Istilah Penyebutan Waktu Pada Masyarakat Sunda


Halo sahabat Budaya! Tahukah sahabat bahwa pada masyarakat Sunda ada istilah untuk penyebutan waktu (jam), Istilah-istilah ini cukup unik loh, mari kita bahas ya.

Penyebutan waktu pada masyarakat Sunda cukup unik. Biasanya dalam percakapan sehari-hari masyarakat Sunda menyebutkan waktu dengan istilah, tidak dengan angka.  Waktu atau wanci dalam istilah Sunda seringkali dipakai untuk menunjukan waktu-waktu tertentu. Namun, jaman sekarang sudah banyak masyarakat yang sudah tidak menggunakannya, entah itu persoalan lupa atau memang hilang generasi tersebut. Maka dari itu, Aksara Budaya akan membahasnya. 

00.00 : Tengah Peuting

Tengah Peuting berati adalah pertengahan malam. Artinya, pada waktu ini menunjukan waktu perbatasan antara malam menuju subuh. Tengah peuting diartikan sebagai tengah malam, sedangkan ngaweng-ngaweng artinya mengangkasa. Ini menandakan bahwa sudah berada di titik paling gelap.

01.00 : Tumorek

Asal kata tumorek yaitu torek. Yang artinya tidak bisa mendengar. Tumorek sendiri diartikan sebagai tidak terdengar atau pura-pura tidak terdengar.

Wanci tumorek dikiaskan seperti seolah segala sesuatu menjadi tidak terdengar. Ini karena semua orang sedang tertidur lelap sehingga suasana menjadi sepi.

02.00 : Janari Leutik

Janari diartikan sebagai dini hari atau orang Sunda menyebutkannya sebagai waktu sahur. Sedangkan leutik artinya kecil. Janari leutik berarti waktu sahur yang lebih awal.

Biasanya para kaum ibu sudah bangun pada jam ini Karena harus menyiapkan makanan sahur.

03.00 : Janari gedé

Gedé dalam bahasa Sunda diartikan besar. Janari gedé sendiri hampir sama dengan waktu janari leutik, namun janari leutik. Namun orang Sunda mengistilahkan ini sebagai waktu yang tepat untuk memulai sahur.

04.00 : Kongkorongok Hayam

Kongkorongok hayam dalam bahasa Sunda diartikan ayam yang berkokok. Ini diambil dari kebiasaan ayam-ayam yang dipelihara oleh orang Sunda. Jika mereka sudah berbunyi, maka muncul istilah bahwa pada jam tersebut disebut kongkorongok hayam.

Sama seperti yang lainnya, orang Sunda percaya tentang peribahasa ‘’Rejeki Dipatok Ayam’’, yang artinya manusia harus sudah mulai beraktivitas pada wanci kongkorongok hayam.

05.00 : Balébat

Balébat dalam bahasa Sunda diartikan dengan fajar yang ditandai dengan cahaya kemerahan dari matahari dari sebelah timur yang terjadi menjelang matahari terbit sempurna.

06.00 : Carangcang Tihang

Tihang diartikan sebagai tiang. Sedangkan carangcang adalah istilah orang Sunda menggambarkan pancaran sinar matahari.

Pada pagi hari pukul 06.00 biasanya sinar matahari akan menembus pohon-pohon dari kejauhan sehingga inilah alasan pada waktu ini orang Sunda menyebutnya dengan wanci carangcang tihang.

07.00 : Méléték Panonpoé

Méléték artinya terbit, sedangkan panonpoé artinya matahari. Pada pukul 07.00 orang Sunda sudah memahami bahwa pukul 07.00 matahari sudah terbit dengan seutuhnya sehingga pantang bagi siapapun yang masih tidur pada wanci méléték panonpoé.

08.00 : Ngaluluh Taneuh

Ngaluluh artinya menggemburkan, sedangkan taneuh artinya tanah. Pada jam segini dikenal bahwa para petani sudah memulai aktivitasnya di ladang, sawah, dan perkebunan.

Para petani sudah ramai berkumpul di ladangnya masing-masing sehingga ini menunjukan waktu di mana orang-orang sudah mulai bekerja.

09.00 : Haneut Moyan

Haneut artinya hangat, sedangkan moyan artinya berjemur. Kegiatan seperti menjemur bayi menjadi tanda bahwa pada jam ini merupakan wanci haneut moyan.

Sampai sekarang kita masih percaya dan penelitian juga sudah menunjukkan bahwa menjemur bayi akan mencegah bayi dari kekurangan vitamin D, kalsium, dan fosfat.

10.00 : Rumangsang

Rumangsang ada istilah atau ungkapan orang Sunda ketika sudah mulai merasa gerah dan kepanasan. Ini akan dirasakan para petani yang bekerja ketika matahari sudah mulai meninggi dan sudah mulai terasa panas.

