Manusia Merdeka: Berdaya dalam Memilih (Teori Pilihan)
Manusia merdeka adalah salah satu konsep penting dalam konsep Teori Pilihan (Choice Theory). Konsep ini menegaskan bahwa setiap orang bebas memilih perilaku dan tindakan yang diinginkannya. Dalam konteks ini, manusia memiliki otentitas atau hak untuk membentuk keputusan dan tindakan yang diinginkan dalam hidupnya. Meskipun demikian, adakalanya seseorang lebih memilih untuk pindah atau menghindari situasi sulit, dibandingkan berusaha mengubah dirinya dalam menghadapi situasi tersebut.
William Glasser, seorang ahli terkenal dalam psikologi, menyebutkan bahwa setiap manusia selalu melakukan pilihan dalam hidupnya. Pilihan yang dilakukan, baik yang sengaja ataupun tidak, selalu memadukan orang tersebut ke arah tujuannya. Glasser juga menjelaskan bahwa setiap orang cenderung menciptakan dunianya sendiri dan mengambil keputusan yang menurutnya paling tepat untuk mengelola dirinya.
Konsep manusia merdeka dalam teori pilihan memberikan banyak manfaat dan kebaikan. Pertama, manusia memiliki kebebasan untuk memilih tindakan yang diinginkan dan berpegang teguh pada kebenaran moral dan etis. Sebagai contoh, seseorang yang merasa tertekan dalam pekerjaan dapat memilih untuk mengambil langkah menghadapi atasan ataupun mencari pekerjaan yang lebih baik dan cocok dengan dirinya tanpa melanggar peraturan atau hukum.
Kedua, manusia merdeka juga memungkinkan orang untuk merencanakan waktu dan kegiatan dengan lebih baik. Orang dapat membuat rencana dan tindakan yang berdasarkan keputusan dan kemauannya sendiri. Dalam konteks ini, manusia merdeka juga memungkinkan seseorang untuk lebih memahami dan memperbaiki diri sendiri seiring dengan keputusannya dalam menghadapi situasi yang ditemuinya.
Melalui teori pilihan (Choice Theory), manusia diinstruksikan untuk membentuk keputusan dan memilih tindakan yang terbaik bagi mereka. Hal ini membutuhkan sikap dan kemampuan untuk mengatasi kecenderungan-kecenderungan yang cenderung sulit atau tidak membantu pengembangan diri. Sebagai kesimpulan, manusia merdeka adalah konsep penting dalam teori pilihan karena memberikan kebebasan dan kesempatan bagi orang untuk memilih dan mengambil tindakan yang diinginkan. Dalam menghadapi berbagai situasi, manusia dianjurkan untuk membentuk keputusan yang berdasarkan kebenaran moral dan pengembangan diri.
Ki Hadjar Dewantara pernah mengingatkan pada kita tentang konsep manusia merdeka, yaitu: merdeka tidak terperintah, merdeka dapat menegakkan dirinya, tertib mengatur perikehidupannya, sekaligus tertib mengatur perhubungan mereka dengan kemerdekaan orang lain. Dengan begitu, pendidikan seyogyanya adalah upaya sadar untuk menumbuhkan manusia-manusia yang merdeka. Dalam pernyataannya yang lain, Ki Hadjar Dewantara (Dasar-dasar Pendidikan, 1936), menyampaikan bahwa: “Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat.”
Interpretasi atas maksud pendidikan Ki Hadjar Dewantara |
Jika kita maknai sedikit mendalam pernyataan tersebut, maka pendidikan harus mampu menuntun anak untuk memilih jalan kodrat yang menguatkan mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat. Kita kemudian dapat juga melihat bahwa “sebagai manusia”, kita perlu memperhatikan hubungan kita dengan Tuhan, diri kita sendiri, sesama, dan semesta. Sebagai manusia ber-Tuhan, sebagai makhluk dengan otak paling canggih, kita harus menyadari peran penting kita dalam harmonisasi antara individu manusia dengan manusia lain, makhluk lain, dan ibu bumi. Semakin harmonis hubungan kita, maka makin besar kesempatan kita mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Kita juga dapat melihat bahwa “sebagai anggota masyarakat”, kita adalah bagian dari berbagai lingkungan sekaligus. Kita adalah anggota dari suatu keluarga, kita juga anggota dari masyarakat di lingkungan rumah tinggal, kita juga anggota masyarakat di kelas-sekolah dan lingkungan sekitar sekolah, kita juga anggota masyarakat lokal (kabupaten/kota/provinsi), kita pun adalah anggota masyarakat di tingkat nasional, regional, dan global. Ketika kita paham bahwa sebagai individu kita adalah anggota masyarakat yang lebih luas, maka kita juga harus paham bahwa secara individu, kita berkontribusi, serta membawa potensi diri kita (baik potensi kebaikan maupun keburukan) ke dalam semua lingkungan tersebut. Dengan demikian, kita perlu secara sadar, sepenuh hati dan pikiran, menjadi seseorang yang makin berdaya dalam memilih sehingga semakin bijaksana dalam menjalani kemerdekaan kita itu.
William Glasser (1998) pernah menyatakan dalam “teori pilihan”, bahwa perilaku seorang manusia adalah buah dari pilihan yang dibuat oleh manusia itu sendiri (baca Bacaan 1. Aksioma terkait pilihan). Setiap hari, manusia selalu berada dalam situasi untuk memilih. Apakah harus bangun pagi atau tidur lagi, apakah harus bereaksi keras atas berita yang menyinggung perasaan walaupun belum pasti kebenarannya atau mengecek dahulu kebenarannya dahulu, dan lain sebagainya. Untuk itu, kita perlu terus berlatih untuk: (1) fokus pada apa yang terjadi saat ini bukan masa lalu; (2) menghindari 7-kebiasaan buruk yang secara eksternal “mengganggu” relasi dengan orang lain: mengkritik, menyalahkan, mengeluh, menjengkelkan, mengancam, menghukum, menyuap (memberi reward) untuk mengendalikan orang lain; (3) menjalankan 7-kebiasaan mempedulikan orang lain: mendukung, mendorong, mendengarkan, menerima, mempercayai, menghormati, dan menegosiasikan perbedaan; (4) menghindari membuat dalih dan alasan karena menghalangi kita membangun relasi; (5) bersabar
(sumber: Glasser, 2011)
Sangat menarik
ReplyDelete