Lakon dan Konflik Manusia Dalam Panggung Sandiwara



Dasar lakon drama adalah konflik manusia. Konflik itu lebih bersifat batin daripada fisik. konflik manusia itu sering juga dilukiskan secara fisik. Dalam wayang, wayang orang, ketoprak, dan juga ludruk akan kita saksikan bahwa klimaks dari konflik batin  itu adalah bentrokan fisik yang diwujudkan dalam perang.

Konflik yang dipaparkan dalam lakon harus mempunyai motif. Motif dari konflik yang dibangun itu akan mewujudkan kejadian-kejadian. Motif dan kejadian haruslah wajar dan realistis, artinya benar-benar diambil dari kehidupan manusia. jika dalam wayang persoalan yang dijadikan konflik adalah perebutan negara atau wanita, maka motif konflik dalam drama modern janganlah negara atau wanita. Tokoh-tokoh manusia masa kini tidak akan berebutan negara dan jarang berebutan wanita.

Seluruh perjalanan drama dijiwai oleh konflik pelakunya. Konflik itu terjadi oleh pelaku yang mendukung cerita (sering disebut pelaku utama) yang bertentangan dengan pelaku pelawan arus cerita (pelaku penentang). Dua tokoh tersebut disebut dengna tokoh antagonis dan protagonis. Konflik antara tokoh antagonis dan protagonis itu hendaknya sedemikian keras, tetapi wajar, realistis, dan logis. Jika dalam wayang kita jumpai konflik antara Arjuna dengan Buto Cakil, maka dalam drama modern konflik semacam itu dipandang tidak realistis dan tidak logis. Dalam benak pembaca (penonton) sudah timbul kesan yang menyatakan bahwa Buto Cakil pasti kalah dalam konflik, yang logis adalah dalam suasana yang kurang lebih seimbang dalam permasalahan yang rumit, dan memang bisa terjadi sungguh-sungguh dalam kehidupan kita ini.

Konflik itu harus berupa konflik antara dua tokoh, tetapi dapat berupa konflik batin manusia itu sendiri. Konflik batin itu sering dihubungkan dengan kegelisahan manusia dalam meraba-raba rahasia tuhan alam gaib. Dalam percakapan "Sollikui" banyak kita hayati konflik seorang tokoh itu. Dalam dramanya "Di Bawah Bayangan Tuhan", Arifin C. Noer membeberkan konflik batin Sandek. Tokoh Sandek itu diperankan oleh dua orang, yaitu Sandek yang melarat dan Sandek yang kaya. hal ini sekedar menunhjukan bahwa konflik itu sering terjadi dalam diri manusia itu sendiri.

Konflik ini sangat penting kedudukannya dalam sebuah drama, berikut ini contohnya:

Drama Hamlet karya William Shakespeare merupakan konflik batin Hamlet dan juga konflik antara Hamlet dan Claudius, pamannya. Konflik batin Hamlet juga merupakan porter dari konflik batin manusia dalam menjawab keraguan menjawab persoalan hidupnya. Konflik antara Hamlet dengan pamannya merupakan potret konflik antara sisi baik dan sisi jahat dalam kehidupan manusia itu. Konflik dibangun begitu rumit karena tiap pelaku terlibat dalam konflik batin dan konflik dengan tokoh lainya, sehingga drama ini menjadi monumental. Cladius yang membunuh kakaknya, tidak saja mengalami konflik dengan Hamlet kemenakannya, tetapi jerit batinnya selalu dikonfrontasikan dengan ambisinya untuk menguasai negara dan kakak iparnya. Jerit batin itu disebabkan rasa berdosa karena telah membunuh kakak kandungnya Gertrude. Ibu Hamlet juga menderita konflik dengan tokoh-tokoh didekatnya, seperti Hamlet, Ophelia, Claudius, Polonius dan sebagainya.

Motif dalam penulisan lakon merupakan dasar laku dan merupakan keseluruhan rangsang dinamis yang menjadi lantaran seseorang mengadakan respons. Motif dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber, diantaranya oleh hal-hal berikut ini.

  1. kecenderungan dasar manusia untuk dikenal, untuk memperoleh pengalaman, ketenangan, kedudukan, dan sebagainya.
  2. situasi yang melingkupi manusia yang berupa keadaan fisik dan sosialnya.
  3. interaksi sosial yang ditimbulkan akibat hubungan dengan sesama manusia.
  4. watak manusia itu sendiri yang ditentukan oleh keadaan intelektual, emosional, ekspresif dan sosiokultural. 
Motif yang dipilih bergantung pada selera penulis naskah lakon. Penulis menentukan motif itu bisa dari berbagai sumber. Lakon, baik sebagai peniru kehidupan, sugsti atau ilusi kehidupan, atau penggambaran tentang konflik dan masalah kehidupan, selalu diatur dan dikendalikan oleh proses tingkah laku manusia. Penyajian secara dramatik konflik, dan permasalahan hidup menjadi beban lakon dan pencipta (lihat Boen, 1971:64).

Sumber Tulisan: Drama-Teori dan Pengajarannya (Prof. Dr. Herman J. Waluyo)


Post a Comment for "Lakon dan Konflik Manusia Dalam Panggung Sandiwara"