas koreografer terhadap modernisme yang mendorong pemikiran baru untuk keluar dari modern menuju masa baru yang disebut dengan postmodern (masa setelah modern), hasilnya berupa tari postmodern. Ciri-ciri tari postmodern adalah tema tari mengarah kepada kritik sosial, bentuk koreografi tidak terikat pola dalam tari modern, penyerhanaan bentuk dari elemen-elemen pendukung tari, namun ciri utamanya adalah visualisasi pemikiran postmodern yang mencerminkan pemikiran kritis terhadap kondisi ke dalam koreografi.

(a) Tari Kontemporer 

Tari kontemporer adalah tari yang mencerminkan jiwa jaman saat ini. Jiwa jaman yang mutakhir. Ciri kekinian yang cenderung musiman karena mengikuti selera atau tren bentuk dan gaya hidup yang tercermin dalam food, fashion dan film, serta pemikiran-pemikiran yang sedang mutakhir berkembang di masyarakat pada saat ini. Kontemporer berasal dari kata contemporary yang menunjukkan waktu sekarang, satu waktu atau zaman. Seni kontemporer menurut Fuad Hasan adalah seni yang menggambarkan zeitgeist atau jiwa masa kini. Umar Kayam menjelaskan bahwa seni kontemporer adalah seni yang menunjukkan daya cipta yang hidup dan kondisi kreatif dari masa terakhir (Sedyawati, 1981:122). Berdasarkan pendapat tersebut bahwa tari kontemporer terkait dengan ide, bentuk, gaya tari yang sedang populer dari masa terakhir. Contohnya saat ini telah masuk era disrupsi. Secara etimologi era disrupsi artinya hal yang tercabut dari akarnya. Ciri era ini adanya perubahan berpikir dari berpikir reduksionis (berpikir terlalu kecil dan sempit dalam menganalisis masalah), kepada berpikir kreatif yang kaya perspektif dan alternatif, serta melalui riset multidisipin dan transdisiplin (Gardiner, dkk, 2017:55-68). Maka, tari yang termasuk dalam tari kontemporer saat ini adalah tari yang mencerminkan pemikiran yang analitis terhadap suatu masalah, kreatif dalam solusi masalah berdasarkan hasil pendalaman atau riset dari berbagai sudut pandang keilmuan yang tercermin dalam tema, bentuk maupun isi koregrafi. Tari karya koreografer Indonesia yang masuk dalam kategori jenis kontemporer selalu berbeda dari waktu ke waktu, karena hanya jenis tari yang berciri kekinian dari sisi bentuk, fungsi dan isi yang relevan dengan pemikiran, situasi serta hal-hal yang sedang mutakhir saja yang dapat masuk dalam kategori jenis tari kontemporer.

Contoh tari yang dianggap memiliki ciri kekinian pada sekitar tahun 1990 an adalah tari yang sumber inspirasinya dari budaya lokal, untuk mencerminkan situasi dan persoalan masyakat, dikemukakan dalam tari yang mencerminkan ciri khas gaya tari individu koreografer. Maka tari yang masuk dalam kategori tari kontemporer pada masa tersebut, diantaranya: adalah tari Legong Kontemporer oleh Bulantrisna Djelantik sumber dari budaya lokal Bali ; tari Akkarena oleh Wiwiek Sipala sumber inspirasi dari budaya lokal Sulawesi dan gerak tari Pakarena; Ambojo Imbau oleh Tom Ibnur sumber inspirasi dari budaya Minang; Bedaya Rara Mendut oleh R. Sambas Wirakusumah sumber inspirasinya dari budaya lokal Sunda; Cak Tarian Rina oleh Sardono W Kusumo sumber inspirasi dari dramatari Bali atau budaya lokal Bali; Damarwulan oleh Retno Maruti sumber inspirasi dari budaya lokal Jawa Tengah, dan jenis tari kontemporen tahun 1990an lainnya (Direktori Seni Pertunjukan Kontemporer, 1999; 19-22). Pada dekade pertama tahun 2000 an jenis tari kontemporer yang berkembang adalah kolaborasi antara hip hop dengan tari tradisi. Pada dekade ke dua tahun 2000 an, jenis tari kontemporer yang berkembang adalah tari yang cenderung kepada Korean Pop (K-Pop), cirinya menitik beratkan kepada ritme gerak dan gerakan yang unik, misalnya variasi gerak kaki sehingga mudah diingat dan diikuti. Kesan intertaiment sangat kuat dalam tari jenis ini. Dalam K-Pop tari merupakan unsur penting dalam musik group vokal baik boyband maupun gilrband.

Selain jenis tari yang cenderung kepada K-Pop pada dekade kedua tahun 2000-an saat ini juga berkembang jenis tari yang memanfaatkan teknologi tata pentas yang canggih misalnya dengan menggunakan efek sinar laser sebagai bagian penting dalam konsep tari. Berdasarkan contoh-contoh tari kontemporer yang kekinian pada masanya tersebut. Maka, dapat disimpulkan bahwa tari kontemporer akan berbeda dari waktu ke waktu, mengikuti kecenderungan yang sedang digemari oleh masyarakat pada masa kini.
 
 

Post a Comment for "Jenis - Jenis Tari"