Kepercayaan Primordial Menurut Prof. Jakob Sumardjo

 


Benda-benda budaya, termasuk benda seni yang dapat dibaca untuk menyusun suatu struktur dasar budaya suku, terdiri dari peninggalan prasejarah, mitologi suku, ungkapan lisan rakyat perdesaan, pertunjukan, seni rupa, seni musik, lakon, bangunan, kuliner, perkakas, rumah adat, kampung adat, sesajen, dan banyak lagi.

Sebanyak artefak tersebut dibaca struktur intinya, kemudian dibandingkan temuan-temuan nya sampai tercapai adanya pengulangan struktur inti yang menunjukan tatanan pola tertentu. Dalam proses ini biasanya akan ditemukan kejutan-kejutan kreatif bagaimana pola dasar ini dapat diwujudkan dalam bentuk luarnya yang kaya varian yang semakin memperkaya makna struktur lainnya. Dengan cara ini dapat disusun suatu filsafat seni suku-suku.

Seniman-senhiman tradisional bukan sekedar mewarisi bentuk-bentuk luar seni dari nenek moyangnya, tetapi juga mengembangkannya dalam varian bentuk baru yang masih setia pada struktur inti. filosofi seni dan budaya ini sudah mengendap secara genetik sebagai ketidaksadaran kolektif karena nilai-nilai idealnya sesuai dengan pengalaman masyarakatnya. Meskipun menyimpang dari kebiasaan, selama itu dirasakan 'benar' dan 'cocok'  dengan nuraninya, makna akan diterima oleh masyarakat yang memiliki naluri genetik yang sama. 

Penjaga filosofi suku ini adalah ketua-ketua atau 'orang tua atau 'orang pintar' yang mengalami pendidikan khusus secara esoterik lengkap dengan 'laku' (mengalami hubungan mitis). Seniman tradisional kurang lebih seorang "pintar" juga, semacam pawang, yang melestarikan dan menjaga 'hasil penyulingan dari kehendak (nilai-nilai) yang matang dari pengalaman masyarakat yang lama'. Itulah sebabnya seorang seniman tradisional tidak dapat sembarangan menciptakan karya seni, tetapi didahului oleh laku-laku tertentu.


Pemandangan semacam ini menunjukan bahwa kesenian pada masyarakat tradisional erat hubungannya dengan suatu sistem kepercayaan (religi). Semua ucapan (pikiran), tindakan, dan karya-karya yang dihasilkan bersumber dari religi itu. Untuk memahami artefak-artefak seni tradisional diperlukan pengetahuan religi suku, kepemimpinan lembaga religius. Sistem iman adalah apa yang dipercayai oleh masyarakat suku dalam hal ketuhanan (metafisik), alam semesta dan susunannya (kosmologi), dan siapakah manusia ini. Sistem iman suku ini dapat ditelusuri dari mitologi-mitologi asal-usul segala sesuatu (alam makro) dan asal usul manusia suku (alam mikro) yang berasal dari alam keilahian (metakosmos). Ketiga alam ini merupakan kesatuan integral dalam hubungan sebab-akibat (kausalitas). mitologi asal usl suku kadang memiliki sejarahnya sendiri, artinya tidak hanya satu. Kedudukan mitologi asal usul mirip dengna kitab-kitab suci dalam agama-agama besar dunia. Inilah sumber iman religi suku.

Sistem ibadah atau upacara adat sampai sekarang masih banyak dilakukan untuk upacara individual (rites of passages) maupun upcara komunal. Upacara-upacara semacam ini hanya dapat dipahami berdasarkan pengetahuan mitologi mereka. Jenis upacara ini juga banyak dan dapat berbeda untuk setiap wilayah suku.

Sistem hukum adat mengandung apa yang harus dilakukan, boleh dilakukan, dan dilarang untuk dilakukan (tabu, buyut). Hukum adat bukan hanya mengatur kehidupan bersama, tetapi juga hidup individual. Hukum-hukum ini mengandung estetika suku, etika suku, logika suku (yang benar).

Sistem kepemimpinan lembaga adat dengan sendirinya menyangkut kepemimpinan religius, ketua adat dan segala aparatnya. pimpinan ini dapat formal dan informal. pimpinan formal dari informal menyangkut pengaturan sosial dan religi, sedang yang informal hanya menyangkut hal-hal religius (dukun, pawang).

Dengan demikian hampir seluruh kegiatan masyarakat suku berlandaskan religi suku primordial ini. Rumah adat, misalnya, adalah rumah religius yang diikat oleh etika adat atau hukum adat. itulah sebabnya dalam kampung adat bentuk rumah adat seragam. Rumah adat semacam rumah ibadat personal. ibadat kolektif biasanya gereja atau mesjid. Begitu pula dengan simbol-simbol religius di dalamnya. 

Kebudayaan dan kesenian primordial suku-suku Indonesia adalah religio-magis. yang dipentingkan adalah hadirnya transenden illahiah di dunia manusia, karena alam illahiah, alam semesta, dan alam manusia itu satu kesatuan. 

© 2011 - 2022 https://www.aksarabudaya.com/ - All Rights Reserved.

Post a Comment for "Kepercayaan Primordial Menurut Prof. Jakob Sumardjo"