Perempuan Bernama Nyi Pohaci atau Dewi Sri

Siapa Nyi Pohaci? siapa Dewi Sri? apakah kalian mengenal sosok perempuan tersebut?

Dewi Sri dikenal sebagai istri Dewa Wisnu yang dipercaya sebagai Dewa Pelindung dalam Trimurti agama Hindu. Dewi Sri dikenal juga dengan nama Dewi Laksmi, sehingga terjadi penggabungan dua nama menjadi Dewi Sri Laksmi pada masa Hindu awal. Selain itu, Dewi Sri Laksmi dikenal juga dengan nama Gaurī dan Gayalaksmi. Sri yang digambarkan sebagai salah satu aspek dari Dewa Wisnu disebut dengan Śrīdhāra (Liebert, 1976).

Dewi Sri dalam ikonografi Hindu digambarkan memegang śrīphala (buah bilwa atau kawista) dan teratai. Ia ditemani dua perempuan yang membawa chaurī (alat pengebut lalat) dan dua atau empat gajah yang membawa ghata (kendi). Dewi Laksmi digambarkan bertangan dua, empat atau delapan. Atributnya adalah sangkha (cangkang kerang) dan teratai jika bertangan dua. Apabila bertangan empat, ia membawa cakra, sangkha, teratai, dan bunga pala atau membawa mahālungga (sejenis buah lemon), teratai, dan bejana berisi minuman para dewa, atau teratai, buah bilwa, sangkha, dan bejana berisi ambrosia (makanan para dewa).

Banyak cerita yang dihubungkan dengan Dewi Sri atau Dewi Pohaci di Tanah Sunda (Jawa Barat & Banten) seperti Wawacan Pohaci, Cariyos Sawargaloka, Wawacan Sanghyang Sri, Wawacan Puhaci Dangdayang, Wawacan Dewi Sri dan Wawacan Sulanjana (Ekajati, 2000; Kartakusuma, 2001; Sukanda-Tessier, 1991). Salah satu cerita mitos yang populer adalah Wawacan Sulanjana, diceritakan bahwa Sang Hyang Tunggal atau Batara Guru dengan patihnya Narada dari Kerajaan Jagat Raya akan membuat Bale Pancawarna (Kalsum, 2013). Setiap dewa dan dewi diminta untuk bekerja membangun Bale Pancawarna. Namun, Dewa Anta (Dewa Ular) tidak bisa ikut bekerja karena tidak memiliki tangan dan kaki sehingga ia menangis dan tetesan air matanya berubah menjadi telur. Ketiga butir telur tersebut dipersembahkan kepada Batara Guru atas usul Batara Narada. Telur tersebut dibawa dengan cara dimasukkan dalam mulutnya. Di tengah perjalanan Dewa Anta bertemu dengan seekor elang yang menyapanya. Karena mulutnya penuh berisi telur, ia tidak menjawab pertanyaan burung elang. Burung elang marah dan mencakar Dewa Anta mengakibatkan dua butir telur pecah dan jatuh ke bumi menjadi Kalabuat dan Budug Basu. Kalabuat dan Budug Basu dipelihara oleh Sapi Gumarang. Batara Guru memerintahkan Dewa Anta mengerami telur yang tersisa hingga menetas menjadi bayi perempuan yang diberi nama Dewi Sri. Dewi Sri diserahkan kepada Batara Guru, disusui oleh Dewi Uma dan diasuh oleh Dewi Esri. 

Sumber: https://www.goodnewsfromindonesia.id/uploads/images/2020/09/2515402020-78847939008-dewi_sri_(di_hamparan_sawah_dan_orang2).jpg

Dewi Sri atau Dewi Pohaci setelah dewasa menjadi gadis cantik yang membuat Batara Guru jatuh cinta. Batara Narada memikirkan agar Batara Guru tidak menikahi Dewi Sri, maka ia memberi buah kholdi pada Dewi Sri sampai Dewi Sri ketagihan dan meninggal. Mayat Dewi Sri diurus oleh Aki Bagawat dan dikubur di Banyu Suci. Kuburan Dewi Sri kemudian tumbuh padi dan tanaman lainnya. Semar dan anak-anaknya diperintahkan membawa seluruh tanaman tersebut untuk ditanam di Pakuan yang diperintah oleh Prabu Siliwangi, sehingga Pakuan menjadi negara yang subur makmur kerta loh jinawi. Dampu Awang ingin membeli padi, tetapi Prabu Siliwangi menolaknya karena padi adalah titipan Batara Guru. Dampu Awang bersekutu dengan hama padi untuk menyerang Pakuan, namun berkat Sulanjana putra Batara Guru padi tersebut dapat dilindungi.



 

Post a Comment for "Perempuan Bernama Nyi Pohaci atau Dewi Sri"