Adat Istiadat Yang Ada Di Kabupaten Lebak Dalam Catatan PPKD (Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah) Kab. Lebak

Kabupaten Lebak memiliki kekhasan dalam budaya dan tradisi. Keberadaan masyarakat suku Baduy dan masyarakat adat kasepuhan menjadi khasan tersendiri. Selain Baduy dan Masyarakat Adat Kasepuhan Banten Kidul, kebudayaan Lebak memiliki adat istiadat dan ritus yang beragam. Berdasarkan hasil survey hingga Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah tahun 2018, terdapat setidaknya 246 jenis objek pemajuan kebudayaan. 

Yang termasuk dalam Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah adalah sebagai berikut:

  1. Manuskrip 
  2. Tradisi Lisan 
  3. Adat Istiadat
  4. Ritus
  5. Pengetahuan Tradisional
  6. Teknologi Tradisional
  7. Seni 
  8. Bahasa 
  9. Permainan Rakyat
  10. Olahraga Tradisional 
  11. Cagar Budaya
Corak Budaya yang dominan di Kabupaten Lebak adalah Budaya Sunda Lebak. Kabupaten Lebak memiliki beberapa kebudayaan khas Lebak antara lain: Seba Baduy, Seren Taun, dll.

Kabupaten Lebak dengan Budaya Sunda Lebak memiliki keragaman budaya yang berbeda dengan wilayah lain di Provinsi Banten. Keragaman tersebut dapat dilihat dari dua kelompok masyarakat adat yang ada di Kabupaten Lebak. Dua kelompok masyarakat yang dimaksud adalah Masyarakat Adat Baduy dan Masyarakat Adat Kasepuhan Banten Kidul.

Berikut ini, PPKD yang termasuk dalam ranah Adat Istiadat Masyarakat yang ada di Kabupaten Lebak.

1. Munar Lembur
Upacara Munar Lembur pada Komunitas Adat Kasepuhan Ciparay, Kabupaten Lebak, Banten merupakan kegiatan ritual yang dilakukan masyarakat dengan tujuan agar wilayah tempat tinggal mereka diberi kekuatan dalam menghadapi berbagai kejadian yang baik maupun yang buruk, juga sebagai penolak bala.

2. Ngarengkong
Ngarengkong adalah tradisi lokal yang di miliki oleh masyarakat adat yang berada di Banten Selatan. Dengan cara mengangkut padi dari sawah dengan menggunakan bambu yang (dibunyikan) dengan cara digoyang-goyangkan.

3. Ngukus di Padaringan
Acara dimana setiap Minggu malam Senin dan Rabu malam Kamis mengadakan Pedupaan di setiap rumah 

4.Nyawang Bulan / Mapag Purnama
Tradisi nyawang bulan menjadi salah satu ajang berkumpul masyarakat, ada beberapa bentuk komunikasi yang dibuat di dalamnya. Nilai-nilai budaya, nilai-nilai sosial, dan nilai-nilai komunikasi jelas terlihat. Tradisi melibatkan semua masyarakat, dari muda hingga tua, bahkan kaya atau miskin yang terlibat. Proses yang dimulai dari persiapan hingga eksekusi, semua orang bekerja sama, mengumpulkan makanan dan menyiaadmin_pkan hiburan. Implementasinya hidup karena banyaknya hiburan yang ditampilkan. Tapi itu tidak menghilangkan kesucian tradisi, karena prosesi utama sholat masih dilakukan

5. Nyebor
Kegiatan ini merupakan lanjutan dari prah prahan yaitu suatu kegiatan dimana para bayi yang lahir pada tahun tersebut untuk di simur/nyimur. Acara simur ini dilakukan oleh petugas khusus yang dinamakan Tukang Rorok.

6. Prah-prahan
Prah Prahan adalah proses penghitungan jiwa manusia dan hewan berkaki empat yang bisa dikonsumsi di Kasepuhan Cisungsang. Prosesi ini melibatkan seluruh Rendangan (Perwakilan Masyarakat Adat) yang membawahi Incu Putu (masyarakat Adat). Masing masing Rendangan akan membawa daun rane, lepet atawa ceker, daun hanjuang, tulak tangul, sapu, ketan hideung yang diikat oleh sapu pare. Dalam ritual ini, setiap ikatan tersebut mewakili satu kepala keluarga, dan masing masing kepala keluarga akan melaporkan jumlah jiwa dan hewan ternak berkaki empat untuk kemudian direkapitulasi jumlah keseluruhan anggota Incu Putu Masyarakat Adat Kasepuhan Cisungsang. Ritual ini dilakukan satu tahun sekali setiap hari Jum’at pertama pada Bulan Muharam (Kalender Hijriyah).


7. Rasul Mulud
Acara yang wajib dilakukan pada bulan Mulud dan dilaksanakan pada hari Senin atau Kamis setelah tanggal 14 (empat belas) pada bulan tersebut.

8. Rasul Ruwah
Acara yang wajib dilakukan pada bulan Ruwah dan dilaksanakan pada hari Senin atau Kamis setelah tanggal 14 (empat belas) pada bulan tersebut.

9. Seba Baduy
Seba Baduy merupakan Ritual penyerahan hasil tani atau hasil bumi pada pemerintah setempat yang biasa kita sebut dengan upeti pada kerajaan, itu semua merupakan rasa syukur masyarakat baduy luar dan baduy dalam karena mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah, kegiatan seba ini tanpa ada paksaan dari manapun masyarakat baduy luar yang dipimpin oleh Jaro maupun baduy dalam yang dipimpin oleh Puun, bersama-sama berbondong-bondong membawa hasil tani tersebut pada pemerintahan yang saat itu diserahkan pada Bupati Lebak secara langsung di pendopo Kabupaten Lebak.

