Gunung Pulosari: Ekspresi Idealisme Yang Sakral


Gambar: Puncak Gunung Pulosari, 2014 (Gambar Milik Pribadi, Pic. Wisnu Wirandi)

Tinggalan tradisi megalitik di sekitar gunung Pulosari memberi gambaran bahwa sebuah peradaban pernah ada di lokasi tersebut. Gejala perkembangan peradaban manusia dari tingkat berburu dan mengumpulkan makanan beralih ke pola kehidupan menetap dengan matapencaharian bercocok tanam di sekitar gunung Pulosari perlu diamati, karena pada penelitian Balai Arkeologi Bandung tahun 2002 di lereng pegunungan Pulosari menemukan beberapa keping batuan chert, tatal-tatal batu sisa pembuatan perkakas neolitik (Fadillah, 2002:40) yang setingkat dengan kehidupan manusia ketika mulai menetap dengan matapencaharian bertani dan beternak (Soejono, ed., 1992), yang mana pada masa ini juga berkembang tradisi megalitik.

Gambar: Kawah Gunung Pulosari, 2014

Gambar Puncak Gunung Pulosari.2014

Dalam tradisi megalitik, tanah merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia. Untuk itu kondisi tanah harus diperlakukan sesuai dengan aturan dan tata cara yang telah ditentukan agar 'penjaga' dan pemberi kesuburan selalu berkenan untuk memberikan hasil panenyang baik. Melalui upacara tradisi megaliti, roh seseorang yang telah meninggal terutama pemimpin masyarakat sangat dihormati. Penghormatan itu melalui upacara tertentu dengan tujuan agar roh leluhur memberikan sesuatu, misalnya kesuburan tanah dan hasil panen yang melimpah (Djaenuderajat, 2001:15).

Roh nenek moyang dipahami sebagai media untuk menghubungkan generasi terdahulu dengan sekarang dan juga menghubungkan dewa-dewa, dalam konsep kepercayaan lokal disebut sebagai Sanghyang, yaitu sumber kekuatan spiritual yang memiliki kekuatan pada bumi, tanah dan air (Fadillah,2001). Tradisi ini pada setiap daerah memiliki masa awal yang berbeda-beda, tetapi umumnya dimulai sejak 6000 sampai dengan 2000 SM (Fadillah, 2002:40).

Gunung Pulosari dan daerah di sekitarnya yang memiliki ketinggian 400-600 mdpl banyak ditemukan tinggalan tradisi megalitik sangat berpotensi sebagai lahan pertanian. Kondisi ini didukung juga dengan tersedianya sumber air yang cukup. atas pertimbangan letaknya maka tempat tersebut sangat ideal sebagai tempat berkembangnya sebuah peradaban yang berbasiskan budidaya tanaman. 

Gambar Kawah Gunung Pulosari Abad ke-17, dilukis oleh Van de Velde (Guilot,1990)

Sumber: https://i.pinimg.com/originals/ad/92/42/ad9242be3480602de8477c69204e0997.jpg


Post a Comment for "Gunung Pulosari: Ekspresi Idealisme Yang Sakral"