Kalau sudah menunjukan wanci rumangsang, itu artinya para petani bersiap untuk istirahat.

11.00 : Pecat Sawed

Pecat artinya lepas, sawed adalah istilah orang Sunda untuk tali yang mengikat leher kerbau pada saat membajak sawah. Ketika hari sudah mulai terasa panas, maka paka jam ini para petani sudah waktunya melepas tali dari leher kerbau.

Tujuannya agar para kerbau itu juga diberi kesempatan istirahat setelah membantu para petani membajak sawah.

12.00 : Tangagé atau Manceran

Ini menunjukan tengah hari ketika suhu udara sudah benar-benar terasa panas dan matahari terlihat sudah dalam titik tertingginya. Para petani akan menepi untuk makan siang. Begitu pula dengan para kerbau.

13.00 : Lingsir Ngulon

Lingsir artinya bergeser, ngulon dari kata dasar kulon. Jadi ngulon artinya ke arah barat. Pada jam ini matahari sudah mulai bergeser ke arah barat.

14.00 : Kalangkang Satungtung

Kalangkang artinya bayangan, satungtung dari kata dasar nangtung yang artinya berdiri.

Jadi, wanci kalangkang satuntung ini menjadi penanda waktu di mana bayangan orang berdiri akan sama panjang dengan saat dia berdiri. Atau bahkan tidak ada bayangan.

15.00 : Méngok

Beberapa literasi yang GNFI temukan, méngok sering dihubungkan dengan kata menengok dalam bahasa Indonesia.

Namun sebenarnya méngok hanya merupakan istilah bahwa matahari sudah menuju ke arah barat. Atau bisa juga dikatakan bahwa matahari sudah menengok ke arah barat.

16.00 : Tunggang Gunung

Istilah ini sudah dapat dipahami jika kita melihatnya sebagai istilah bahasa Indonesia, ya. Orang Sunda mengartikannya ini sebagai waktu ketika matahari sudah berada di atas punggung gunung.

Ini juga menandakan bahwa waktu beurang (malam) akan segera tiba. Biasanya para petani pun sudah mulai berjalan pulang.

17.00 : Sariak Layung

Dalam bahasa Indonesia sariak layung adalah bubuk merah tua. Ini memang sebuah kiasan untuk menggambarkan bahwa layung atau lembayung senja sedang berwarna merah dan bersiap untuk kehilangan cahayanya di ufuk barat (matahari tenggelam).

18.00 : Sareupna atau Sande Kala

Sareupna merupakan istilah waktu petang bagi orang Sunda atau waktu sudah menunjukan waktu shalat maghrib. Sedangkan penggunaan istilah sande kala karena konon hantu suka berkeliaran ketika matahari sudah mulai tenggelam.

Inilah waktu yang tepat bagi orang tua untuk melarang anak-anak berada di luar rumah atau melarang kita tidur. Masih adakah orang tua Kawan GNFI yang menerapkan kepercayaan ini?

19.00 : Harieum Beungeut

Harieum adalah warna merah tua yang hampir hitam dalam istilah Sunda. Sedangkan beungeut artinya muka atau wajah. Pada jaman dulu memang listrik belum terdistribusi dengan baik, ya.

Jadi, orang Sunda menganggap bahwa pada jam ini, ketika wajah orang sudah mulai gelap atau tidak terlihat, maka waktu menunjukan sudah malam atau beurang.

20.00 : Sareureuh Budak

Sareureuh berasal dari kata dasar reureuh yang artinya istirahat. Budak dalam bahasa Sunda artinya anak kecil. Pada jam ini berarti sudah waktu para orang tua untuk membuat anak-anaknya istirahat atau tidur.

21.00 : Tumoké

Tumoké adalah istilah yang menandakan tokek mulai berbunyi. Salah satu hewan yang masih bersaudara dengan cicak ini memang terkenal aktif di malam hari.

Itulah alasannya orang Sunda mengenal jam ini sebagai jam waktu malam dan anak-anak sudah mulai tertidur lelap.

22.00 : Sareureuh Kolot

Pada jam ini, artinya tinggal para kolot yang beristirahat dan tidur. Kolot dalam bahasa Sunda diartikan sebagai orang tua atau orang dewasa.

23.00 : Indung Peuting

Indung artinya ibu, sedangkan peuting artinya malam hari. Indung peuting bisa dikatakan sebagai istilah di mana bulan sedang bergerak untuk berada tepat di titik tertinggi. Dan menunjukkan waktu sudah benar-benar gelap dan mulai sepi karena para kolot sudah mulai terlelap tidur.

24.00 : Tengah Peuting Ngaweng-Ngaweng

Tengah peuting diartikan sebagai tengah malam, sedangkan ngaweng-ngaweng artinya mengangkasa. Ini menandakan bahwa sudah berada di titik paling gelap.

 

Post a Comment for "Istilah Penyebutan Waktu Pada Masyarakat Sunda"