10. Sedekah Bumi
Sedekah bumi adalah suatu upacara adat yang melambangkan rasa syukur manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rezeki melaluibumi berupa segala bentuk hasil bumi

11. Seren Taun
Seren taun adalah upacara adat panen padi masyarakat Sunda yang dilakukan setiap tahun. Upacara ini berlangsung khidmat dan semarak di berbagai desa adat Sunda. Masyarakat Adat Kasepuhan Cisungsang sangat percaya dengan hukum adat, hukum adat ini merupakan perwujudan amanat -amanat leluhur dari sekelompok suku yang hidup turun temurun untuk kemudian dijadikan pedoman dalam memutuskan sikap hidup. Dalam hal ini Masyarakat Cisungsang memiliki pandangan hidup yang sangat terikat serta patuh terhadap peraturan hukum adatnya yang berlaku secara turun temurun. Masyarakat Adat Cisungsang sangat mengagungkan Padi (pare) Sari Pohaci Dewi Sri, dengan keyakinan bahwa padi ini sebagai sumber kehidupan mereka maka masyarakat ini selalu mengadakan upacara - upacara atau ritual -ritual untuk mengagungkan padi diantaranya dari menanam padi sampai menyimpan padi harus mengadakan selamatan yang disebut dengan Ngamumule Pare (memelihara padi). Rangkaian Ritual Seren Taun dalam rangka Ngamumule Pare: 1. Nibakeun Sri ka Bumi yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat akan menyebar benih dan waktu dari menyebar sampai menuai benih selama 45 s/d 50 hari. Kegiatan ini diawali dengan mengadakan upacara selamatan yang dilakukan dirumah kasepuhan dan diawali dengan acara doa bersama, dilanjutkan dengan makan bersama dan mengadakan hiburan. Kesenian yang ditampilkan adalah Angklung buhun dan Dogdog lojor. Kegiatan ini dilakukan dari pagi hari sampai dengan siang hari; 2. Ngamitkeun Sri U Bumi yaitu kegiatan yang dilakukan sebelum memetik atau menuai hasil panen yang diawali dengan upacara selamatan yang dilakukan dirumah kasepuhan dan diawali acara doa bersama, dilanjutkan dengan makan bersama dan hiburan dengan menampilkan Angklung buhun dan Dogdog lojor. Kegiatannya dilakukan pagi hari sampai siang hari; 3. Ngunjal yaitu kegiatan penyimpanan padi ke lumbung (leuit) setelah dikeringkan/dilantayan.
Kegiatan ini diawali dengan acara selamatan (doa bersama) dengan menyediakan tumpeng dan diiringi tetabuhan dogdog lojor dan rengkong; 4. Rasul Pare di Leuit yaitu mempersembahkan tumpeng rasul dan bebakak ayam jantan berwarna kuning keemasan. Kegiatan ini dilaksanakan dan dipimpin oleh ketua adat yang didampingi 7 (tujuh) orang pake pake kolot (tujuh orang tua yang diambil berdasarkan garis keturunan); 5. Seren Taun (menyimpan padi ke lumbung) dilakukan setiap tahun yang jatuh di bulan Juli dan untuk tahun berikutnya maju 10 (sepuluh hari) dari tahun sebelumnya. Kegiatan seren taun ini berlangsung selama 7 (tujuh) hari 7 (tujuh) malam. Ada 3 (tiga) kegiatan pokok yang tidak boleh dilewatkan dengan tahapan sebagai berikut : a. Hari Jumat malam Sabtu wajib menampilkan kesenian tradisional pantun; b. Hari Minggu jam 14.00 WIB, kirim doa ka karuhun (leluhur) yaitu suatu acara yang bersifat sakral dan wajib dilakukan; c. Hari Senin jam 12.00 WIB, Rasul Seren Taun yakni kirim doa kepada Yang Maha Kuasa yang dipimpin oleh Abah (ketua adat) yang wajib diikuti oleh seluruh perwakilan adat rendangan kasepuhan Cisungsang. 

12. Upacara Kawalu
Upacara Kawalu ini merupakan salah satu ajaran kepercayaannya yang bernama Sunda Wiwitan. Ajaran ini terus dijaga dan dilestarikan. Hal tersebut memberi mereka keyakinan bahwa masyarakat merupakan keturan langsung atau berasal dari nabi Adam. Mengenai ajaran kepercayaannya itu lebih di wujudkan pada sikap dan perilakunya. Seperti dalam berinteraksi dengan sesama manusia (harus ramah dan selalu menjaga sopan santun) dan dalam hubungannya dengan lingkungan alamnya yang harus dijaga serta harus dilestarikan. 

Itulah beberapa Adat Istiadat yang ada di kabupaten Lebak, namun sebenarnya masih banyak lagi adat istiadat yang belum sempat terdokumentasikan. Peran kita lah sebagai generasi muda untuk tetap melestarikannya bahkan mendokumentasikan dalam bentuk tulisan maupun audio visual. 

bagi teman-teman yang tahu tentang adat istiadat yang lain, silahkan tulis dalam kolom komentar, mari kita kaji bersama. terimakasih, semoga bermanfaat 

Post a Comment for "Adat Istiadat Yang Ada Di Kabupaten Lebak Dalam Catatan PPKD (Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah) Kab. Lebak"