SEJARAH PRAMUKA DARI AWAL TERBENTUKNYA HINGGA PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA
Sejarah berdirinya Pramuka di dunia diprakarsai oleh tokoh asal Inggris, Letnan Jenderal Baden Powell pada 25 Juli 1907. Sewaktu muda, Baden Powell mengelola Aids to Scouting untuk anggota muda dan mengadakan kegiatan perkemahan selama delapan hari di Pulau Brownsea. Setahun setelahnya, Baden Powell menulis sebuah buku yang mengulas tentang prinsip dasar kepramukaan yang bertajuk “Scouting for Boys.” Selain itu, ia juga mendirikan gerakan kepanduan yang bernama sama dengan bukunya, yang hanya diikuti oleh kaum laki-laki. Tidak disangka, buku kepanduan ini ternyata mulai menyebar hingga seluruh pelosok negeri. Pada 1910, Baden Powell memutuskan fokus berkegiatan dalam Pramuka. Dua tahun kemudian, pada 1912, Baden Powell bersama adiknya, Agnes, membentuk Pramuka untuk perempuan yang bernama Girls Gudides, atau yang dikenal dengan nama Girl Scouts. Selanjutnya, tahun 1916, didirikan kelompok Pramuka siaga dengan nama CUB (Anak Serigala). Semakin lama gerakan kepanduan semakin mengalami perkembangan, yang kemudian membuat Baden Powell membentuk Rover Scout. Rover Scout adalah organisasi untuk mewadahi pemuda yang sudah berusia 17 tahun pada 1918. Baden Powell kemudian berkeliling dunia menyebarkan gerakan kepanduan yang ia buat kepada anak-anak muda lainnya untuk bergabung. Pada 1920, Bdaen Powell mengundang berbagai kepanduan dari bermacam negara untuk melaksanakan Jambore pertama di Pulau Brownsea. Setelah Jambore terlaksana, dibentuk World Organization of the Scout Movement (WOSM) atau Organisasi Gerakan Pramuka Sedunia.
Awal terbentuknya Pramuka di Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasi milik Belanda bernama Nationale Padvinderij Organisatie (NPO) di Bandung pada 1912. Empat tahun setelahnya, Mangkunegara VII juga membentuk organisasi kepanduan pertama yang bernama Javaansche Padvinder Organisatie (JPO). Lahirnya JPO menjadi pemicu munculnya gerakan nasional lain yang sejenis, seperti Hizbul Wahton (HM) pada 1918, Jong Java Padvinderij (1923), dan Nationale Padvinders. Melihat situasi ini, Belanda pun mulai melarang keberadaan organisasi kepanduan di luar kepemilikan mereka menggunakan istilah Padvinder. Seiring berjalannya waktu, antara tahun 1928-1935, gerakan kepanduan Indonesia semakin marak, seperti Pandu Indonesia, Padvinders Organisatie Pasundan, Pandu Kesultanan, Sinar Pandu Kita, dan Kepanduan Rakyat Indonesia. Guna menggalang kesatuan dan persatuan, Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) menyelenggarakan acara perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem (PERKINO) di Yogyakarta pada 19-23 Juli 1941. Setelah Indonesia merdeka, beberapa tokoh kepanduan berkumpul di Yogyakarta dan mengadakan kongres pada 27-29 Desember 1945 di Surakarta. Kongres ini melahirkan Pandu Rakyat Indonesia (PRI) pada 28 Desember 1945, sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang diakui pemerintah. Akan tetapi, saat Belanda kembali datang ke Indonesia, PRI dilarang dan resmi dicabut pada 6 September 1951. Hal ini kemudian mendorong munculnya organisasi lain, seperti Kepanduan Putera Indonesia (KPI), Pandu Puteri Indonesia (PPI), dan Kepanduan Indonesia Muda (KIM). Mulai 1960, pemerintah Indonesia dan MPRS berupaya untuk memperbaiki organisasi kepramukaan di Indonesia. Pada 9 Maret 1961, Presiden Soekarno mengumpulkan para tokoh dari gerakan kepramukaan Indonesia dan menyatakan bahwa organisasi kepanduan harus disempurnakan. Untuk menindaklanjutinya, Presiden Soekarno membentuk Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka yang beranggotakan Sultan HB IX, A Aziz Saleh, dan Achamadi. Hasil kerja dari panitia ini adalah dikeluarkannya lampiran Keppres No 238 tahun 1961 tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka. Kemudian melalui Keppres 238/1961, Gerakan Kepanduan Indonesia akhirnya menjadi Gerakan Praja Muda Karana (Pramuka). Pada 14 Agustus 1961, Gerakan Pramuka secara resmi mulai diperkenalkan ke rakyat Indonesia. Bapak Pramuka Indonesia adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Sebutan Praja Muda Karana atau disingkat Pramuka resmi digunakan di Indonesia sejak 1961. Namun, sebelum istilah itu populer sudah didirikan lebih dulu organisasi kepanduan di Indonesia, tepatnya di Bandung, Jawa Barat, milik Belanda bernama Nationale Padvinderij Organisatie (NPO) pada 1912. Setelah NPO dibentuk, berbagai organisasi kepanduan lainnya mulai bermunculan di Nusantara. Istilah Pramuka sendiri baru diresmikan berdasarkan Keppres No 238/1961. Salah satu tokoh yang ikut memperkenalkan Pramuka di Indonesia adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Sugiarto, Toto. (2017). Ensiklopedi Pramuka 1: Sejarah Pramuka. Bandung: Talenta Buana.
Museum Sumpah Pemuda. (2009). Buku Panduan Museum Sumpah Pemuda. Jakarta: Museum Sumpah Pemuda.
Post a Comment for "SEJARAH PRAMUKA DARI AWAL TERBENTUKNYA HINGGA PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA"
Kunjungi Juga :
FB. wisnu.natural
WA. 087722452802
IG. @wisnuwirandi