Drama dan Permasalahannya

Perkembangan drama di Indonesia akhir-akhir ini begitu pesat. hal ini terlihat dari banyaknya pertunjukan drama di televisi, dan media online lainnya. Organisasi remaja di sekolah, Universitas, Karang Taruna, Komunitas dan lainnya sudah menjadi seolah Demam drama. hal tersebut merupakan indikasi seni drama sudah meluas, sehingga jika televisi menyajikan drama, masyarkat pasti antusias menyaksikannya.

Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas pentas. Melihat drama, penonton seolah melihat kejadian dalam masyarakat. Kadang-kadang konflik yang disajikan dalam drama sama dengan konflik batin mereka sendiri. Drama adalah potret kehidupan manusia. Potret suka duka, pahit manis, hitam putih kehidupan manusia.

Begitu polulernya dan begitu akrabnya drama dalam kehidupan kita, sehingga semua orang merasa sudah mengerti dan memahami drama. keadaan seperti itu tidak menguntungkan perkembangan drama. Mereka itu dapat berkata merasa tahu tentang drama, sering terjadi mereka tidak tahu bagai mana menikmati sebuah pertunjukan drama. Akibatnya jka menonton drama, tidak tahu letak keindahannya. Dalam adegan yang membutuhkan ketenangan, sering terdengar tepuk tangan atau suitan. ini membuktikan, bahwa penonton yang merasa mengerti ternyata belum memahami drama.

Apabila menyebut istilah drama, maka kita berhadapan dengan dua kemungkinan, yaitu drama naskah dan drama pentas. Keduanya bersumber pada naskah. Oleh sebab itu pembicaraan tentang drama naskah merupakan dasar dari telaah drama. Naskah drama dapat dijadikan bahan studi sastra, dapat dipentaskan, dan dapat dipergelarkan dalam media audio, berupa sandiwara radio atau kaset. Pagelaran pentas dapat di depan publik langsung, dapat juga di dalam televisi. Untuk pagelaran drama di televisi, penulisan naskah drama sudah lebih canggih, mirip dengan skenario film.

Perkataan 'drama' berasal dari bahasa yunani "draomai" yang berarti berbuat, belaku, bertindak atau beraksi. Drama berarti perbuatan, tindakan atau action. 

Drama Naskah merupakan suatu genre sastrayang disejajarkan dengan puisi dan prosa. Drama pentas adalah jenis kesenian mandiri, yang merupakan integrasi antara berbagai jenis kesenian seperti musik, tata lampu, seni lukis (dekor panggun/artistik), seni kostum, seni rias, dan sebagainya. 

Terminologi istilah drama biasanya didasarkan pada wilayah pembicaraan, apakah yang dimaksud drama naskah atau drama pentas. Drama naskah dapat diberi batasan sebagai salah satu jenis karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog yang didasarkan atas konflik batin dan mempunyai kemumngiknan dipentaskan.

Moulton memberikan definisi drama (pentas) sebagai hidup manusia yang dilukiskan dengan action. Hidup manusia yang dilukiskan dengan action itu terlebih dulu dituliskan, maka drama, baik naskah maupun pentas berhubungan dengan bahasa sastra. Telaah drama harus dikaitkan dengan sastra.

Sebagai karya sastra, bahasa drama adalah bahasa sastra karena itu sifat konotatif juga dimiliki. Pemakaian lambang, kiasan, irama, pemilihan kata yang khas, dan sebagainya berprinsip sama dengan karya sastra. Akan tetapi karena yang ditampilkan dalam drama adalah dialog, maka bahasa drama tidak sebeku bahasa puisi, dan lebih cair daripada prosa. Sebagai potret atau tiruan kehidupan, dialog dram banya berorientasi pada dialog yang hidup dalam masyarakat.

Perkataan drama sering dihubungkan dengan teater. Sebenarnya 'teater' mempunyai makna yang lebih luas, karena dapat berarti drama, gedung pertunjukan, panggung, grup pemain drama, dan dapat juga berarti segala bentuk tontonan yang dipentaskan di depan orang banyak. Misalnya, kita mengenal isitilah Jakarta Teater (berarti gedung bioskop), Teater Arena (berarti gedung pertunjukan), Bengkel Teater (Grup Drama), Teater Tradisional (Berarti jenis tontonan drama), dan sebagainya.

Jika dibandingkan antara naskah dan pentas, maka pentas lebih dominan daripada naskah. Drama tradisional dan drama rakyat tidak menggunakan naskah. Unsur action , pagelaran, acting, pemeranan, merupakan faktor yang dominan. Yang dipergelarkan adalah kehidupan manusia karena hidup ini adalah panggung sandiwara raksasa. lebih sempit yang dipentaskan adalah tokoh-tokoh manusia yang dipotret dalam panggung itu adalah watak yang saling bertikai atau konflik. Konflik manusia ini merupakan dasar lakon, baik yang dituliskan maupun yang langsung dipergelarkan. Konflik manusia itu diwujudkan dalam bahasa tutur. Dikarenakan pentingnya bahasa tutur ini, maka Majorie Boulton menyebut bahasa tutur ini sebagai salah satu aspek drama yang di samping naskah dan pentas drama. Dalam Pagelarannya, tutur itu dihidupi dengan keterlibatan fisik dan mental pemainnya. 

Referensi: Buku Drama-Teori dan Pengajarannya (Prof. Dr. Herman J. Waluyo)

Post a Comment for "Drama dan Permasalahannya"